Terpaksa Satu Kamar

Jika Mr. Raka sudah berkata sesuatu, maka hal itulah yang terjadi. Sama seperti di Cottage mewah yang menghadap langsung ke Labuan Bajo itu, hanya ada satu kamar di sana. Mr. Raka sudah mengatakan bahwa dia dan Adista akan menempati kamar itu bersama-sama.

Kesal? Sudah pasti. Akan tetapi, sebelumnya Mr. Raka juga sudah mengatakan Adista cukup menyerahkan dirinya kepadanya. Untuk hal yang lain Mr. Raka akan mengurus semuanya.

"Mr. Raka, kita bukan mahram loh," kata Adista sekarang.

"Ya, saya tahu. Jangan berbicara ini dan itu, Adista. Penuhi janjimu sebelumnya."

Kali ini Mr. Raka hanya menyampaikan supaya Adista memenuhi janjinya. Berpegang pada janji, bukan pada hal yang lain. Akhirnya di dalam kamar itu, Mr. Raka memilih untuk merebahkan dirinya di atas ranjang. Sementara, Adista memilih duduk di sofa. Sebisa mungkin Adista tidak ingin ada kontak fisik dengan atasannya itu.

Memilih diam, Raka justru memilih untuk tidur saja. Membiarkan Adista yang masih duduk manis di sofa yang masih berada di dalam kamar. Entah berapa lama Raka memejamkan mata, yang pasti Adista masih tak beranjak dari sofa yang semula dia tempati. Hari yang semula tiba masih siang, sekarang sampai beranjak petang.

"Kamu sekian jam hanya di sana?" tanya Raka.

"Iya, di sini saja sudah nyaman," balas Adista.

Tampak Raka menggelengkan kepalanya, rupanya stafnya itu memang keras kepala. Akan tetapi, sebenarnya Raka juga merasa geli kalau Adista yang sepekan yang lalu menawarkan dirinya sendiri. Sekarang, Adista justru menarik garis batas seperti ini.

"Mandilah, kita akan makan malam," kata Raka.

Pria itu memilih keluar dari kamar, dengan maksud memberikan waktu bagi Adista untuk mandi. Sudah petang, dan di Lombok memiliki zona waktu Indonesia Tengah, sehingga memang satu jam lebih cepat dibandingkan di Jakarta. Oleh karena itu, Raka juga akan mengajak Adista untuk mandi.

Jika Adista ragu untuk mandi, akhirnya gadis itu memilih mengunci kamarnya dari dalam. Mandi pun tidak bisa menikmati karena was-was dengan Boss nya sendiri. Apa saja bisa terjadi, dan Adista masih takut kalau sampai Bossnya itu menyentuhnya.

Hampir 45 menit berlalu barulah Adista membuka pintu kamar itu. Gadis itu mengedarkan matanya ke segala arah dan mencari di mana Bossnya itu berada. Rupanya, Mr. Raka sudah mandi di kamar mandi yang lain, pria itu sedang duduk santai di ruang tamu yang ada cottage itu. Mendengarkan derap langkah kaki Adista, tampak Raka menoleh ke gadis yang sekarang mengenakan Dress bermotif floral itu.

"Mr. Raka sudah mandi? Kita makan di mana?" tanya Adista.

Akhirnya Raka pun berdiri, dia tidak menjawab apa pun. Pria tampan itu berjalan dengan memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana yang dia kenakan. Sementara Adista mengikuti Bossnya itu.

Tempat yang dituju Mr. Raka sekarang ada di salah satu sudut cottage yang menghadap langsung ke pelabuhan. Dalam keremangan cahaya dan juga gemerisik angin malam itu.

"Duduklah," kata Raka.

"Makasih, Pak Raka," balas Adista.

Di hadapan mereka ada meja bundar dengan lilin di tengah-tengahnya. Untuk menu makan malamnya pun adalah boga bahari kualitas terbaik. Kala suasananya seperti ini tentu ini adalah suasana yang benar-benar romantis. Sayangnya, suasana yang romantis ini justru membuat Adista menjadi canggung.

