"Hanya sekadar staycation atau lebih, Mr. Raka?"
Adista masih menanyakan hal seperti itu. Sebab, memang dia harus mempersiapkan diri dan hatinya. Namun, kalau dipikir-pikir, juga Bossnya mau memberikan uang hingga lima ratus juta rupiah pastilah ada alasannya. Agaknya, sekarang Adista tidak bisa lagi mundur.
"Di mana Adikmu dirawat?" tanya Mr. Raka.
"Di Jakarta Hospitals, sampai siang atau sore ini masih di sana," jelas Adista.
Mr. Raka kemudian melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, kemudian dia berbicara kepada Adista. "Ayo, kita ke Rumah Sakit ... aku akan melihat semuanya," balas Mr. Raka.
"Tapi, pekerjaan saya ...."
"Tinggalkan dulu, nanti sepulang dari Rumah Sakit, kamu bisa mengerjakannya lagi," balas Mr. Raka.
Jika Mr. Raka sudah memberikan titah rasanya Adista tidak bisa mengelak. Dia hanya bisa mengikuti Boss nya sekarang. Langkah kaki sang Boss yang besar dan lebar, sementara langkah kaki Adista sangat kecil. Oleh karena itu, sesekali Adista harus mempercepat langkah kakinya untuk mengimbangi langkah kaki Boss nya itu.
Di dalam mobil, Mr. Raka yang mengemudikan mobilnya sendiri. Dia yang meminta Adista memasukkan alamat Rumah Sakit ke map digital di handphone. Sehingga setelahnya Mr. Raka hanya mengikuti rute yang disampaikan oleh map digital.
Berkendara kurang lebih setengah jam lebih, barulah mereka tiba di Rumah Sakit. Kemudian, keduanya berjalan ke kamar perawatan Desta sekarang. Mr. Raka ingin melihat sendiri apakah Adista benar-benar jujur kepadanya.
"Memakai asuransi?" tanya Mr. Raka dengan masih melangkahkan kakinya.
"Iya, Pak. Dari pemerintah di kelas tiga," jawab Adista.
Mr. Raka tampak berpikir jika hanya di kelas tiga, berarti sekarang pun berada di kamar yang dicampur dengan pasien yang lain. Rasanya, ada rasa iba juga di dalam hati Mr. Raka. Namun, dia masih berusaha cool seperti biasanya.
Hingga di kamar kelas tiga dan ada beberapa ranjang pasien di sana, Adista membawa sangat Boss menemui Ibu Ratih dan Bapak Gusti. Sekarang Mr. Raka bisa melihat sendiri kondisi yang sebenarnya.
"Bapak dan Ibu, ini adalah Boss nya Dista ... datang untuk menjenguk Desta," kata Adista.
"Selamat siang," sapa Mr. Raka dengan berjabat tangan dengan kedua orang tua Adista itu.
"Kami orang tuanya Dista ..., maaf," kata Bu Ratih.
Mr. Raka menggelengkan kepalanya, kemudian dia menanyai mengenai kondisi Desta yang sebenarnya. Sehingga tahu bagaimana awalnya Desta bisa terkena gagal ginjal. Bapak Gusti juga menceritakan keresahan dengan kondisi Desta hingga merencanakan untuk mendonorkan satu ginjalnya.
"Saya akan membiayai seluruh pengobatan Desta, Pak," kata Mr. Raka sekarang.
Pasangan paruh baya itu tampak menitikkan air matanya. Di hadapannya Boss nya Dista itu terlihat seperti malaikat. Ya, malaikat yang datang dan mau membiayai biaya operasi yang tidak murah tentunya. Walau sebenarnya, kedua orang tua Dista juga tidak tahu apa yang harus Adista gadaikan untuk mendapatkan kesembuhan adiknya.
"Alhamdulillah, Pak Raka bersungguh-sungguh?" tanya Pak Gusti dengan suara bergetar.
"Ya, saya akan membiayai semuanya sampai Desta sembuh. Usai ini saya akan bertemu dengan Dokternya Desta," kata Raka lagi.
"Biayanya sangat mahal, Pak Raka. Bagaimana kami menebus semuanya?" tanya Bu Ratih.
"Tidak usah dipikirkan, Bu ... yang penting Desta bisa sembuh dulu. Sekalian saya izin minggu depan Dista akan bekerja dengan saya ke Lombok," kata Raka sekarang terang-terangan.
"Baik, Pak Raka ... tidak masalah. Untuk berapa lama?" tanya Bu Ratih lagi.
"Sepekan, Bu," kata Raka.
Sementara kala Raka meminta izin kepada kedua orang tuanya, Dista merasakan sangat gamang. Itu artinya ketika sudah berhadapan dengan Mr. Raka tidak ada kata main-main. Sebab, Boss nya itu akan bertindak dengan sungguh-sungguh.
Lebih dari setengah jam Mr. Raka di sana, dia juga berbicara dengan Dokter Shanya juga. Meminta untuk mengusahakan yang terbaik untuk. Desta. Untuk urusan biaya, mereka juga tidak perlu khawatir karena Raka yang akan mengurus semuanya.
Kala itu juga Mr. Raka mengantar keluarga Dista untuk pulang ke rumahnya. Tentu saja bertemu dengan orang baik dan sangat murah hati, Bu Ratih dan Pak Gusti sangat berterima kasih.
"Terima kasih banyak, Pak Raka ... kami berhutang budi kepada Pak Raka. Padahal kami juga tak tahu harus membayarnya dengan apa," kata Pak Gusti.
"Adista akan tetap bekerja di La Plaza Hotel, Bapak. Jangan khawatir," balas Raka.
"Terima kasih banyak Pak Raka. Kami seolah mendapat penolong," kata Pak Gusti lagi.
Mr. Raka menggelengkan kepalanya perlahan. "Tidak apa-apa, Pak. Jumat akhir pekan nanti saya akan mengajak Dista ke Lombok ya, Pak. Untuk mengurus bisnis di sana," kata Raka.
"Iya-iya, Pak Raka. Dibawa saja Distanya," jawab Pak Gusti.
Usai itu Mr. Raka berpamitan dan membawa Dista untuk kembali ke kantornya. Sepanjang perjalanan Dista diam. Dia juga bingung harus berbicara apa dengan Boss nya. Rasanya takut, was-was, cemas, dan lainnya menjadi satu.
"Kita kembali ke kantor," kata Mr. Raka kemudian.
"Hm, ya Pak," balas Adista.
"Jumat nanti aku jemput, kita akan ke Lombok seminggu," kata Mr. Raka lagi.
Adista kemudian melirik Bossnya itu. "Mr. Raka dengan apa yang akan dilakukan di Lombok? Bukan untuk bisnis, tapi untuk yang lain kan?" tanya Adista.
"Sepenuhnya dalam kendali saya, Dista. Sungguh-sungguh mengurus bisnis atau Staycation itu terserah saya. Serahkan masalah Desta kepada saya, dan kamu serahkan dirimu kepada saya," kata Mr. Raka dengan pandangan lurus ke depan, tak melirik Dista sama sekali.
Dista tertunduk. Kedua jari-jari tangannya saling bertaut tanda kalau dia tengah cemas sekarang. Akan tetapi, sekarang sudah tidak bisa mundur. Harga yang harus Dista bayar sangat mahal. Entahlah, dia sudah terjebak, bahkan terjerat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus Sehat
2023-07-15
0
Irma Tjondroharto
dijalani saja ya dista.. kamu gadis baik.. pasti dapat yang terbaik... semangat..
2023-06-13
0
Suriyahlasminah Sari
lanjut,
2023-06-08
0