Steven berjalan dengan tertatih-tatih karena efek obat yang mulai kuat pada tubuhnya. Ia membuka dasi dan membuang jasnya karena merasakan panas pada tubuhnya. Lengannya ia gurung sampai kesiku dan kancing kemejanya ia buka beberapa agar ada angin yang masuk membuatnya sejuk.
Huuhhh... Huuhhhh...
Napas Steven begitu memburu karena hasratnya yang naik, ia membutuhkan sentuhan seorang wanita saat itu juga untuk membuatnya nyaman. Ia berjalan dengan berpegangan pada tembok karena Steven tak bisa berdiri dengan tegak. Sampai di depan pintu, ia langsung masuk dan berjalan menuju di mana ranjang berada.
Alia yang mengetahui ada yang datang tersenyum lebar, ia mengira kalau yang datang itu adalah Zayn. Alia langsung menghampirinya, saat wanita itu menyentuh Steven, pria itu langsung menariknya ke dalam pelukannya dan memagut bibir Alia dengan lembut.
“Aahhh...,” ******* Alia terdengar seksi saat Steven mulai merayu tubuh yang telah polos itu, tapi seketika ia memekik kala sesuatu menerobos tubuh inti bagian bawahnya.
Alia tersenyum lebar kala sesuatu berhasil masuk ke dalam miliknya, ia masih berpikir kalau yang melakukan hal itu adalah Zayn. Rasa nik*at ia rasakan ketika Steven mulai mengerakkan pinggangnya, Alia seakan gi*a dengan kenik*atan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Er*ngan panjang memenuhi kamar tersebut kala keduanya sampai pada puncak permainan tersebut. Steven dan Alia terbaring karena kelelahan, mereka terlelap dengan berpelukan dalam satu selimut.
Paginya, Alia yang mengira Zayn tidur bersama dengannya langsung memeluknya erat dari belakang karena Steven membelakanginya. Ia meraih sesuatu yang membuatnya menggila selama dan ingin merasakannya lagi. Seketika tanpa menunggu lama, benda tersebut telah bangkit, tapi tiba-tiba saja tangan Steven memegang tangan Alia untuk menghentikannya.
“Al, maaf,” ucap Steven, Alia mengenali suara tersebut, ia bangkit dan duduk dengan begitu syoknya, Alia membalikkan paksa tubuh Steven dan terkejut.
“Jadi semalam....”
Steven bangun dan menatap Alia seraya menganggukkan kepalanya.
“Iya, itu aku. Entah bagaimana aku bisa berada di sini, Al. Saat aku sadar tadi, aku merasa bersalah, mengapa bisa terjadi kesalahan. Yang seharusnya diantar kesini olehku adalah Tuan muda, tapi entah mengapa malah aku yang berada di sini. Aku juga tak tahu siapa yang mengantarku kesini, ketika aku bangun tadi, aku terkejut kamu tidur dalam pelukanku dan kita tak mengenakan apa pun, aku langsung berbalik membelakangimu karena takut kamu marah padaku. Tadinya aku ingin meninggalkanmu, tapi aku sadar kalau aku adalah seorang pria, dan pria harus bertanggung jawab dengan gentle,” ucap Steven beralibi, ia tak ingin Alia mengetahui yang sebenarnya, dengan mengatakan kebohongan seperti ini maka Alia akan mempercayainya dan menerimanya.
“Gak mungkin... Stev, semalam kita gak mungkin melakukannya kan? Yang melakukannya bersama denganku bukan kamu kan?” Alia menggelengkan kepalanya, ia tak ingin mengakui kalau dirinya telah bercinta dengan pria yang tak ia inginkan.
Steven meraih tubuh Alia dan membawanya dalam pelukannya. “Al, kau yang mengetahuinya dengan pasti apa yang telah kita lakukan semalam. Aku berjanji akan bertanggung jawab padamu karena aku yang telah melakukannya,” ucap Steven.
***
“Tuan Zayn, saya sudah menyelidiki masalah siapa yang membakar salon Nyonya Scarlett. Ini adalah salinan CCTV yang merekam kejadian tersebut, saya mendapatkan ini dari Cafe yang berada tepat di depan salon milik Nyonya.” Raka memberikan sebuah disk yang ia dapatkan dari Cafe yang berada tepat di depan salon.
“Baiklah, terima kasih atas kerja kerasmu, Raka. Aku akan memberikan bonus untukmu.”
“Terima kasih, Tuan. Saya pamit undur diri.”
Raka pergi meninggalkan ruangan Zayn setelah menyerahkan disk yang ia dapat dengan susah payah. Zayn langsung memasang disk tersebut di laptopnya. Ia sungguh sangat penasaran dengan siapa yang telah berani mengusik milik istrinya.
