"Kau bisa bukan?" tanya Haris.
"I-iya. Aku akan berusaha," jawab Erine tergagap.
"Jangan berusaha. Kau harus bisa! Aku tidak mau tuanku curiga. Kalau dia tahu, kesehatannya bisa terancam. Kau dan aku juga bisa terancam. Mengerti," tukas Haris serius. Membuat Erine langsung mengangguk.
Bersamaan dengan itu, Haris mendapat telepon. Dia diberitahu kalau Sadam baru saja siuman. Mata Haris seketika membulat.
Setelah mematikan telepon, Haris memberitahukan semuanya pada Erine. Dia mengajak gadis itu untuk bicara dengan petugas medis. Erine akan berpura-pura sakit dan berbaring di kamar rawat inap.
Hari segera pergi meninggalkan Erine ketika sudah selesai mengurus segalanya. Dia langsung menemui Sadam. Lelaki itu terlihat bingung. Untung saja Haris datang tepat waktu. Perawat yang ada juga belum sempat memberitahukan tentang keadaan mata Sadam.
"Tuan! Ini aku Haris!" seru Haris sembari menggenggam tangan Sadam.
"Haris... Kenapa aku tidak bisa melihatmu? Kenapa hanya ada kegelapan?" tanya Sadam. Dia belum sepenuhnya memahami apa yang terjadi kepada dirinya.
"Tuan... Kau harus kuat menerima semua ini..." Haris memeluk Sadam.
"A-apa maksudmu, Haris? Apa yang terjadi kepadaku?..." Sadam butuh kepastian. Dia terus menuntut Haris untuk memberitahu.
"Serpihan kaca melukai bola matamu, Tuan. Jadi kau..." Haris mengatakan yang sebenarnya dengan pelan. Dia juga tak kuasa menyelesaikan kalimat sampai akhir.
"Ma-maksudmu aku buta?!" Sadam menyimpulkan.
"Iya, Tuan..." sahut Haris.
Tubuh Sadam bergetar. Dia memegangi dadanya. Sadam merasa sedikit syok akan apa yang diterimanya.
"Tuan! Berbaringlah lagi." Haris segera membaringkan Sadam agar bisa memberi ketenangan. Perawat juga bergegas memanggil dokter. Takut kalau jantung Sadam kenapa-napa.
"Semuanya baik-baik saja, Tuan. Bertahanlah demi Nona Aylin," tutur Haris.
Mendengar nama Aylin, Sadam merasa sedikit lebih tenang. Pikirannya langsung teralih untuk memikirkan sang istri.
"Aylin? Dimana dia sekarang? Apa dia tahu kalau aku kehilangan penglihatanku?" tanya Sadam dengan perasaan cemas. Karena salah satu indra penglihatannya sudah rusak, dia merasa tidak percaya diri. Sadam takut Aylin akan pergi saat mengetahui keadaannya begini.
"Iya, Tuan. Nona Aylin sangat mengkhawatirkanmu. Katanya dia merasa bersyukur kau masih bisa bertahan," ucap Haris yang penuh kebohongan. Dia menatap tuannya dengan perasaan bersalah. Namun mau bagaimana lagi? Hanya itu yang bisa Haris lakukan agar keadaan Sadam membaik. Pria tersebut bahkan langsung tenang saat mendengar nama istrinya.
"Dimana Aylin sekarang? Biarkan aku menemuinya," pinta Sadam seraya merubah posisinya menjadi duduk. Lalu beringsut ke tepi kasur.
Di waktu yang sama, dokter datang. Haris meminta bantuan pada petugas medis yang datang untuk memindahkan Sadam ke kursi roda. Selanjutnya, Haris antar Sadam ke kamar dimana Erine berada.
'Bersiaplah! Aku dan tuanku sedang dalam perjalanan ke kamarmu!' Haris mengirimkan pesan untuk Erine. Untungnya gadis itu langsung membacanya.
Pupil mata Erine membesar. Sebab dia ada di kamar Drajat sekarang. Tanpa pikir panjang, Erine pergi ke kamar dimana dirinya harus berpura-pura sakit.
Erine berlari secepat mungkin. Larinya terhenti tatkala melihat Haris dan Sadam. Mereka tak sengaja berpapasan. Haris langsung melotot pada Erine.
Erine yang merasa sudah sangat terlambat, buru-buru masuk ke dalam kamar rawat inap. Dia duduk ke hospital bed dan tak lupa menutupi badannya dengan selimut.
Nafas dikeluarkan Erine dari mulut. Dia merasa sangat gugup. Akan tetapi berupaya keras untuk tenang.
Tak lama kemudian Haris dan Sadam datang. Membuat rasa gugup Erine naik lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
nobita
lucu sekali alur ceritanya...
2025-01-28
0
Faizah Indah lestari
setelah kebohongan satu, akan muncul kebohongan baru. bersiaplah erine 😄
2023-06-02
2