"Pak Raka yang menyiapkan semua ini?" tanya Adista.

"Bukan aku, tentu pelayan cottagenya," balas Raka.

"Ah, iya ... benar juga," balas Adista.

"Makanlah, semua ini adalah boga bahari terbaik."

"Sebenarnya, terlalu berlebihan, Pak Raka. Sebelumnya kan saya hanya pegawai kontrak saja. Makan semeja dengan Pak Raka saja rasanya tidak pantas," balas Adista.

Raka menaruh garpu di sisi piringnya kemudian berbicara kepada Adista. "Jangankan semeja. Kita juga akan seranjang, Dista," kata Raka.

Sungguh ucapan Raka yang terkesan blak-blakan dan lugas itu membuat Adista bingung sendiri dan merasa malu. Terlebih ketika Raka mengatakan tentang seranjang.

"Saya bisa tidur di sofa kok, Pak Raka. Tidak masalah," balas Adista.

"Apa artinya staycation kalau tidur pisah tempat? Nikmati saja, saya juga dalam sepekan ini free untuk kamu," balas Raka.

Astaga, kalau tidak menyadari Raka adalah atasannya sudah Adista getok kepalanya. Sayangnya, Raka adalah atasannya sehingga Adista tetap harus menghormati atasannya itu. Akhirnya, Adista memilih diam dan menikmati makan malamnya. Tidak berniat untuk mengajak Raka berbicara. Usai makan, Adista juga memilih kembali ke kamar dan mengganti dengan piyama tidur berupa kemeja panjang dan celana panjang.

Cukup lama Adista berada di dalam kamar sendiri, hingga jelang jam 21.30 WITA barulah Raka masuk ke dalam kamar. Pria itu langsung melihat Adista yang masih duduk di sofa. Seakan staffnya itu akan mengerami telornya di sofa itu.

"Kenapa di sana?" tanya Raka.

"Kan saya sudah bilang Pak Raka. Saya tidur di sini," kata Adista.

"Kalau saya ikut tidur di sana?" tanya Raka.

"Jangan Pak Raka, tidur di sofa ini benar-benar tidak nyaman," kata Adista.

"Kalau tidak nyaman, kenapa menyakiti dirimu sendiri?" tanya Raka.

Adista kemudian menggelengkan kepalanya. "Saya tidak bisa, Pak. Apa jadinya Boss dan staffnya seranjang tanpa ikatan apa pun. Itu tidak berkenan, Pak Raka," balas Adista.

Raka memilih diam. Akan tetapi, memang semuanya yang berjalan di dalam otaknya haruslah terjadi. Belum sempat Raka memberikan jawaban, sudah terdengar suara Adista kepada Bossnya itu.

"Apa Pak Raka sering make it love before marriage yah selama tinggal di Amerika?" tanya Adista.

Sekali lagi Adista hanya menyampaikan pemikirannya. Sebab, mereka yang tinggal di luar biasa terbiasa melakukan hal itu walau belum menikah.

"Gak perlu di Amerika, Dista. Di Indonesia juga banyak. Kamu yang tidak tahu saja," balas Raka.

"Kan negeri kita menjunjung tradisi ketimuran, Pak," bantah Adista.

"Itu bukannya banyak hamil terlebih dahulu itu apa namanya, Ta. Banyak hal yang tidak kamu ketahui dengan gamblang. Sudahlah, aku gak mau berdebat denganmu terus," kata Raka.

"Kan saya cuma tanya," sahut Adista dengan menundukkan wajahnya.

Di detik berikutnya, Raka memilih menaiki ranjang. Pria itu masih belum berbaring, lantas Raka menepuk bagian kosong di sisinya.

"Sini, tidurlah di sini. Malam ini aku gak akan menggigitmu, tidak tahu kalau besok malam atau lusa," kata Raka.

Makin takutlah Adista mendengar ucapan Raka. Jadi, dalam persepsi Adista sekarang bisa sekarang malam ini dia lolos, tapi tidak tahu dengan besok, atau lusa.

"Saya di sini saja, Pak," jawab Adista masih mencoba menolak.

