Bergerak begitu cepat, Raka juga tidak ingin menunggu waktu. Pemuda tampan itu juga menghadap Mama dan Papanya membicarakan semuanya. Tentu Papa Zaid dan Mama Erina kecewa dengan apa yang terjadi. Dia berharap Raka bisa menemukan pendamping hidupnya secara normal, mengalami apa itu jatuh cinta, dan membina kehidupan rumah tangga yang bahagia.
Namun, dengan semua yang terjadi sekarang pastilah kehidupan rumah tangga Raka dengan Adista nanti banyak masalah. Menyatukan dua hati setelah menikah itu tak mudah. Sama seperti yang Mama Erina dan Papa Zaid alami dulu. Lima tahun pertama yang membuatnya kesulitan. Pernah merasakan pernikahan di ujung tanduk, memutuskan bercerai, dan hanya hitungan bulan keduanya sepakat rujuk dengan syarat yang diteken keduanya.
Itu juga yang membuat Mama Erina merasa resah sebenarnya. "Dulu, kita memulai kehidupan rumah tangga usai dijodohkan. Tidak ada cinta, itu terasa berat. Hingga lima tahun pertama saja rasanya terasa begitu berat. Bagaimana dengan Raka nanti, Pa?" tanya Mama Erina dengan terlihat begitu sedih.
"Serahkan kepada Raka, Ma. Belum tentu nanti kehidupan rumah tangga Raka akan seperti mahligai kita dulu. Cinta bisa tumbuh seiring dengan berjalannya waktu, Ma," balas Papa Zaid.
"Mama percaya, Pa. Selain itu tentunya Mama berharap kehidupan rumah tangga Raka dan Adista akan selalu bahagia," balas Mama Erina.
Sekarang, tampak Papa Zaid menganggukkan kepalanya. Setelahnya, Papa Zaid memberikan pelukan untuk istrinya itu. "Sebagai orang tua kita doakan yang terbaik untuk anak-anak kita, Ma. Begitu juga dengan Raka dan calon pendampingnya. Penyesuaian di awal tidak apa-apa. Setelah itu, semoga mereka bahagia. Kita kabari adik-adiknya Raka untuk pulang dan menghadiri akad Kakak sulungnya yang akan digelar sebentar lagi."
Tidak banyak yang Papa Zaid harapkan. Jika memulai penyesuaian di awal tidak menjadi masalah, yang pasti seusai itu semuanya bisa berjalan dengan lancar. Sama seperti dulu Papa Zaid dan Mama Erina yang menyesuaikan diri terlebih dahulu. Pernah merasakan jatuh dan bangun, dan setelahnya kehidupan pernikahan mereka bisa berjalan begitu panjang.
...🍀🍀🍀...
Satu Bulan Kemudian ....
Hari ini menjadi hari yang seharusnya bahagia untuk Raka dan Adista. Satu bulan berlalu sejak petaka di Lombok, hari ini akan digelar akad keduanya yang digelar di villa keluarga Syahputra. Satu bulan terbilang singkat, tapi sesungguhnya dalam satu bulan ini banyak yang telah terjadi. Salah satunya adalah Desta yang berhasil menjalani operasi pencangkokan ginjal dengan baik. Desta memiliki kondisi kesehatan yang jauh lebih baik, tentu itu hal yang membahagiakan untuk keluarga Adista.
Sekarang di Villa itu dihiasi dengan beberapa bunga mawar putih dan baby breath. Dua bunga yang menyimbolkan cinta yang tulus. Itu yang dipilih Mama Erina karena walau pinangan ini tanpa cinta, tapi Mama Erina berharap banyak bahwa Raka dan Adista akan bahagia. Pernikahan ini juga digelar dua keluarga saja, tidak dipublikasikan secara besar-besaran. Semua itu karena permintaan Adista, dia ingin tetap bekerja ketika usai menikah nanti.
Di dalam kamarnya, Adista yang mengenakan kebaya putih yang didesain sendiri oleh Mama Erina tidak menunjukkan kebahagiaan sama sekali di wajahnya. Bagaimana pun juga, Adista merasa tidak ada cinta di hatinya untuk pria yang berprofesi sebagai Bossnya itu.
"Senyumlah, Ta. Bagaimana pun ini adalah hari bahagiamu. Kamu dan Pak Raka akan memulai kehidupan baru. Bersyukur karena Boss kamu itu baik dan mau bertanggung jawab. Dari wajah dan penampilannya dia juga sosok yang serius. Tidak akan main-main," nasihat Bu Ratih kepada Adista.
"Apa bisa Adista hidup bersama dengan pria yang tidak Dista cintai, Bu?" tanyanya.
