Setelah semua orang mati, setelah tidak ada lagi yang bisa dibunuh, Yuan mulai tenang dan kembali ke kondisi normalnya. Dia mendapati semua anggotanya terbunuh olehnya. Dia tidak menyangka bahwa tangan kecilnya telah membunuh semua orang tanpa pandang siapapun korbannya.
Bocah kecil tersebut sadar, semua ini tidak bisa dibiarkan, suatu hari nanti, pasti akan terulang lagi masa di mana dia lepas kendali dan membunuh semua yang ada di sekitarnya.
Bocah tersebut sempat berpikir, ini saatnya dia untuk mengakhiri hidup agar tidak menimbulkan korban lain suatu hari nanti.
Kaki kecil Yuan melangkah ke berbagai ruangan untuk melihat semua korban yang telah dia bunuh agar dia merasakan sebuah penyesalan yang mendalam. Sesuatu yang sangat dia butuhkan untuk sebuah alasan bahwa dia pantas untuk mati.
Yuan mengambil sebuah pisau di lantai dan dengan tenang dia melihat beberapa cahaya memasuki ruangan dari sela sela jendela yang rusak.
Belum sempat Yuan melakukan tujuannya, seorang gadis muda mendatanginya. Gadis tersebut menatap Yuan yang sudah putus asa dengan keadaannya sambil mengulurkan tangannya.
“aku tidak akan bertanya apapun, ikutlah denganku. Kita jalani kehidupan normal tanpa membunuh lagi” ucap gadis tersebut yang bernama Carlla.
Yuan meraih telapak tangan Carlla yang lembut dan halus tersebut. bagi Yuan, tangan tersebut tampak hangat seperti belaian tangan Rini yang selama ini dia rasakan.
Yuan menatap wajah lembut Carlla yang tampak sedikit tersenyum. Akan tetapi, wajah tersenyum tersebut mulai berubah menjadi wajah yang penuh dengan penderitaan.
Yuan melihat semua di sekitarnya tampak seperti sebuah ladang penuh mayat. Bahkan tangan Carlla yang dia ulurkan ke Yuan tampak mulai membusuk.
Yuan menatap wajah carlla yang tampak seperti kecewa dengan Yuan.
“kenapa kau lakukan ini?” tanya Carlla
Yuan seketika berteriak histeris di atas tumpukan mayat mayat.
...****************...
Kembali ke kisah di mana Malla dipeluk Yuan dalam kondisi tidak memakai baju. Sepanjang waktu Malla hanya bisa merasakan hangatnya tubuh Yuan tanpa bisa menolak. Entah kenapa tubuh Malla mulai tidak bisa digerakkan lagi.
Detik demi detik, Malla merasakan tiap detak jantung Yuan yang menempel di dadanya. Karena indera Malla yang sangat tajam, tiap detak jantung Yuan seperti merambat dan membuat detak jantung Malla mulai mengikutinya.
Dalam mimpinya, Yuan memanggil nama Carlla. Meski pelan, Malla dengan jelas bisa mendengarnya.
Bahkan indera perasa Malla yang tajam tersebut mulai merasakan apa yang Yuan rasakan di dalam mimpi buruknya.
Malla yang sebelumnya kesal dengan kelakuan Yuan, dia mulai merasa luluh saat merasakan apa yang Yuan rasakan.
Beberapa jam berlalu, cuaca yang semakin dingin tersebut telah menewaskan beberapa peserta yang tidak tahan dengan cuaca buruk.
Mereka yang berhasil bersembunyi dan mengatasi dinginnya udara malam, hanya bisa menunggu pagi di tiap persembunyiannya.
...****************...
Cahaya pagi mulai menyinari sebagian daratan. Tampak beberapa peserta ujian yang keluar dari balik tanah, batu dan beberapa bangunan menyambut cahaya mentari yang hangat.
Beberapa dari mereka juga mendapati beberapa peserta lain yang sudah terbujur kaku.
Beberapa peserta juga tampak sedang sibuk mempersiapkan diri untuk ujian selanjutnya.
...****************...
Yuan terbangun dari tidurnya, dia mendapati Malla yang sedang tertidur dipelukannya.
Dengan perlahan Yuan bangkit dan menutupi tubuh Malla dengan bajunya.
Yuan mulai beranjak mendekati kapsul hibernasi yang di tempati Ruby. Dia melihat wajah Ruby yang tampak seperti tersenyum. Entah kenapa Yuan merasa gadis misterius ini seperti sedang mempermainkannya.
