Episode 15

Alia berdiri, ia hendak meninggalkan meja tersebut karena ia tak bisa bernapas. Ia takut Zayn akan mengatakannya pada Steven, ia tak ingin orang lain mengetahui keburukannya.

“Anda ingin melarikan diri, Nona Alia?” Zayn dengan sengaja berucap demikian agar Alia merasa bersalah.

“Maaf, Tuan muda. Saya sedang tak enak badan, saya ingin pulang lebih dulu,” sahut Alia tanpa menoleh pada Zayn, ia terlalu gugup untuk bersitatap dengan Zayn.

Zayn menyeringai. “Oh, bukankah kau sengaja ingin menghindari pembicaraan ini? Karena kau takut citramu jelek dimata orang lain, padahal kau memang sudah buruk menurutku.”

“Kalau begitu, saya lebih tak bisa berada lebih lama lagi di sini. Saya tak peduli dengan apa yang dipikirkan oleh Steven. Jika ia ingin memandang saya tak baik, yah silakan. Tapi, jika Steven masih ingin memandang saya baik, aku pun akan dengan senang hati menerimanya. Bagi saya, pemikiran orang lain tentang diri saya, saya tak peduli. Saya permisi dulu, Tuan muda, Steven maaf.” Alia hendak pergi, tapi tiba-tiba saja tangannya dicekal oleh Steven, Alia berbalik dan menatap Steven dengan penuh pertanyaan.

Ada apa? Begitulah pertanyaan yang dilontarkan dari tatapan Alia pada Steven.

“Tuan muda, maaf sebelumnya. Apa pun yang dilakukan oleh Alia, saya minta maaf yang sebesar-besarnya atas namanya. Saya tak akan merubah pemikiran dan perasaan saya padanya, perasaan cinta saya padanya tulus dari dalam hati saya. Berapa kerugian yang disebabkan oleh Alia, jika Anda menginginkan ganti rugi saya akan membayarnya sesuai dengan permintaan Anda dan istri Anda. Jika setelah ini, Anda ingin memutuskan kontrak kerja sama dengan kami, maka saya akan bersedia,” ucap Steven dengan penuh keyakinan, tak ada keraguan dalam ucapan dan tatapan matanya, semua yang dikatakan oleh Steven karena rasa cintanya pada Alia.

Alia terkejut mendengar ucapan Steven. Pria yang ia tolak, kini membelanya dan masih ingin menerimanya meski ia telah melakukan kesalahan fatal pada orang nomor satu di kotanya.

“Steven,” gumam Alia, tapi masih di dengar oleh Steven.

Steven menoleh pada wanita yang dicintainya itu dengan senyuman yang begitu lembutnya, tak ada gurat kemarahan dari wajah pria tampan itu.

“Aku mencintaimu, Al. Kamu tak perlu khawatir akan kerja sama antara aku dan Tuan muda. Jika Tuan muda memutuskan kerja sama ini, perusahaanku tak akan bangkrut kok,” ucap Steven membuat Alia tersentuh.

“Terima kasih,” balas Alia.

“Kembali kasih,” ucap Steven lembut, sejenak keduanya melupakan kalau Zayn masih berada di tempat tersebut bersama dengan mereka.

“Wah, tak menyangka saya dapat melihat drama hari ini. Anda tenang saja, Tuan Steven. Saya tak berniat memutuskan kerja sama antara kita. Saya malah salut, karena Anda dapat menerima kesalahan fatal yang dilakukan oleh wanita yang Anda cintai. Semoga Anda langgeng bersama dengannya, jangan lupa undangan pernikahannya, saya menunggunya. Untuk masalah ganti rugi, saya tak memerlukan itu.” Zayn menyelamati Steven, ia begitu salut pada rekan bisnisnya itu yang berbesar hati menerima kesalahan wanita yang ia cintainya itu. Steven dan Alia tersadar akan drama romantis yang mereka lakukan di depan Zayn.

“Maaf-maaf, saya terbawa suasana.” Steven menjadi salah tingkah. “Terima kasih, Tuan muda. Saya tak akan mengecewakan Anda dalam kerja sama ini. Terima kasih juga karena Anda tak akan memperpanjang masalah apa yang diperbuat oleh Alia. Semoga Anda bahagia juga dengan istri Anda, saya titip salam permintaan maaf padanya. Saya yakin dia adalah wanita yang lembut dan pemaaf,” ucap Steven sangat berterima kasih.