"Di sini, kamu tidak dengar ucapan saya? Jangan kucing-kucingan denganku, Adista."

Ciut sudah nyali Adista. Kali ini mendengar Raka berbicara tegas, gadis itu merasa takut. Namun, dalam hati Adista tidak ingin seranjang dengan Bossnya itu.

Terpopuler

Comments

Bunda Titin

Bunda Titin

kamu itu menyebalkan Raka..........memanfaatkan dan menganggap Adista seperti perempuan murahan cuma krn Adista membutuhkan biaya untuk pengobatan adiknya........🙄😤😬

2023-07-21

0

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus semangat

2023-07-15

0

Defi

Defi

Raka ada sesuatu yang kamu sembunyikan, apa kamu menolak perjodohan dari orang tuamu sehingga mempunyai akal2an seperti ini

2023-06-10

0

lihat semua
Episodes
1 Tawaran Gila
2 Penolakan
3 Tatapan Dingin
4 Terjebak Hujan
5 Satu Mobil
6 Mendadak Cuti
7 Intimidasi Si Boss
8 Keadaan Mendesak
9 Menawarkan Diri
10 Menemani ke Rumah Sakit
11 Menuju ke Lombok
12 Terpaksa Satu Kamar
13 Dalam Keterpaksaan
14 Staycation Petaka
15 Janji Si Boss
16 Terganjal Hal yang Lain
17 Pulang dari Lombok
18 Hari Akad
19 Melanjutkan Akad
20 Istriku Kekasih Adik Kandungku
21 Apa Bisa Membuka Lembaran Baru Berdua?
22 Masih Abu-Abu
23 Tamu di Pagi Hari
24 Mengurai Kekusutan
25 Di Bawah Satu Payung
26 Jika Tak Bisa Berhenti?
27 Perasaan Tak Nyaman
28 Ketukan di Malam Hari
29 Kekecewaan Rayyan
30 Pindah ke Apartemen
31 Semalam di Apartemen
32 Walau Tanpa Cinta
33 Sebelum ke Rumah Mertua
34 Ke Rumah Mertua
35 Penilaian yang Berubah
36 Yang Sedang Patah Hati
37 Kembali ke London
38 Cara Menyembuhkan Luka
39 Staycation Sesungguhnya
40 Ini yang Pertama
41 Tak Cukup Hanya Sekali
42 Pagi Terindah
43 Di Tepi Pantai
44 Sosok K
45 Cemburu?
46 Rekonsiliasi
47 Memaknai Perasaan
48 Kembali ke Jakarta
49 Mr. Raka Sudah Menikah?
50 Diskusi Finansial
51 Hadiah untuk Desta
52 Kehangatan dalam Sepotong Pizza
53 Bapak dan Ibu Mendapat Menantu yang Baik
54 Istana Baru
55 Penasaran dengan Status Mr. Raka
56 Staycation dengan Keluarga Adista
57 Swimming Time
58 Memanfaatkan Momen
59 Pengen Menjadi Papa
60 Semua Karena Rayyan
61 Long Distance Marriage
62 Keadaan di London
63 Sakit Mendadak
64 Kecemasan Raka
65 Menemukan Kesadaran
66 Kembali ke Jakarta
67 Memilih untuk Jujur
