Malam itu, Scarlett telah tertidur lelap saat ponselnya terus saja berdering. Zayn yang kebetulan mendengarnya langsung bangkit dan ingin memeriksa siapa yang meneleponnya tengah malam begini. Sebab, tak mungkin jika bukan hal penting ada orang yang berani meneleponnya saat sang pemilik ponsel tengah istirahat.
“Hallo,” sapa Zayn ketika ia menerima panggilan tersebut, ia tak berpikiran aneh karena dilayar ponsel istrinya tertulis nama Herman security, mungkin saja itu security salon milik istrinya, tapi ada apa, begitulah pertanyaan Zayn sebelum mengangkat telepon istrinya itu.
“...”
“Saya suaminya, katakan saja ada apa? Apakah ada hal mendesak hingga di jam istirahat seperti ini seorang security berani menelepon majikannya?” tanya Zayn dengan tak sukanya.
“...”
Nampak Zain terdiam, mungkin ia sedang mendengarkan seseorang yang tengah bicara dibalik teleponnya itu.
“Apa! Siapa pelakunya? Apakah sudah telepon pemadam kebakaran? Aku akan segera ke sana.” Zayn mematikan panggilannya secara sepihak dan menyimpan mengantongi ponsel istrinya, ia mengambil jaket dan menghampiri istrinya yang tengah terlelap.
“Sayang, aku ada urusan mendadak yang harus dikerjakan, kamu tidurlah uang nyenyak yah, jika sudah selesai aku akan segera kembali,” ucap Zayn berbisik pada istrinya, ternyata Scarlett mendengarnya dan membuka matanya.
“Apakah harus malam ini? Tidak bisakah diselesaikan esok saja?” tanya Scarlett yang seakan tak rela ditinggal, Zayn ingin bicara jujur tapi ia takut membuat istrinya syok.
“Sayang... Aku akan mengatakan yang sebenarnya padamu untuk apa aku pergi malam-malam seperti ini, aku harap kamu jangan syok yah,” ucap Zayn dengan hati-hati.
“Ada apa?”
“Sebenarnya, salonmu kebakaran, tadi seseorang bernama Herman menelepon ponselmu tapi kamu tak bangun, jadi aku yang menerimanya, dia mengatakan kalau salonmu terjadi kebakaran,” jelas Zayn perlahan.
“What!!! Kamu gak bercanda kan?” tanya Scarlett yang terkejut, Zayn menggelengkan kepalanya. “Lalu, bagaimana keadaannya sekarang? Apa apinya sudah padam? Aku ingin ikut, tunggu aku.” Scarlett bangkit untuk bersiap pergi dengan Zayn.
Zayn tak bisa mencegah istrinya untuk ikut, biar bagaimanapun itu adalah salon milik istrinya. Beberapa menit berlalu, Scarlett dan Zayn pergi menuju salin milik Scarlett.
Melihat salonnya yang sudah setengahnya hangus, Scarlett sangat syok. Hasil berjuangnya dari nol dengan sahabatnya Violet harus berakhir begitu saja tanpa ampun. Kakinya terasa lemas dan terduduk diaspal, Scarlett menangis melihat apa yang terjadi di depan matanya.
“Ikhlaskan, aku akan membangunnya ulang untukmu, bahkan yang lebih bagus dari ini dan juga lebih besar.” Zayn mencoba menenangkan Scarlett yang sedang sedih karena usahanya yang dirintis dari nol harus hilang begitu saja.
“Aku harus mengabari Violet, aku yakin dia belum mengetahuinya.” Scarlett mencari ponselnya, ternyata ia tak membawanya.
“Kau mencari ini?” Zayn memberikan ponsel milik istrinya yang tadi sempat ia kantongi.
Tanpa berpikir lagi, Scarlett segera menghubungi Violet.
Sekitar setengah jam lamanya, Violet tiba dengan wajah yang juga terkejut melihat salonnya yang sudah setengahnya habis dilahap oleh si jago merah. Ia melihat sahabatnya yang juga tengah syok seperti dirinya, bahkan lebih syok dari dirinya. Wajar saja, karena seluruh modal untuk mendirikan salon tersebut, seluruhnya milik Scarlett dan ia hanya membantunya saja.
“Beb, yang sabar yah.” Violet memeluk sahabatnya itu dengan erat, ia tahu bagaimana perasaan Scarlett saat ini karena ia juga merasakannya.
“Aku harus mencari tahu siapa yang melakukan ini, aku yakin ini peringatan dari orang yang tak menyukaiku,” ucap Scarlett penuh dengan amarah.
“Kamu tak perlu berbuat apa pun, karena aku sudah mengutus orang untuk menyelidiki masalah ini.” Zayn yang baru saja selesai telepon langsung menyambar.
