Erine membuka buku diary Aylin. Dia membaca lembar demi lembar halaman buku itu.
Isi buku diary Aylin di awali dengan cerita keseharian yang rutin. Di sana bahkan dia menceritakan bagaimana masa sekolahnya.
Karena penasaran, Erine melewati beberapa lembar awal. Sebab dirinya berusaha mencari tulisan Aylin tentang Sadam.
"Tidak mungkin Aylin tak menulis satu pun perihal kenangannya dengan Sadam," gumam Erine. Setelah membuka lembar demi lembar, dia akhirnya menemukan tulisan Aylin tentang Sadam. Di sana Aylin menceritakan pertemuan pertamanya dengan Sadam. Ternyata mereka pertama kali bertemu saat masa kuliah.
Erine senyum-senyum sendiri membaca kisah Aylin dan Sadam. Karena selain menceritakan hal romantis, Aylin juga menceritakan hal lucu dalam tulisannya.
Bersamaa dengan itu, Haris tiba-tiba membuka pintu. Dia menyarankan Erine untuk datang ke kamar Sadam.
"Kau sudah mendapatkan apa yang kau cari kan?" tanya Haris.
"Sudah! Aku menemukan diary milik Aylin." Erine menunjukkan buku diary yang dipegangnya.
"Itu bagus. Kau bisa membacanya di kamar Sadam. Aku rasa sebentar lagi dia akan bangun," tanggap Haris.
"Dari mana kau bisa memprediksi kalau sebentar lagi Sadam akan bangun?" tukas Erine sembari berjalan keluar dari ruangan.
"Entahlah. Mungkin sedekat itulah hubunganku dengan Sadam." Haris berjalan menuju tangga. "Aku ingin pergi ke perusahaan sekalian memeriksa restoran milik Aylin. Kalau ada apa-apa telepon aku," sambungnya.
"Baiklah." Erine menjawab sembari berderap menuju kamar Sadam. Saat masuk ke sana, dia langsung duduk ke sofa. Lanjut berkutat dengan buku diary Aylin.
Beberapa menit kemudian, Sadam terbangun. Erine bergegas menghampiri pria itu.
Sadam terlihat meraba-raba ke sebelahnya. Dia sepertinya berusaha menemukan Erine. Dahi Sadam mengernyit kala tidak menemukan sosok yang dicari.
"Kau mencariku?" ujar Erine.
"Sayang? Kau bangun lebih dulu dariku?" tanya Sadam. Perlahan dia mengarahkan tangannya ke arah sumber suara Erine.
"Ya, kau tidur sangat nyenyak," sahut Erine.
"Kau tahu aku selalu tidur nyenyak saat bersamamu. Mungkin juga ini karena pengaruh obat." Sadam menggenggam tangan Erine. Begitu pun sebaliknya.
"Apa kau lapar? Mau aku masak kan sesuatu? Kau pasti merindukan masakanku," tawar Erine percaya diri.
"Boleh. Aku ingin kau memasakkanku makanan favoritku," pinta Sadam. Ia telentang miring menghadap Erine.
"Makanan favoritmu?" Erine tentu tidak tahu. Diam-diam dia mencari tahu lewat buku diary Aylin.
"Kenapa? Apa kau malas membuatkan makanan itu untukku?" tanya Sadam. Dia bersuara karena Erine tak kunjung mengucapkan kalimat persetujuan.
"Tidak. Bukan begitu," bantah Erine yang masih mencari petunjuk dari buku diary. Untung saja dia berhasil menemukannya. Namun Erine justru semakin panik karena dirinya tidak tahu makanan favorit Sadam. Maksudnya adalah, Erine tak pernah mendengar makanan seperti itu sebelumnya.
"Ri-risotto bukan? Itu makanan favoritmu?" Erine memastikan.
"Tentu saja. Kalau sudah tahu, kenapa kau bertanya lagi?" tanggap Sadam.
"Aku hanya memastikan. Mungkin saja bukan makanan favoritmu berubah," imbuh Erine. Dia segera pamit untuk pergi ke dapur.
"Kau pergi sendiri? Kau tak mau mengajakku ikut ke dapur?" ungkap Sadam. Membuat langkah Erine seketika terhenti.
Jujur saja, Erine sudah dibuat panik karena tidak tahu apa itu makanan risotto. Dia jadi tambah panik ketika Sadam meminta ikut. Alhasil Erine tak punya pilihan selain membawa Sadam ikut ke dapur.
'Argh! Kenapa aku sok-sokan menawarkan Sadam makan? Harusnya aku tidak bertanya begitu.' Erine mengeluh dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Eti Alifa
pusingnya jd Erine😔
2024-08-09
0