68 Bertemu Rayyan Lagi
69 Tindakan Antisipasi
70 Menyemai Perasaan
71 Bounding Time
72 Harus Jujur
73 Mendengar Perasaan Menantu
74 Penuh Keterkejutan
75 Kebahagiaan Baru
76 Sudah Delapan Minggu
77 False Memori
78 Prioritaskan Buah Hati
79 Kalau Gerimis ....
80 Sosok di Masa Lalu Raka
81 Kisah Masa Lalu
82 Bertemu Si Dia
83 Tak Mempengaruhi Masa Kini
84 Ada Natasha dan Rayyan
85 Pilihan yang Jelas
86 Memilih Percaya
87 Masalah Membuat Ikatan Kuat
88 Memanfaatkan Celah
89 Skandal Sang Boss
90 Mengambil Tindakan
91 Wedding Reception
92 Biarkan Semua Tahu
93 Sudah Tak Ada Malam Pertama
94 Diledekin Staff Sendiri
95 Direndahkan tapi Tidak Gentar
96 Seperti Kisah Cinderella
97 Pergi Dadakan ke Paris
98 Kondisi Tak Biasa di Paris
99 Sahabat Raline
100 Sudah Empat Belas Minggu
101 Bayi Cowok atau Cewek?
102 Pertemuan Dua Keluarga di Paris
103 Mengisi Hati dengan Sosok yang Baru
104 Jebakan Natasha
105 Jejak Lipstik di Kemeja
106 Pagi yang Berbeda
107 Memilih Mendampingi
108 Pindah dari Apartemen
109 Bukan Pura-Pura dan Bukan Sandiwara
110 Membuang Kerisauan
111 Pindah ke Rumah Baru
112 Diskusi Dua Keluarga
113 Ajakan Raline
114 Rumah Baru Istana Baru
115 Keluarga Adista Bermain ke Rumah Baru
116 Hidup itu Berputar
117 Menuju ke London
118 Memperkeruh Suasana
119 Mengakui Tidak Peka
120 Permintaan Maaf
121 Kembali ke Jakarta
122 Tasyukuran Empat Bulanan
123 Jalinan Silaturahmi
124 Selamat Tinggal, Perasaan
125 Rekonsiliasi Sebenarnya
126 Rayyan Kembali ke London
127 Baby Masih Sembunyi
128 Mencari Jalan Tengah
129 Rencana Baby Moon
130 Akhir Pekan di Apartemen
131 Draft
132 Serasa Staycation
133 Persiapan Menyambut Baby
134 Mulai Bekerja dari Rumah
135 Tanda-Tanda Persalinan
136 Welcome Our Baby
137 Baby Girl's Papa Raka
138 Kebahagian Para Orang Tua
139 Skin to Skin Contact
140 Rumah yang Kian Sempurna
141 Banyak Perhatian
142 Menikmati Peran Baru
143 Menikmati Momen New Parents
144 Videocall ke London
145 Membeli Hadiah untuk Keponakan
146 Papa Raka Makin Berubah
147 Kado dari London
148 Videocall Ke London Lagi
149 Aqiqahan Baby Qiana
150 Berbagi Pengalaman
151 Masih Bekerja dari Rumah
152 Cerita Mama Erina
153 Bertemu dengan Orang Lama
154 Kisah Mama Erina
Episodes