“Terima kasih karena telah merepotkanmu,” ucap Scarlett.
“Kamu gak merasa curiga sama Ibu dan Adik tirimu gak sih? Kok aku tiba-tiba saja kepikiran mereka ya. Soalnya orang yang paling memiliki motif menyakitimu itu mereka. Kamu dan aku tak memiliki musuh, lalu siapa lagi?” Violet memiliki perasaan curiga pada Sarah dan Alia, karena hanya mereka saja yang memiliki motif kuat untuk berbuat buruk pada Scarlett.
“Aku sempat berpikir mereka juga sih, tapi kalau dipikir lagi Alia sering meminta uang padaku, sepertinya tak mungkin juga karena sumber uang dia pastinya akan berkurang.” Scarlett tak menampik apa yang dikatakan oleh Violet, tapi ia juga tak bisa mengiyakannya karena belum memiliki buktinya.
“Iya, kamu benar, sebelum kita memiliki bukti yang kuat, kita tak bisa mengatakan mereka bersalah.”
“Kalian tenang saja, saat semuanya terungkap, maka kalian bisa memberi hukuman pada pelakunya sendiri. Kita hanya perlu menunggu kabar dari anak buahku saja. Lebih baik kita pulang, api sudah padam, semua orang sudah pulang. Aku akan membangun ulang salonnya kembali,” ucap Zayn mencoba menenangkan mereka.
Zayn, Scarlett dan Violet pulang karena hari memang masih sangat malam. Zayn sudah berkata demikian, jadi dua wanita cantik itu tak berani lagi untuk tak menurutinya.
***
Sementara, d tempat lain Sarah dan Alia sedang menikmati hari bahagia mereka karena telah berhasil menjalankan rencananya. Salon Scarlett yang terbakar, memang ulah keduanya untuk memberi pelajaran pada Scarlett karena sudah berani melawan dan membuat sakit hati pada Alia.
“Setelah salonnya kita hanguskan, setelah ini kita buat wanita itu kehilangan prianya. Aku akan membuat Tuan muda menjadi milikku tak peduli bagaimana caranya,” ucap Alia dengan seringai liciknya.
“Lusa malam dia akan ada pertemuan bisnis dengan Steven, kamu bisa memanfaatkan kebo*ohan pria itu untuk membantumu berakhir dengan Tuan muda. Dia akan bersedia membantumu asal kau memberinya sedikit ciuman mesra,” sambung sang Ibu yang telah mengantongi jadwal Zayn.
“Mamah benar, hanya sebuah ciuman saja dan Steven akan membantuku mendapatkan Tuan muda.” Alia menyeringai licik, ia berpikir rencananya sudah matang dan akan berjalan dengan lancar.
***
Pagi itu, Scarlett terlihat murung dan tak bersemangat seperti biasanya. Ia sudah tak memiliki kegiatan uang harus dilakukannya setiap hari.
“Ikut aku ke kantor oke,” pinta Zayn.
“Aku ingin istirahat saja di rumah,” tolak Scarlett.
Zayn memeluk istrinya itu yang sedang membuat kopi hitam untuk dirinya dari belakang. Pria tampan itu meletakkan dagunya di pundak Scarlett.
“Aku ingin ditemani olehmu, rasanya menjadi tak semangat karena kau tak bersedia menemaniku,” rengek Zayn bagaikan anak kecil.
“Aku pun tak bisa membantu apa pun jika ikut, hanya bisa duduk atau tidur, mending di rumah saja.” Scarlett masih enggan untuk ikut.
“Kalau begitu, aku tak akan pergi kerja. Istriku sedang bersedih di rumah, aku harus menemaninya.”
Scarlett menolehkan kepalanya yang langsung terkena ciuman dari Zayn di pipinya.
“Pasti sengaja,” cibir Scarlett.
“Aku tak tahu kalau kamu akan menoleh,” protes Zayn. “Jadi bagaimana?” sambungnya menunggu jawaban istrinya dengan memaksa.
“Baiklah-baiklah, aku akan bersiap dulu dan kamu bisa sarapan lebih dulu,” akhirnya Scarlett mengalah pada suaminya yang suka memaksa itu, ia segera mengganti pakaiannya dan bersiap.
“Tidak, aku akan menunggumu.”
“Whatever.” Scarlett memutar bola matanya jengah dengan tingkah bucin Zayn yang seperti anak kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Aidah Djafar
bener bener ya tuh Emma anak 🤦😠😠gregeet pengen di celupin ke teh celup 🤣🤣🤣
2023-08-07
0
💞@I_$he*917💞
tuh duo racun minta disledhing otaknyee deh biar bener
2023-07-04
1