Erine menggigit bibir bawahnya. Dia berusaha menemukan jawaban untuk pertanyaan Sadam.
Bersamaan dengan itu, telinga Sadam mendengar sesuatu yang menarik perhatian. Dia merasa mendengar langkah kaki seseorang selain Erine.
"Sayang? Apa ada orang lain bersama kita?" tanya Sadam. Dia berusaha kembali menajamkan pendengarannya lagi.
Mendengar pertanyaan itu, Haris segera berhenti melangkah. Dia mematung dan menghimpitkan diri ke dinding. Membiarkan Sadam dan Erine melewatinya.
Haris dan Erine bertukar tatapan tegang. Saat itulah Haris memberitahukan jalan menuju balkon dengan isyarat tangan serta pergerakan mulutnya.
Erine mengangguk. Dia juga berucap, "Tidak ada. Hanya ada kita berdua."
"Benarkah?" Sadam mengerutkan dahi. Dia mencoba mendengarkan lagi untuk memastikan. Tetapi dirinya hanya bisa mendengar langkah kaki Erine.
"Tidak ada kan?" tanya Erine.
"Ya, kau benar. Aku pasti salah dengar," jawab Sadam.
"Mungkin itu tadi Haris yang berjalan menuruni tangga." Erine memberikan alasan yang logis. Tak lama kemudian dia dan Sadam tiba di balkon.
Sadam tersenyum lembut. Begitu juga Erine. Keduanya merasa tenang saat menghirup udara segar.
"Oh iya, kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Kau ingat hal terakhir kali yang kita lakukan di sini?" imbuh Sadam.
Mata Erine seketika meliar. Dia kembali dilanda panik. Padahal tadinya Erine sempat berpikir dirinya akan lepas dari pertanyaan itu.
"I-iya. Itu saat yang paling menyenangkan." Erine memberi jawaban asal. Dia berharap Sadam tak curiga.
"Menyenangkan? Kita justru bertengkar saat itu. Oh... Jadi kau berpikir pertengkaran kita tempo hari menyenangkan?" tanggap Sadam sembari terkekeh.
"Eh, bukan begitu, Sadam. Eh... Maksudku, Sayang. Ugh! Maafkan aku..." Erine meringiskan wajah. Di dalam hati, dia merutuki dirinya sendiri.
Sadam tergelak. "Kau aneh sekali," komentarnya.
"Maaf, musibah yang baru saja kita alami membuatku tidak fokus." Erine memberi alasan.
"Aku tahu itu hal yang berat. Aku benar-benar suami yang tak tahu malu. Kau pasti merasa lelah karena memiliki suami cacat sepertiku," ujar Sadam. Raut wajahnya berubah jadi datar.
"Tidak, Sayang. Aku tak bermaksud begitu." Erine jadi merasa bersalah. Ia benar-benar sudah salah bicara. Gadis itu bergegas berjongkok ke hadapan Sadam.
"Maaf sudah membuatmu berpikir begitu. Tapi aku ingin kau tahu bahwa kau sangat berharga bagiku. Bagaimana pun keadaanmu," ungkap Erine. Tanpa sadar dia mengucapkan itu dengan kesungguhan.
"Aku..." Erine ingin berpura-pura mengungkapkan cintanya sebagai Aylin. Dia sering melihat di film atau cerita kalau pernyataan cinta adalah mantra yang mampu merubah suasana menjadi lebih baik.
"Aku mencintaimu..." lanjut Erine.
Benar saja, Sadam langsung tersenyum. Tangannya terulur karena ingin menyentuh sosok perempuan yang dia kira istrinya.
Erine segera menyambut tangan Sadam. Dia merasa lega. Karena pertanyaan itu setidaknya Erine sadar kalau dirinya masih membutuhkan info lebih banyak tentang Aylin. Dia nanti berniat mencari sesuatu tentang Aylin di rumah mewah Sadam sekarang.
"Aku juga mencintaimu," ucap Sadam.
Puas bersantai di balkon, Sadam dan Erine kembali ke kamar. Kala itu Sadam meminta Erine tidur bersamanya.
Dengan perasaan gugup dan terpaksa, Erine menurut saja. Ia mengikuti arahan Sadam. Lelaki tersebut membiarkannya merebahkan kepala ke atas dada.
Deg!
Jantung Erine sontak berdegup kencang.
Bertepatan dengan itu, seorang lelaki memencet bel pintu. Dia tidak lain adalah Saka. Kakak tiri Sadam.
Kebetulan orang yang membukakan pintu adalah Haris. Matanya membelalak tatkala menyaksikan kedatangan Saka. Orang yang bisa dibilang paling berbahaya untuk Sadam. Akan semakin bahaya jika Saka mengetahui kondisi Sadam sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Faizah Indah lestari
kau tidak salah dengar sadam
2023-06-04
2