"Bisa, cobalah terlebih dahulu. Walau belum ada cinta di hati, hormati dan hargai dia sebagai imammu, sebagai suamimu," kata Bu Ratih.
Wajah Adista benar-benar datar sekarang. Tidak ada kebahagiaan, yang ada justru sikap skeptis, keragu-raguan untuk kehidupan rumah tangga mereka berdua ke depannya. Hingga akhirnya, Dista dibawa Bu Ratih menuju pelaminan karena Raka sudah menunggu. Ya, waktunya mengikrarkan ijab qobul akan segera tiba.
"Ibu, rasanya berat," kata Adista sekarang.
"Jalanilah, Nak. Terima Pak Raka sebagai takdirmu."
Dengan berat hati, Adista berjalan menuju pelaminan. Setiap langkah yang dia ambil penuh dengan keraguan. Terlebih menerima pria asing sebagai takdirnya itu sangat tidak mudah.
Hingga akhirnya, Bu Ratih mendudukkan Adista di sisi Raka yang kala itu memilih mengenakan Jas dan ada bunga yang tersemat di saku dadanya. Mama Erina tersenyum melihat Adista yang duduk di sisi putranya. Walau kedua pengantin sama-sama tak menunjukkan senyuman, tapi ini adalah langkah awal menuju kepada tahap penyesuaian.
"Kita mulai akadnya sekarang?" tanya seorang penghulu.
Lazimnya mereka akan mengiyakan dan akan segera melangsungkan akad. Akan tetapi sekarang, Papa Zaid meminta menjeda sejenak karena adiknya Raka belum tiba. Masih dalam perjalanan menuju ke villa ini.
"Mohon maaf, Pak. Lima belas menit lagi? Ada adiknya pengantin pria yang masih dalam perjalanan," kata Papa Zaid.
Akhirnya penghulu pun menganggukkan kepalanya, memberikan waktu tunda kurang lebih lima belas menit. Baik Raka dan Dista sama-sama tak berbicara sepatah kata pun. Raka terlihat serius, mungkin saja pria itu tengah berusaha menghafal kalimat akad. Sementara Adista hanya tertunduk.
Melihat dua mempelai yang sama-sama diam, Mama Erina kemudian bertanya kepada keduanya sejenak.
"Raka, apa kamu nervous? Pengen minum dulu enggak?" tanyanya lirih di sisi telinga putranya.
"Tidak, Ma. Raka baik-baik saja kok," balas Raka yang juga begitu lirih.
"Semangat yah. Kamu pasti bisa," kata Mama Erina.
Usai itu, Mama Erina merapikan sedikit sanggulan di rambut Adista dan berbicara kepada wanita yang sebentar lagi akan sah menjadi menantunya itu.
"Dista apa mau minum dulu? Biar Mama ambilkan," kata Mama Erina.
Ada gelengan samar dari Adista dan senyuman tipis di bibirnya. "Tidak Ma, Dista tidak perlu minum. Terima kasih," jawabnya.
"Oke baiklah, jangan panik yah."
Usai Mama Erina mengatakan itu, Mama Erina kembali duduk. Mama Erina tampak menepuki bahu putranya terlebih dahulu beberapa kali. Detik demi detik berlalu, menit demi menit pun berlalu. Pandangan penghulu dan petugas KUA hanya tertuju ke arloji di tangannya, menghitung waktu perpanjangan lima belas menit.
Suasana tentu saja tegang. Begitu juga dengan Raka dan Adista. Sebenarnya ini adalah hari bahagia, ikrar yang diucapkan akan menyatukan dua pribadi menjadi satu. Sayangnya, ada perasaan yang tak bisa dipaksakan. Ada garis batas yang masih begitu tajam antara Boss dan stafnya itu.
Menit berlalu, hingga penghulu berkata. "Kita lanjutkan pengucapan ijab dan qobul? Jangan melewatkan waktu yang baik."
Di saat bersamaan ada mobil alphard berwarna putih yang memasuki villa sehingga semuanya keluarga bersiap. Begitu juga dengan Raka yang siap akan mengucapkan akadnya. Pria itu menghela napas beberapa kali, disertai dengan dua orang yang berjalan ke arah mereka.
"Tunggu dulu Kak Raka!"
Terdengar sebuah suara yang membuat konsentrasi Raka kembali buyar. Suara siapakah itu? Kenapa sosok yang baru datang itu seolah memberikan interupsi?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Bunda Titin
kok aku yg deg2an ya .........berasa gimanaaaaaa gitu.........🤭😁
2023-07-22
0
fifid dwi ariani
trus berkarya
2023-07-15
0
mbok Darmi
mungkinkah pacar adista adik nya raka?
2023-06-12
0