Sesaat kemudian muncul suara dari operator di gelang Yuan dan Malla. begitu juga para peserta lainnya
“selamat pagi para murid terbaik. Ada beberapa perubahan mendadak dalam ujian. Ujian kali ini saya sarankan untuk segera bergegas menuju ujung barat daratan ini. Lebih baik kalian segera berlari sekarang, karena dari ujung timur daratan, akan ada beberapa petasan yang mengejar kalian”
Begitu operator selesai berbicara, semua peserta ujian di berbagai tempat dikejutkan oleh cahaya kebiruan yang turun dari langit.
Cahaya kebiruan tersebut menyinari ujung timur daratan dan seketika sebagian daratan meledak. Membuat sebagian daratan langsung hancur dan menyatu dengan air laut.
Setelah ledakan tersebut, tampak cahaya kebiruan tersebut datang lai dan menenggelamkan beberapa bagian dataran lagi ke dalam laut.
Yuan yang melihat ini pun langsung meraih Malla dan menggendongnya. Belum sempat dia berlari keluar, Yuan teringat ucapan Malla untuk menolong temannya yang bernama Ruby.
Dengan cepat Yuan menendang dan membangkitkan Ruby dari tidurnya di kapsul hibernasi.
Ruby tampak tersentak dan tersedak hingga memuntahkan beberapa isi perutnya.
“kau punya waktu beberapa detik untuk berlari” ucap Yuan
Belum sempat Ruby memahami ucapan Yuan, sebuah getaran dan suara ledakan mengisi seluruh ruangan.
Ruby yang masih belum sadar sepenuhnya, berlari mengikuti Yuan yang menggendong Malla di punggungnya.
“apa yang terjadi?” tanya Ruby
“kau bisa melihatnya sendiri!”
Ruby melihat beberapa pepohonan dan bangunan mulai runtuh karena getaran yang hebat mengguncang seisi daratan.
Sambil berlari, Ruby melihat cahaya biru mulai turun dan mengguncang daratan.
Yuan melihat reruntuhan beberapa pohon dan bangunan telah menghadang jalannya. Bahkan dia tidak sempat berlari kemana pun lagi saat cahaya biru te[at di atasnya sedang menyinari tubuhnya.
Yuan menatap ke arah langit yang bersinar cahaya biru yang siap melumatnya bersama daratan sekitarnya.
“sepertinya kita hanya sampai disini” ucap Yuan
Ruby yang berada di samping Yuan pun tampak sedikit tersenyum sambil menatap cahaya biru yang menyinari wajah dan tubuhnya.
“itu tidak mungkin” ucap ruby.
Seketika cahaya biru tersebut hilang dan suasana tampak hening. Hanya terdengar beberapa suara angin yang berhembus dari sela sela reruntuhan bangunan dan pepohonan.
Kejadian aneh ini membuat Yuan semakin yakin bahwa Ruby benar benar gadis misterius yang mungkin memiliki keterkaitan dengan Sadonz itu sendiri.
Sikap tenang Ruby tampak seperti orang yang sudah memiliki keyakinan tentang apa yang akan terjadi kedepannya.
Yuan menatap Ruby dengan tatapan curiga dan tatapan aneh. Ruby yang melihat Yuan memperhatikannya, mulai memainkan tingkahnya.
“apakah aku terlalu manis?” tanya Ruby
“siapa kau ini sebenarnya?” tanya Yuan
“aku hanya peserta. Kau lihat, aku memiliki pisau sama halnya peserta lain” jawab Ruby
Yuan yakin bahwa Ruby menyembunyikan sesuatu, namun belum sempat Yuan bertanya lagi, mereka berdua dikejutkan oleh teriakan kesakitan Malla.
Malla di gendongan Yuan tampak menggeliat kesakitan. Yuan bahkan merasakan tulang di tubuh Malla seperti bergejolak dan bergerak seperti hidup.
Dengan cepat Yuan meletakkan tubuh Malla di reruntuhan dan memeriksa tubuhnya.
Baik Yuan maupun Ruby benar benar terkejut dan sedikit membatu melihat tubuh Malla bergejolak tidak beraturan.
Baik tulang tangan maupun tulang kaki Malla seperti bergerak dan menggeliat bagai tentakel gurita.
Mata Malla seperti mata orang yang tidak sadarkan diri. Beberapa darah keluar dari hidung dan telinganya.
“lakukan sesuatu!”
