Erine tak bisa terpikirkan alasan lain selain lupa. Terlebih Sadam mendadak muncul. Lelaki itu pasti ingin segera makan risotto yang dijanjikan Erine.
"Maafkan aku, Sayang..." ungkap Erine sembari berjongkok ke hadapan Sadam. "Aku rasa kecelakaan yang terjadi sangat berdampak padaku," sambungnya.
Sadam dapat merasakan tangan Erine yang menggenggam salah satu tangannya. Ia memang merasa aneh. Namun karena masih percaya kalau Erine adalah Aylin, Sadam memilih memaklumi. Senyuman mengembang di wajah lelaki tersebut.
"Tidak apa-apa, Sayang. Aku justru merasa tidak enak sudah merepotkanmu," tutur Sadam.
"Bagaimana sebagai gantinya aku buatkan makanan lain," cetus Erine.
"Boleh." Sadam mengangguk.
"Kau suami terbaik di dunia," puji Erine. Kalimat itu diucapkannya begitu saja karena merasa lega.
"Kau juga istri terbaik di dunia." Sadam balas memuji. Keningnya mengernyit saat mencium ada aroma gosong. Akan tetapi Sadam mengabaikan hal itu.
Erine segera bergerak untuk memasak. Dia sibuk mengambil beberapa bahan dan memotongnya. Posisi Erine sekarang dalam keadaan membelakangi Sadam.
Tanpa sepengetahuan Erine, Sadam berdiri dari kursi rodanya. Lalu melangkah pelan menuju tempat dimana Erine berada.
Sadam tentu hanya mengandalkan suara yang diperdengarkan Erine. Suara potongan terdengar jelas oleh Sadam. Sehingga hal tersebut menjadi penuntun arah tujuannya.
Perlahan namun pasti, Sadam akhirnya bisa menggapai Erine. Dia awalnya memegang rambut panjang gadis itu. Untung saja rambut Erine sama panjangnya dengan Aylin.
Saat yakin gadis yang disentuhnya adalah sang istri, Sadam melingkarkan tangan ke pinggul Erine.
"Meski aku tak bisa melihat. Tapi aku akan berusaha menjadi suami romantis. Persis seperti yang kau suka," ujar Sadam sembari mengeratkan pelukan dari belakang. Ia meletakkan dagu ke bahu Erine. Kemudian memejamkan mata. Seolah dirinya telah menemukan tempat ternyaman.
Berbeda dengan Sadam, Erine diterpa perasaan gugup sangat serius. Tubuhnya seketika membeku. Matanya membulat karena merasakan sentuhan tak terduga dari Sadam.
Beberapa kali Erine menelan salivanya sendiri. Jantungnya juga berdegup lebih kencang dari biasanya.
Erine benar-benar kaku. Apalagi dia tidak pernah memiliki pengalaman romantis layaknya Aylin dan Sadam. Semuanya terasa baru bagi gadis itu.
"Aroma badanmu agak berbeda dari sebelumnya. Kau juga bau keringat," komentar Sadam sambil terkekeh. Dengan cepat dia memutar tubuh Erine untuk menghadapnya. Maka semakin gugup pula Erine.
Sadam memegangi wajah Erine. Ia dapat merasakan keringat disekitaran pelipis gadis itu. Sadam lantas menyekanya dengan telapak tangan.
"Meski sudah lelah, kau tetap mencoba memasakkan hidangan untukku. Aku benar-benar beruntung bisa memiliki istri sepertimu, Aylin..." ungkap Sadam. Dia kian mendekatkan wajahnya.
"Sa-sadam..." Erine bingung harus bagaimana.
"Aku kebetulan juga mencium bau gosong. Sepertinya kau terlalu berusaha keras membuatkan makanan untukku. Kau lelah, sebaiknya kita pesan makanan saja," saran Sadam.
"Ti-tidak perlu. Aku sudah memotong sayurnya. Aku akan memasak--" perkataan Erine terpotong saat Sadam menempelkan jari telunjuk ke depan bibirnya.
Setelah menyuruh diam dengan jari telunjuknya, Sadam memegang tengkuk Erine. Perlahan dirinya mendekat karena berniat mencium bibir gadis tersebut.
Erine sangat paham apa tujuan Sadam sekarang. Dia kesulitan menghindar karena punggungnya sudah mentok ke depan wastafel.
"Sayang!" Erine berseru karena terdesak. Tepat sebelum bibir Sadam mendarat ke mulutnya.
"Aku sejak tadi sakit perut. A-aku ingin ke toilet sebentar," ucap Erine. Dia perlahan melepaskan diri dari pelukan Sadam. Lalu menuntun pria itu ke kursi roda dulu sebelum beranjak ke toilet. Selanjutnya Erine segera pergi.
Sadam termenung saat Erine pergi. Dia merasa gadis yang dirinya anggap sebagai istri itu semakin aneh. Sadam mulai menaruh rasa curiga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Faizah Indah lestari
bikin deg degan saja..
2023-06-07
1