"Kau lucu sekali, Sayang. Jangan bilang kau malu pada suamimu sendiri," cetus Sadam. Tanpa diduga, dia melepas bajunya. Tubuh atletis Sadam yang dihiasi luka itu terpampang nyata.
"Sa-sadam..." Erine semakin gugup. Dia tahu dirinya berperan sebagai istri sekarang. Erine juga tahu kewajiban yang harus dilakukan oleh sepasang suami istri. Dia tahu betul kalau sekarang dirinya sedang berpura-pura. Meskipun begitu, Erine akan berusaha keras mempertahankan harga dirinya.
"A-aku sudah selesai mandi, Sayang. Kau mau apa?" tanya Erine.
"Mandi bersamamu," jawab Sadam.
"Kau tidak bisa. Aku baru saja selesai!" ujar Erine. Buru-buru dia berlari melewati Sadam. Namun tangan Sadam sigap menghentikan.
Erine langsung memanfaatkan waktu untuk menjangkau handuknya. Untung saja dia berhasil. Tanpa pikir panjang, dirinya segera melilitkan handuk tersebut ke tubuhnya.
"Dapat! Mau kemana kau, hah?" Sadam menarik Erine ke depan dirinya. Lalu memeluk gadis itu dari belakang.
Tubuh Erine seketika meremang. Jantungnya berdegup kencang. Apalagi saat Sadam menenggelamkan wajah ke ceruk lehernya.
Erine hanya bisa menggigit bibir bawahnya. Dia berharap Sadam tidak berbuat lebih.
Sayang, semuanya tidak sesuai harapan Erine. Sebagai suami, Sadam tentu merasa memiliki kuasa untuk menyentuh Erine. Perlahan tangannya membuka sematan handuk gadis tersebut.
Erine semakin dilanda panik saat Sadam nyaris menelanjanginya. Dia harus memikirkan cara untuk lepas dari kekangan Sadam.
'Aku harus lakukan sesuatu,' batin Erine. Dia memutuskan akan mengajak Sadam bercanda.
Dengan cepat Erine memutar tubuh menghadap Sadam. Kemudian menggelitiki perut lelaki itu.
Sadam sontak tergelak. Dia juga agak kaget dengan serangan Erine.
"Kau bau! Lebih baik kau mandi sendiri ya, Sayang..." ucap Erine. Dia memberanikan diri untuk mengalungkan tangan ke leher Sadam.
"Cih! Berani ya ngejek suaminya sendiri," balas Sadam. Walau berucap begitu, dia terkekeh.
"Tapi kau benar. Aku memang bau. Sejak pulang dari rumah sakit kemarin aku belum mandi," ungkap Sadam.
Erine tergelak. Kali ini bukan karena pura-pura. Dia benar-benar tertawa. Lucu saja mendengar Sadam mengaku kalau dirinya tidak mandi.
"Pantas saja. Ya sudah, kau sebaiknya mandi," saran Erine.
"Aku rasa begitu. Karena itulah aku masuk saat kau ada di sini. Aku butuh bantuanmu," kata Sadam.
Erine terkesiap. Dia berpikir Sadam ada benarnya. Lelaki itu tentu kesulitan mandi dalam keadaan buta. Terlebih Sadam belum terbiasa.
"Ya sudah. Aku akan membantumu." Erine terpaksa setuju.
"Kalau begitu, bantu aku melepas celana," pinta Sadam.
Erine tidak punya pilihan lain. Sambil memejamkan mata, dia lepas celana Sadam. Erine tidak sekali pun berani melirik ke alat pribadi lelaki tersebut. Ia hanya fokus membimbing dan memberitahu Sadam mengenai letak keran shower serta posisi sabun.
"Kalau kita mandi bersama pasti lebih menyenangkan," ucap Sadam.
"Tidak! Aku tidak mau mandi bersama lelaki yang sudah lama tidak mandi," tukas Erine bercanda. Dia berpura-pura tertawa bersama Sadam.
Di sisi lain, Haris tengah berpikir. Dia berusaha mencari cara agar Sadam tidak bisa menyentuh Erine dengan intim.
"Tidak mungkin Erine beralasan sedang haid. Karena kemarin dia sudah mengakui kehamilannya," gumam Haris sembari terus mencari solusi.
Beberapa menit kemudian, Haris menemukan solusi yang tepat. Jarinya menjentik nyaring.
Rencana Haris tidak lain adalah membuat drama sandiwara keguguran. Lagi pula jika Erine terus-terusan mengaku hamil, kemungkinan Sadam untuk curiga akan lebih besar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Faizah Indah lestari
semakin banyak kebohongan.. erine dan haris seperti orang jahat,😆
2023-06-10
1