“Ah, sayangnya Anda salah, Tuan Steven. Istri saya adalah wanita yang bar-bar dan mungkin sedikit pendendam. Jika dia tahu saudara tirinya yang telah melakukan hal demikian, mungkin dia akan mendatanginya dengan sebuah kepal yang siap dilayangkan.” Zayn terkekeh geli mengingat betapa tak lembutnya istrinya itu.

“Wah, kalau begitu saya akan menyembunyikan wanita saya agar Nyonya muda tak menemukannya,” balas Steven.

“Itu akan lebih baik.”

Keduanya tertawa, ketegangan yang tadi sempat tercipta, kini mencair karena Steven yang menerima Alia apa adanya meski perbuatannya buruk. Alia sungguh sangat terharu akan hal itu, hatinya tersentuh akan cinta tulus dari Steven.

“Saya pamit dulu, semoga kalian bahagia.” Zayn menyalami Steven, keduanya saling memeluk dan tak ada perasaan mara lagi dari hati Zayn.

Zayn pergi meninggalkan pasangan yang baru saja resmi menjalin hubungan berkat dirinya. Senyumnya terus terpancar dari wajah tampannya.

“Aku harus belajar dari Steven yang memaafkan perbuatan jelek wanita yang dicintainya,” gumam Zayn yang salut akan keberanian Steven memaafkan perbuatan Alia dan tetap mencintainya dengan tulus, bahkan rela melepas segalanya demi wanitanya.

Malam menjelang, kebetulan Scarlett tak ikut dirinya ke kantor. Ia meraih ponselnya untuk menghubungi istrinya itu.

“Apakah aku mengganggu?” tanya Zayn.

[Tidak, aku hanya baru saja selesai memasak untuk makan malam. Apakah kau akan makan malam di rumah? Jika kau lembur, maka aku akan membawanya ke sana dan kita bisa makan malam bersama]

“Tak perlu, aku akan segera pulang. Berdandanlah yang cantik agar makan malam ini menjadi istimewa dan romantis,” pinta Zayn.

[Aku sudah cantik dari lahir, tak perlu berdandan lagi]

“Haha, baiklah. Kau memang teramat cantik hingga aku tak mampu melirik wanita lain. Ya sudah, aku akan bersiap untuk pulang. Sampai jumpa di rumah, I love you.”

Tak ada jawaban dari ungkapan perasaan Zayn itu, pria itu memakluminya.

“Ya sudah kalau begitu, aku tutup yah.”

[Hm]

Hanya terdengar suara hm saja dari seberang saja. Zayn tersenyum, ia tak marah dengan jawaban istrinya itu. Ia memakluminya, karena ia menikahi Scarlett tanpa persetujuan darinya.

“Raka, kita tak perlu lembur. Bereskan semuanya, aku akan pulang sekarang, kau juga harus pulang,” titah Zayn.

“Baik, Tuan muda.”

Zayn pulang dengan perasaan bahagia, sedari ia bertemu dengan Steven dan Alia tadi, perasaannya benar-bena baik. Ia ingin memiliki perasaan yang sama seperti yang diberikan Steven pada Alia.

Raka yang tak biasa melihat Bosnya tersenyum, bergidik ngeri. Ia merasa ada yang salah dengan Bosnya itu, karena Zayn tak pernah tersenyum pada siapa pun, mau itu sendiri ataupun dengan orang lain. Ia tak tahu saja kalau Bosnya itu sedang dalam masa rencana pendekatan pada istrinya itu.

‘Bos, apakah kau masih waras? Aku sungguh takut dengan senyumanmu itu. Tak bisakah Anda bersikap datar seperti biasanya,’ batin Raka dalam hati, ia hanya mampu mengatakannya dalam hati saja karena takut Zayn akan memberikan hukuman padanya, baginya kerja lembur akan lebih baik daripada hukuman Zayn yang memotong bonus bulanan dan tahunannya.

Terpopuler

Comments

Aidah Djafar

Aidah Djafar

like Steven pria baik berjiwa besar bijaksana 👍👌
Alia Uda sadar belom kamu 🤔🤦
masih untung ada Steven yg nolong kamu dari hasil perbuatan jelekmu itu 🤦

2023-08-07

0

Mara

Mara

Nikmat apa lagi yang kau dusta kan Alia....cinta sejati mu di depan mata🥰

2023-07-24

1

Muhamad Bardi

Muhamad Bardi

jangan takut raka bos mu itu masih waras, bosmu kaya gitu karna dia lagi berbahagia, begitulah kalau orang udah bucin jadi kaya orang gila senyum" sendiri😁😁😁

2023-06-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!