“apa yang bisa aku lakukan?!” jawab Yuan
“apapun! Tolong Malla. Dia tampak menderita”
“aku bukan dokter, aku tidak memiliki kemampuan apapun selain memukul dan membunuh”
Mendengar penjelasan Yuan, Ruby sadar bahwa mereka tidak bisa melakukan apapun kepada Malla. Mereka hanya bisa melihat dan berharap Malla baik baik saja.
Di tengah tengah kebingungan, Ruby melihat sebuah pesawat mendekat dari kejauhan. Pesawat tersebut membuat angin bertiup menerjang Yuan dan Ruby yang tampak sedang memeluk Malla.
Setelah kaki kaki pesawat menjulur keluar dan hinggap, turunlah seorang pemuda dengan tergesa gesa. Pemuda tersebut adalah Alex, pelatih Malla yang sudah tahu akan kondisi buruk Malla.
“tolong Malla, dia tampak menderita” pinta Ruby
Alex yang tidak mempedulikan ucapan Ruby langsung mendorong tubuh Yuan dan Ruby untuk menjauhi Malla.
Dengan cepat Alex membuka paksa baju Malla dan membalikan badanya untuk memeriksa punggung Malla.
Alex mengeluarkan beberapa peralatannya dan mencari beberapa cairan dalam sebuah tabung kecil.
Alex dengan cepat mengisi sebuah pistol suntikan dengan cairan di tabung tersebut dan mengarahkannya ke punggung Malla.
Dengan ragu, Alex menempelkan ujung pistol suntikan ke kulit punggung Malla. Tampak jelas sekali Alex benar benar ragu dan bimbang.
‘apa yang kau lakukan? Bukankah kau akan mengobatinya?” tanya Ruby
“ini bukan obat, ini perangsang untuk sesuatu yang ada di dalam tubuhnya” jelas Alex
“apa maksudmu” tanya Yuan
“penderitaannya membutuhkan waktu beberapa minggu. Tetapi perangsang yang dikirimkan kepadaku ini bisa mempercepat prosesnya. Hanya saja..”
“apa? Lanjutkan! Jangan membuatku semakin penasaran” tanya Ruby
“itu bisa mempercepat kematiannya juga” ucap Vergus di samping mereka bertiga.
Yuan, Alex dan Ruby yang terkejut pun langsung dirangkul dan di paksa untuk tetap duduk mengelilingi Malla.
Tekanan dari tangan Vergus benar benar sangat kuat. Mereka bertiga tampak tidak berkutik menahan tekanan tangan Vergus.
“kenapa kau bisa berada disini?” tanya Alex
“tentu saja mengawasimu, kau pernah bilang akan membebaskan para peserta ujian dan aku mempercayainya. Karena itulah aku disini saat ini. Kebetulan sekali gadis yang kau banggakan ini sedang dalam masa kelahiran”
“apa itu masa kelahiran?” tanya Ruby
Vergus menatap Ruby dan kemudian melempar pandangannya ke arah Yuan dan Alex. Vergus menyadari bahwa mereka tidak mengetahui apapun soal Malla.
Vergus pun beranjal dan melangkah agak menjauh mencari bongkahan bangunan yang cukup besar untuk dia duduki.
“aku memiliki waktu luang. Sebaiknya aku menjelaskan kepadamu soal project D” ucap Vergus sambil menatap ke arah Alex
Vergus mengambil sebuah pisau hitamnya. Dengan perlahan, pisau hitam tersebut mendesis dan bergetar seperti ekor ular.
Dengan tiba tiba, warna hitam di pisau tersebut meleleh dan mencair merambat ke tangan Vergus. Cairan tersebut merasuki tubuh Vergus melalui pori pori di kulitnya.
“ini adalah uji coba untuk para peserta yang dianggap lolos sebagai seorang senjata Sadonz. Meraka yang di pilih, akan dibawa ke langit dan disatukan dengan senyawa D ini. Apa yang mereka peroleh dari semua ini? Tentu saja sebuah senjata biologis yang melebihi manusia normal. Efek samping dari senyawa ini adalah sebuah penderitaan selama berminggu minggu lamanya. Jika dia beruntung, dia akan menjadi senjata biologis seutuhnya”
“jika tidak?”
“tulangnya hancur dan mati” jawab Vergus
Alex memegang pistol suntikan dengan gemetaran. Dia sadar jika proses yang dilalui Malla tidak berhasil, Malla akan mati.
Tangan Alex yang gemetaran, langsung dipegang oleh Malla. Malla yang setengah sadar, meraih dan menatap Alex dalam dalam
“lakukan. Lebih baik mati secepatnya daripada menderita” ucap Malla
Dengan segala keberanian yang Alex kumpulkan, Alex menyuntikkan di punggung Malla cairan aneh berwarna putih tersebut.
