"Sampai aku menemukan jantung yang cocok untuk Sadam." Haris menjawab pertanyaan Erine.
"Apa itu memerlukan waktu yang lama? Karena tidak mungkin aku terus berpura-pura menjadi Aylin," kata Erine. Berbicara dengan nada pelan.
"Aku tahu. Makanya aku sudah membicarakan semua ini pada dokter terbaik di negeri ini. Kalau sudah mendapat koneksi, aku bisa mendapat bantuan dari dokter luar negeri. Dengan begitu, sandiwara ini dapat dilakukan dengan cepat." Haris menjelaskan panjang lebar.
"Aku akan mempercayaimu," ujar Erine. Dia terdiam ketika seorang lelaki tua yang lewat sambil dituntun oleh perawat. Melihat lelaki tua itu, Erine jadi teringat ayahnya.
"Ngomong-ngomong, bagaimana dengan ayahku? Apa dia baik-baik saja selama aku tidak ada di sisinya?" tanya Erine.
"Ya, aku membayar seorang perawat untuk menjaganya," jawab Haris.
"Baguslah. Aku mau menemui ayahku sebentar." Erine berdiri dari tempat duduk. Namun pergerakan gadis tersebut harus terhenti saat Haris menggenggam tangannya.
"Terima kasih..." ungkap Haris. Membuat Erine menoleh ke arahnya. Gadis itu bisa melihat kesungguhan dari binar mata Haris.
"Aku juga berterima kasih padamu. Kita melakukan ini demi keuntungan masing-masing," sahut Erine. Perlahan dia melepas genggaman tangan Haris. Lalu beranjak pergi.
Usai Erine pergi, Haris masuk ke kamar Sadam. Ia melihat tuannya itu tertidur nyenyak.
Haris menatap Sadam dengan tatapan nanar. Sungguh, lelaki yang kini menjadi tuannya tersebut sangat penting dalam hidupnya. Haris merasa apa yang sudah dia lakukan untuk Sadam bukanlah apa-apa. Terutama jika dibandingkan dengan apa yang sudah dilakukan Sadam pada Haris.
'Maaf aku harus berbohong padamu, Tuan. Aku hanya tidak mau melihatmu terpuruk. Nona Aylin benar-benar penerang dalam hidupmu. Aku tahu kau pasti syok mendengar keadaannya sekarang.' Haris membatin. Dia juga mengingat jasad Aylin yang telah diserahkan pada pihak panti asuhan untuk dikuburkan. Kebetulan perempuan itu adalah anak yatim piatu. Haris bahkan tidak lupa memberitahu sandiwara yang dilakukannya pada ibu penjaga panti. Wanita tersebut termasuk salah satu orang terdekat Aylin dan Sadam. Ia sangat mengerti dengan kondisi Sadam. Pastinya wanita itu bisa memaklumi kenapa Haris harus membuat sandiwara.
Di sisi lain, Erine sedang menemani ayahnya. Dia tidak mau berbohong pada Drajat. Erine menceritakan semuanya. Terutama tentang Sadam.
"Malang sekali lelaki itu," ungkap Drajat.
"Aku tahu, Ayah..." Erine meletakkan dagu ke atas tangan Drajat yang digenggamnya. "Meski harus menjaga Sadam, aku juga akan berusaha setiap hari menjengukmu," tuturnya.
"Terima kasih, Rin. Dan... Maafkan aku juga. Harusnya kau tidak perlu sampai berbuat begini karenaku. Mungkin sudah waktunya aku--"
"Enggak, Yah! Jangan pernah coba-coba bersikap pasrah di hadapanku! Selama kau masih bernafas, aku akan melakukan segala cara agar kau bisa sehat kembali. Kita bisa hidup bersama lagi. Pergi ke pasar malam, makan jagung rebus Bu Wati, terus makan wartegnya Pak Dani. Ayah mau melakukan itu lagi kan?" potong Erine.
Drajat mengembangkan senyum. Kemudian membelai kepala Erine. "Ayah bangga dan sangat bersyukur sama kamu," ucapnya. Dia lantas mendapat pelukan dari Erine.
Puas menemani Drajat, Erine pergi ke kamar Sadam. Dia melihat lelaki itu masih tidur nyenyak.
"Dia belum bangun?" tanya Erine.
"Sepertinya segala hal tentang Aylin membuatnya tidur dengan nyaman," tanggap Haris yang masih menemani Sadam.
"Cinta Sadam pada Aylin pasti sangat besar bukan?"
"Ya, para karyawan di perusahaan bahkan menyebut mereka pasangan romeo dan juliet."
"Bahkan akhir kisah cinta mereka juga seperti romeo dan juliet. Tragis..."
"Tidur dan beristirahatlah. Kau pasti lelah." Haris tampak merebahkan diri ke sofa panjang. Dia akan tidur di sana.
Erine yang melihat, segera telentang ke hospital bed. Dia juga mencoba untuk tidur.
Satu hari berlalu. Keadaan Sadam pulih dalam waktu cepat. Dokter bahkan kagum akan perkembangannya. Sehingga Sadam diperbolehkan pulang.
Karena telah bekerjasama dengan dokter yang bertugas, Erine juga disebutkan boleh pulang.
"Aku tidak mengerti kondisi kalian bisa pulih secepat ini dalam waktu bersamaan," kata Dokter sambil melirik ke arah Erine dan Haris secara bergantian. Dia terpaksa ikut berbohong karena mengetahui kondisi Sadam.
"Itulah yang namanya jodoh, Dok." Sadam menanggapi dengan sumringah. Dia tak berhenti menggenggam tangan Erine yang dirinya kira sebagai Aylin.
Sadam terlihat bahagia sekali walau harus kehilangan penglihatannya. Aylin memang salah satu alasan kenapa kepulihannya terjadi begitu cepat.
Bukannya ikut bahagia, Erine justru merasa sedih saat melihat Sadam. Dia merasa sangat bersalah sekaligus kasihan. Sebenarnya Haris juga merasakan hal serupa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Faizah Indah lestari
hati² erine awalnya berbohong lama² jatuh hati😄
2023-06-03
2