Erine rasanya kesulitan bernafas. Terutama saat bibir Sadam menempel di permukaan kulit keningnya.
Ketika Sadam agak menjauh, barulah Erine bisa bernafas lega. Ia menenggak salivanya sendiri.
"Tidurlah dengan nyenyak," ucap Sadam. Dia kembali duduk ke kursi roda. Kemudian menggerakkan kursi roda itu dengan asal.
Karena belum terbiasa dengan kebutaannya, Sadam tak sengaja menabrak kursi yang ada di belakang. Meskipun begitu, itu tak membuat Sadam mengurungkan niat untuk menghentikan pergerakan kursi rodanya. Dia menjalankan kursi roda hanya dengan bermodalkan insting.
Sayangnya insting tidak selalu benar. Sadam terlihat membawa dirinya sendiri ke arah dinding. Arah yang berlawanan dari pintu.
Haris yang melihat otomatis cemas. Buru-buru dia berlari ke pintu. Kemudian membuka pintu tersebut. Bertindak seakan-akan dia baru saja datang.
"Tuan!" panggil Haris sembari menghampiri Sadam.
"Pssst... Pelan-pelan. Aylin sedang tidur," ucap Sadam seraya meletakkan jari telunjuk ke depan bibir.
"Maaf, aku mencemaskanmu. Kau berjalan ke arah dinding," ujar Haris pelan sambil melirik ke arah Erine yang jelas sedang tidak tidur.
"Begitukah?" Sadam tampak kecewa. Dia lagi-lagi dibuat galau dengan keadaan matanya.
"Tuan mau kemana? Biar aku yang antarkan," tawar Haris.
"Aku ingin menemui dokter. Aku ingin dirawat di kamar yang sama dengan Aylin," ucap Sadam.
"Baiklah. Biar aku yang mengurusnya. Kau beristirahat saja di sini. Aku akan secepatnya kembali," kata Haris. "Oh iya. Perlukah aku memanggil perawat untuk--"
"Tidak! Aku baik-baik saja. Apalagi ada Aylin di sini bersamaku," potong Sadam.
Haris lantas beranjak pergi. Dia tak lupa bicara pada Erine lewat bahasa isyarat. Memberitahu Erine untuk terus mengawasi Sadam. Gadis itu langsung mengangguk.
Usai Haris pergi, kini hanya tinggal Erine dan Sadam berduaan. Erine tetap diam karena masih dalam mode pura-pura tidur. Gadis itu terus memperhatikan Sadam.
Sadam tampak duduk mematung dengan tatapan kosong. Tatapan yang membuktikan bahwa dia sedang benar-benar tidak melihat apapun.
Sebenarnya Sadam sedang tenggelam memikirkan perihal insiden kecelakaan yang menimpanya. Entah kenapa dia merasa ada sesuatu hal penting yang dirinya lupakan saat insiden tersebut terjadi.
Sadam menggelengkan kepala. Dia memilih tidak memikirkan musibah yang menimpanya itu lagi. Yang terpenting dirinya dan Aylin selamat. Setidaknya itulah yang ada dalam pikirannya sekarang. Sosok Aylin sudah memberikannya kekuatan untuk melanjutkan hidup.
Sadam kembali menggerakkan kursi roda. Dia memundurkannya. Sebab dia berniat ingin berada dekat dengan istrinya lagi.
Bruk!
Tanpa sengaja Sadam menabrak lemari. Baik dia maupun Erine, keduanya sama-sama kaget. Meskipun begitu, Sadam tak menyerah dan berusaha menjalankan kursi rodanya walau buta arah.
Sekali lagi Sadam pergi ke arah yang salah. Kali ini dia nyaris menabrak meja.
"Sayang..." Erine terpaksa bersuara karena cemas.
"Aylin? Maafkan aku... Sepertinya keributan yang kubuat membangunkanmu," kata Sadam yang menoleh ke arah dimana suara Erine berada. Suara gadis itu membuat Sadam tahu harus kemana. Dengan pelan, lelaki tersebut tiba di dekat Erine.
"Aku terbangun bukan karenamu. Jangan khawatir," ujar Erine seraya menggenggam tangan Sadam.
Bersamaan dengan itu, Sadam akhirnya teringat dengan sesuatu hal penting. Sesuatu hal yang mungkin saja dirinya coba ingat sejak tadi.
"Aylin! Aku lupa menanyakanmu tentang baby Zaka kita," ungkap Sadam.
"Baby... Apa kau bilang?" Erine sontak bingung.
"Bayi kita. Kau sedang hamil tiga bulan. Beritahu aku kalau keadaan bayi kita juga selamat. Aku benar-benar ayah yang buruk sampai lupa bertanya tentang ini," kata Sadam panjang lebar. Membuat mata Erine terbelalak tak percaya.
Aylin Hamil? Kenapa Haris tidak memberitahu hal itu kepada Erine lebih dulu. Sekarang Erine tak tahu harus menjawab apa. Mengingat Haris tidak bersamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Faizah Indah lestari
tu kan ga semudah itu.. selamat ya buat mu erine wk wkk
2023-06-02
2