Vergus yang melihat ini pun sedikit tersenyum dan menunggu apa yang akan terjadi.
Sedangkan Yuan, dia tampak sedang memegang telapak tangan Malla dan berharap Malla tidak merasakan kesakitan.
Tidak beberapa lama, tubuh Malla mengejang hebat. Teriakan kesakitan Malla merasuk langsung bagai pisau tajam ke hati Yuan.
Semua orang melihat kulit di sekujur tubuh Malla meletup seperti tertembak puluhan peluru. Daging Malla mulai tidak beraturan mengikuti gerakan tulang tulangnya.
Seketika itu juga, Malla terdiam dan tidak bergerak. Yuan menyentuh leher Malla untuk memastikan aliran darah jantungnya.
Yuan meratap lirih menatap ke Alex dengan tatapan penuh kesedihan. Tatapan yang menunjukkan bahwa Malla telah mati.
“lakukan sesuatu! Malla tidak boleh mati!” bentak Ruby
“sepertinya gagal. Kalau begitu, kesepakatan berakhir disini” ucap vergus sambil beranjak dari duduknya
Alex segera mencabut pisaunya. Dia tahu betul apa yang akan Vergus lakukan.
“sebelumnya kau selalu menjawab pertanyaanku dengan jawaban yang cukup membuatku berpikir kalau kau ini orang yang sangat gila. Sekarang jawab aku, apa rencanamu sebenarnya? Kenapa hanya kau saja yang datang untuk menyelamatkan peserta ujian. Bukankah sebelumnya pasukan revolusi cukup banyak di kerahkan untuk menyelamatkan para anak anak peserta ujian?”
Alex mengarahkan pisaunya ke arah Vergus. Dia melirik ke arah Yuan dan Ruby yang dia rasa tidak akan bisa membantu apapun untuk melawan Vergus.
“kami langsung menyerang ke atas” jawab Alex sambil menunjuk ke arah langit.
Seketika Vergus tertawa keras. Dia tertawa sambil mengina Alex dengan sedikit gerakan wajahnya.
“untuk kali ini aku tidak percaya kata katamu. Pasukan revolusi bukan kumpulan orang idiot. Bagaimana mungkin mereka berani menyerang langsung ke kerajaan Sadonz!”
Dengan cepat Vergus melesat ke hadapan Alex dan memukulkan kepalan tangan kananya ke kepala Alex. Alex tidak tinggal diam, dia menahannya dengan pisau dan seluruh tenaganya.
Pukulan keras Vergus dengan mudah membuat tubuh Alex terhempas bagai mainan yang dilempar.
Alex terlempar menabrak reruntuhan bangunan yang seketika membuat beberapa tulang tubuhnya patah.
Ruby dan Yuan yang melihat Alex tertiam tak bergerak mengira bahwa Alex sudah mati. Mereka tidak tahu bahwa Alex masih hidup dan hanya mengalami pingsan karena tubuhnya benar benar rusak parah.
Vergus yang berada di hadapan Ruby dan Yuan, langsung meraih kedua kepala mereka dan menghempaskan ke arah yang berlawanan menjauhinya.
Baik Yuan dan Ruby dengan mudahnya terlempar bagai boneka hingga tersungkur dan menabrak beberapa puing puing bangunan.
Vergus benar benar seperti monster yang sangat kuat sebelumnya. Namun kali ini, kekuatan Vergus meningkat puluhan kali lipat semenjak cairan hitam dari pisaunya merasuki tubuh dan menyatu dengan tulang tulangnya. Inilah bukti betapa menakutkannya project D ciptaan Sadonz.
Vergus menatap tubuh Malla yang terkulai tidak bergerak di reruntuhan. Merasa rencananya tidak berjalan dengan lancar, Vergus mengangkat sebelah kakinya untuk menginjak dan menghancurkan kepala Malla.
Belum sempat Vergus menghancurkan kepala malla, yuan dengan cepat melesat ke samping Vergus sambil mengarahkan pisaunya ke dagu Vergus. Tatapan Yuan benar benar serius. Dia siap bertarung habis habisan dengan Vergus meski tahu bahwa itu sulit.
Disisi lain, Ruby tidak tinggal diam, dia juga bergerak dengan cepat ke samping tubuh Vergus sambil mengarahkan pisaunya ke leher pria besar tersebut.
Vergus terdiam dan sedikit tersenyum menyadari dirinya diancam oleh dua orang di samping kanan dan kirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments