Sadam terus terdiam sampai Erine kembali. Dia menunggu gadis itu memasak. Selanjutnya, mereka makan bersama. Dengan hati-hati Erine menyuapi Sadam makan.
"Apa kau marah? Kau tiba-tiba jadi pendiam," ucap Erine.
"Tentu tidak. Aku memang begini saat makan. Tidak terlalu banyak bicara," sahut Sadam. Tersenyum singkat.
"Ah, i-iya." Erine tergagap. Lagi-lagi dia merasa salah bicara. Jika dirinya berperan sebagai istri Sadam, Erine harusnya tahu perihal itu.
"Setelah makan aku akan menemanimu belajar berjalan menggunakan tongkat," tutur Erine yang langsung ditanggapi Sadam dengan anggukan kepala.
Erine dan Sadam menghabiskan waktu bersama di taman belakang rumah. Di sana Sadam bisa dengan leluasa menggunakan tongkatnya.
"Kau cepat sekali belajarnya," komentar Erine.
"Aku memang ahli dalam hal itu. Aku rasa sekarang tidak akan memerlukan kursi roda lagi. Menggunakan tongkat lebih mudah," sahut Sadam sambil berjalan menggunakan tongkatnya. Dia melangkah sendiri tanpa bantuan Erine.
Memang tongkat yang digunakan Sadam adalah jenis tongkat tunanetra terbaik. Tongkat tersebut dapat mendeteksi sesuatu dengan sangat baik. Sehingga orang buta seperti Sadam bisa berjalan dengan lancar tanpa khawatir tertabrak atau terjatuh.
Puas menghabiskan waktu di taman, Sadam meminta Erine beristirahat. Sementara dirinya sendiri ingin duduk di teras belakang sendirian.
"Kau tidak masalah sendirian?" tanya Erine.
"Tidak apa-apa. Kau tahu aku sudah lihai dengan tongkat ini," jawab Sadam.
"Ya sudah. Aku ke dalam ya," kata Erine.
Sadam mengangguk. Ia kini sendirian. Dia berkali-kali memikirkan bagaiman sikap istrinya sekarang. Sadam mulai mengingat bagaimana sikap Erine saat dirinya sadar dari pasca operasi.
"Dia awalnya normal saja. Tapi lama-kelamaan terasa ada yang berbeda," gumam Sadam. Dia terpikir ingin menanyakan keanehan yang dirinya rasakan tentang Erine.
Tak lama kemudian, Haris datang. Dia segera menghampiri Sadam karena melihat tuannya itu sendirian.
"Tuan? Kenapa kau sendiri?" tanya Haris.
"Haris! Pas sekali kau datang!" seru Sadam. "Aku menyuruh Aylin beristirahat. Menurutku dia terlalu berusaha keras memasak untukku. Jujur, ini pertama kalinya aku mengetahuinya kesulitan memasak," lanjutnya.
Mata Haris membulat. Dia merasa alasan yang dibuat Erine untuk melindungi telah gagal. Dirinya dapat merasakan kecurigaan Sadam.
"Apa kau merasa ada yang aneh dengan Aylin?" tanya Sadam.
"Sedikit, Tuan. Dia memang agak berubah setelah mengalami kecelakaan. Dokter bilang kecelakaan itu nyaris mengganggu kemampuan motoriknya. Aku rasa itulah alasannya. Maaf baru mengatakannya padamu sekarang," jelas Haris panjang lebar. Karena keberadaan Erine sebagai istri pengganti adalah rencananya, maka dia tentu berusaha keras meyakinkan Sadam.
"Benarkah? Pantas saja dia tiba-tiba tak bisa memasak risotto." Sadam percaya begitu saja. Mengingat Haris adalah salah satu orang kepercayaannya.
"Iya, aku rasa Nona Aylin butuh waktu agar bisa pulih dengan baik. Untung saja dia rutin meminum obatnya." Haris lagi-lagi berdusta. Entah akan sepanjang apa kebohongannya dan Erine terjadi.
"Syukurah..." Sadam menundukkan kepala. Dia menekan kepalanya karena berusaha mengingat apa yang terjadi sebelum dirinya dan Aylin kecelakaan. Dia merasa ada sesuatu hal penting yang dilupakan. Akan tetapi Sadam tak bisa mengingat itu sama sekali.
"Tuan? Kau tidak apa-apa?" melihat ekspresi Sadam, Haris sontak cemas.
"Aku baik-baik saja." Sadam memutuskan tak mau memaksakan diri untuk mengingat. Dia perlahan berdiri.
"Lihatlah, Haris! Aku sudah bisa berjalan menggunakan tongkat. Aylin tadi yang menemaniku berjalan menggunakan ini," ujar Sadam.
"Kau hebat, Tuan!" puji Haris dengan nada antusias.
Setelah bicara dengan Sadam, Haris merasa terancam. Dia akan membicarakan semuanya pada Erine. Haris ingin memperingatkan gadis itu untuk lebih berhati-hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Faizah Indah lestari
ujung ujungnya akan ketahuan juga sih, hanya takut juga ya.. apa lagi sadam sudah mulai curiga
2023-06-07
1