Updated 154 Episodes

1
Tawaran Gila
2
Penolakan
3
Tatapan Dingin
4
Terjebak Hujan
5
Satu Mobil
6
Mendadak Cuti
7
Intimidasi Si Boss
8
Keadaan Mendesak
9
Menawarkan Diri
10
Menemani ke Rumah Sakit
11
Menuju ke Lombok
12
Terpaksa Satu Kamar
13
Dalam Keterpaksaan
14
Staycation Petaka
15
Janji Si Boss
16
Terganjal Hal yang Lain
17
Pulang dari Lombok
18
Hari Akad
19
Melanjutkan Akad
20
Istriku Kekasih Adik Kandungku
21
Apa Bisa Membuka Lembaran Baru Berdua?
22
Masih Abu-Abu
23
Tamu di Pagi Hari
24
Mengurai Kekusutan
25
Di Bawah Satu Payung
26
Jika Tak Bisa Berhenti?
27
Perasaan Tak Nyaman
28
Ketukan di Malam Hari
29
Kekecewaan Rayyan
30
Pindah ke Apartemen
31
Semalam di Apartemen
32
Walau Tanpa Cinta
33
Sebelum ke Rumah Mertua
34
Ke Rumah Mertua
35
Penilaian yang Berubah
36
Yang Sedang Patah Hati
37
Kembali ke London
38
Cara Menyembuhkan Luka
39
Staycation Sesungguhnya
40
Ini yang Pertama
41
Tak Cukup Hanya Sekali
42
Pagi Terindah
43
Di Tepi Pantai
44
Sosok K
45
Cemburu?
46
Rekonsiliasi
47
Memaknai Perasaan
48
Kembali ke Jakarta
49
Mr. Raka Sudah Menikah?
50
Diskusi Finansial
51
Hadiah untuk Desta
52
Kehangatan dalam Sepotong Pizza
53
Bapak dan Ibu Mendapat Menantu yang Baik
54
Istana Baru
55
Penasaran dengan Status Mr. Raka
56
Staycation dengan Keluarga Adista
57
Swimming Time
58
Memanfaatkan Momen
59
Pengen Menjadi Papa
60
Semua Karena Rayyan
61
Long Distance Marriage
62
Keadaan di London
63
Sakit Mendadak
64
Kecemasan Raka
65
Menemukan Kesadaran
66
Kembali ke Jakarta
67
Memilih untuk Jujur
68
Bertemu Rayyan Lagi
69
Tindakan Antisipasi
70
Menyemai Perasaan
71
Bounding Time
72
Harus Jujur
73
Mendengar Perasaan Menantu
74
Penuh Keterkejutan
75
Kebahagiaan Baru
76
Sudah Delapan Minggu
77
False Memori
78
Prioritaskan Buah Hati
79
Kalau Gerimis ....
80
Sosok di Masa Lalu Raka
81
Kisah Masa Lalu
82
Bertemu Si Dia
83
Tak Mempengaruhi Masa Kini
84
Ada Natasha dan Rayyan
85
Pilihan yang Jelas
86
Memilih Percaya
87
Masalah Membuat Ikatan Kuat
88
Memanfaatkan Celah
89
Skandal Sang Boss
90
Mengambil Tindakan
91
Wedding Reception
92
Biarkan Semua Tahu
93
Sudah Tak Ada Malam Pertama
94
Diledekin Staff Sendiri
95
Direndahkan tapi Tidak Gentar
96
Seperti Kisah Cinderella
97
Pergi Dadakan ke Paris
98
Kondisi Tak Biasa di Paris
99
Sahabat Raline
100
Sudah Empat Belas Minggu
101
Bayi Cowok atau Cewek?
102
Pertemuan Dua Keluarga di Paris
103
Mengisi Hati dengan Sosok yang Baru
104
Jebakan Natasha
105
Jejak Lipstik di Kemeja
106
Pagi yang Berbeda
107
Memilih Mendampingi
108
Pindah dari Apartemen
109
Bukan Pura-Pura dan Bukan Sandiwara
110
Membuang Kerisauan
111
Pindah ke Rumah Baru
112
Diskusi Dua Keluarga
113
Ajakan Raline
114
Rumah Baru Istana Baru
115
Keluarga Adista Bermain ke Rumah Baru
116
Hidup itu Berputar
117
Menuju ke London
118
Memperkeruh Suasana
119
Mengakui Tidak Peka
120
Permintaan Maaf
121
Kembali ke Jakarta
122
Tasyukuran Empat Bulanan
123
Jalinan Silaturahmi
124
Selamat Tinggal, Perasaan
125
Rekonsiliasi Sebenarnya
126
Rayyan Kembali ke London
127
Baby Masih Sembunyi
128
Mencari Jalan Tengah
129
Rencana Baby Moon
130
Akhir Pekan di Apartemen
131
Draft
132
Serasa Staycation
133
Persiapan Menyambut Baby
134
Mulai Bekerja dari Rumah
135
Tanda-Tanda Persalinan
136
Welcome Our Baby
137
Baby Girl's Papa Raka
138
Kebahagian Para Orang Tua
139
Skin to Skin Contact
140
Rumah yang Kian Sempurna
141
Banyak Perhatian
142
Menikmati Peran Baru
143
Menikmati Momen New Parents
144
Videocall ke London
145
Membeli Hadiah untuk Keponakan
146
Papa Raka Makin Berubah
147
Kado dari London
148
Videocall Ke London Lagi
149
Aqiqahan Baby Qiana
150
Berbagi Pengalaman
151
Masih Bekerja dari Rumah
152
Cerita Mama Erina
153
Bertemu dengan Orang Lama
154
Kisah Mama Erina

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!