Zayn menyeringai setelah ia melihat video tersebut, ia sudah dapat menebak siapa pelakunya.
“Kau sungguh berani. Andai bukan karena Scarlett, aku sudah membuat perusahaan orang tuamu lenyap dari dunia ini dan kujadikan kamu beserta Ibumu itu gembel di jalanan.” Zayn menggenggam tangannya erat hingga kukunya nyaris menusuk telapak tangannya, ia sungguh tak habis pikir dengan kelakuan saudara istrinya, meski saudara tiri tapi seharusnya tak bersikap seperti itu.
“Baiklah, mungkin aku perlu memberimu peringatan agar kau tak mencoba mengusik wanitaku lagi,” gumamnya kembali memiliki rencana untuk memberikan peringatan pada Alia.
Siang itu, di jam makan siang Zayn ada makan siang bersama dengan kolega bisnisnya. Tanpa sengaja ia melihat Alia yang juga makan siang di resto yang sama dengan dirinya. Namun, yang membuat Zayn terkejut adalah pria yang bersama dengan Alia sangat ia kenali.
“Steven,” gumam Zayn. “Sejak kapan kalian saling mengenal?” sambungnya penuh tanya.
“Baiklah Tuan Alberto, karena tak ada lagi yang akan dibahas, saya pamit undur diri terlebih dulu, kebetulan ada kenalan saya yang juga sedang berada di sini, rasanya tak pantas jika saya tak menyapanya,” ucap Zayn yang berencana ingin menghampiri Alia dan Steven.
“Kalau begitu, saya juga akan pamit karena ada rapat lagi di perusahaan. Senang bisa bekerja sama dengan Anda, Tuan muda.” Pria paruh baya bernama Alberto itu mengulurkan tangannya yang langsung dibalas oleh Zayn.
“Saya juga merasa terhormat bisa bekerja sama dengan senior yang begitu melegenda,” puji Zayn.
Alberto pergi setelah berpamitan, dan Zayn berjalan mendekati meja di mana Alia dan Steven yang sedang menikmati makan siangnya.
“Selamat siang, Tuan Steven. Tak menyangka akan melihat Anda di sini,” sapa Zayn yang membuat Steven dan Alia terkejut.
“Se-selamat siang, Tuan muda. Apakah Anda baru datang?” sahut Steven dengan nada gugup.
“Tidak, saya baru selesai makan siang bersama dengan rekan bisnis saya, kebetulan begitu selesai melihat Anda duduk di sini, akan tak sopan jika saya tak menyapa Anda, bukankah begitu.”
“Yah, benar.”
Steven sangat terlihat begitu gugup, ia seakan ketakutan telah menyembunyikan sesuatu, padahal ia tak menyembunyikan apa pun.
“Ngomong-ngomong, apakah kalian saling mengenal? Kebetulan wanita ini Adik tiri dari istri saya,” tanya Zayn yang semakin membuat Steven terkejut mendengar penuturan Zayn mengenai Alia yang merupakan adik iparnya.
Steven menarik napasnya dalam, ia mencoba mengontrol perasaannya. “Yah, kami saling mengenal, wanita ini adalah wanita yang istimewa bagi saya. Saya tak menyangka ternyata wanitaku adalah Adik ipar dari Tuan muda,” jelas Steven.
“Maaf, saya akan meralat ucapan Tuan Steven. Saya tak pernah menganggap wanita ini sebagai saudari dari istri saya, apalagi setelah dia melakukan pembakaran pada salon milik istri saya, saya semakin tak ingin menganggap kalau dia adalah bagian dari keluarga istri saya.” Zayn sengaja mengatakan hal demikian di depan Steven, sedangkan Alia yang tadi hanya diam kini menoleh pada Zayn dan menatapnya dengan mata yang membulat.
Dalam hati Alia, dia bertanya-tanya bagaimana Zayn bisa tahu perbuatannya. Sangat penting baginya untuk Zayn melihat bagaimana dirinya.
“Saya rasa Tuan muda sangat senang bergurau,” ucap Steven.
“Saya sedang tak bergurau, Tuan Steven. Apakah Anda ingin melihat buktinya, saya tak keberatan memberitahukannya pada Anda, agar Anda bisa lebih berpikir lagi kalau ingin menjadikannya yang istimewa,” sahut Zayn dengan seringainya, ia begitu menikmati ketegangan yang terpancar dari wajah Alia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
HARTIN MARLIN
bagus 👍👍 aku kasih jempol buat mu Zayn
2023-09-12
0
Aidah Djafar
mamam tuh Alia hasil perbuatanmu mencapai rekor 🤦hadiahnya karma 🤣🤣🤣
2023-08-07
0
💞@I_$he*917💞
😎😎terimalah nasibmu jalang...
brharap stelah ni tuh uler dihempaskan jg ma steven
2023-07-04
1