Mati Sekarang Atau Nanti

15 tahun lalu, Akhir tahun 2008,

Sebuah bukit kecil di pinggir kota. Berdiri sebuah bangunan besar. Pagar pagar besi lengkap dengan ratusan cctv terlihat mengelilingi bukit. Beberapa ratusan pelayan tampak tergesa gesa keluar bangunan utama dan memasuki puluhan mobil yang sudah siap di depan bangunan.

Tampak dua orang suami istri sedang mengurung diri di sebuah ruangan. Sang istri nampak melihat suaminya dengan tatapan benci dan penuh emosi. Sedangkan sang suami terlihat mengambil segelas minumannya dan melangkah ke arah jendela melihat semua pelayan di rumahnya pergi dengan terburu buru.

“Malla anakku, dia darah dagingku, kau dengan seenaknya menjadikan dia kelinci percobaan diam diam di belakangku!. Sekarang Sadonz menginginkannya, kau tahu betul apa yang akan mereka lakukan pada putriku akibat ulahmu”

“tidak ada pilihan lain, apa yang ku lakukan juga untuk keselamatannya. Kanker tulang yang dia derita sudah tidak mungkin sembuh jika aku tidak melakukan sesuatu”

Mendengar sang suami yang seperti tidak menyesali kesalahan, sang istri mengambil sebotol bir Nail Brewings di meja dan memukulkannya batang botol minuman mewah tersebut hingga pecah. Air berwarna kuning tersebut mengalir dengan deras dari botol ke lantai.

Sang istri menodongkan pecahan botol yang masih tersisa di genggamnya ke arah suaminya dengan mata berlinangan air kesedihan.

“kau tidak perlu repot membuang waktumu” ucap sang suami

“berapa waktu tersisa?” tanya sang istri

“jika berjalan dengan baik, pasukan revolusi akan menjemput Malla kurang dari 40 menit lagi”

 

...****************...

 

30 menit berlalu, rumah megah yang berdiri kokoh di puncak bukit tampak seperti kastil yang sudah tidak berpenghuni. Semua pelayan sudah evakuasi. Beberapa penjaga pun juga sebagian besar sudah tidak bertugas lagi.

Di sebuah ruangan di lantai atas, sang istri tampak tengah tiduran di samping tubuh putrinya yang bernama Malla, usianya sekitar 8 tahun. Tubuhnya kecil dan tampak terlihat lemah karena penyakit.

“ibu” panggil Malla pada ibunya yang berada di sampingnya

Dengan senyum yang di paksakan, sang ibu pun memeluk tubuh lemah putrinya.

“aku bisa merasakan dan menggerakkan jari jariku” ucap Malla tampak bahagia

“tentu, semua kerja keras ayahmu selama ini tidak mungkin sia sia”

“lalu, kenapa ibu menangis?”

“ibu menangis bahagia” jawab ibu Malla

Dalam hati malla tahu ibunya sedang tidak baik baik saja. Tetapi Malla berusaha mengikuti senyum palsu ibunya.

Tampak jari jari Mall yang berusaha meraih sebuah kalung di leher ibunya. Kalung yang selalu menarik perhatiannya selama ini.

“kenapa benda ini memiliki simbol yang aneh, bukankah banyak perhiasan yang jauh lebih baik untuk ibu pakai?”

Dengan senyuman, sang ibu Malla meraih kalungnya dan menunjukkannya pada putri manisnya.

“ini adalah symbol sebuah negara besar nantinya. Di negara inilah ayahmu berhasil mengobati kanker tulangmu”

“negara apa itu? Setahuku tidak ada negara dengan symbol seperti ini?”

“Sadonz, kau tidak akan menemukannya di manapun, karena mereka ada di atas sana”

Malla dengan bersusah payah menggerakkan lengan dan tubuhnya untuk bisa memeluk ibunya. Dengan bahagia, gadis mungil tersebut meletakkan kepalanya di dada ibunya.

“Malla putriku,.. apapun yang terjadi nanti, jika Sadonz maupun pihak revolusi memanfaatkanmu, tetaplah berusaha menjadi manusia berhati malaikat. Terbanglah kemanapun kau pergi, tetapi ingatlah bahwa kau adalah seorang manusia normal. Pasukan revolusi yang selalu menentang pemerintahan Sadonz, menurutku mereka juga serupa. Hanya mementingkan diri sendiri”

Malla mendengar pesan ibunya sambil memejamkan matanya, entah berapa menit dia tertidur sejenak, dia pun langsung terbangun saat mendengar suara beberapa  baling baling helikopter terdengar mendekati rumahnya. Tampak juga beberapa lampu menyorot masuk melalui kaca jendela ke dalam kamar Malla.

Malla pun berusaha memanggil dan menggoyangkan tubuh ibunya. Merasa ada yang aneh pada ibunya, Malla pun semakin mengguncang tubuh kaku ibunya dengan kencang. Bahkan teriakan kecilnya terdengar begitu memilukan berusaha memanggil ibunya.

Tubuh Malla tampak terdiam kaku saat melihat darah menggenang di lantai. Darah yang mengalir dari pergelangan tangan ibunya menjelaskan bahwa ibunya telah bunuh diri menggunakan pecahan botol.

Suara tangis dan teriakan Malla semakin histeris begitu menyadari kondisi ibunya. Di ruangan lain, tepat di mana ayah Malla masih berdiri di depan jendela tengan berusaha menguatkan dirinya saat mendengar putrinya berteriak histeris akan kematian ibunya.

“aku akan mewariskan semua hartaku untuk keluarga kalian jika kalian mati malam ini demi putriku” ucap ayah Malla kepada sisa sisa pelayan yang masih berdiri di ruangannya.

Beberapa dari merekapun menundukkan kepalanya dan memilih pergi daripada mengorbankan nyawanya. Hanya tersisa 6 orang yang masih bersiap diri untuk mengorbankan nyawanya.

Ayah Malla pun mengerahkan beberapa sisa pelayannya untuk membawa Malla pergi bersama para prajurit yang baru datang. Dengan muka sedihnya, pria berusia sekitar 40 an ini tampak menegak minumannya dan melempar gelasnya ke dinding. Dia melihat putinya tengah di paksa untuk dibawa menaiki helikopter.

“terbanglah putiku, apapun yang terjadi, kau harus bertahan hidup” ucap sang ayah Malla

Di dalam pesawat helikopter yang lepas landas, Malla menatap ayahnya yang tengah berdiri di balik jendela besar. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Dan kenapa dia di paksa pergi meninggalkan rumahnya bersama beberapa pasukan lengkap dengan berbagai persenjataannya. Malla duduk terdiam dihimpit 8 pelayan di sekelilingnya. Mereka terlihat bersiaga penuh melindungi putri majikannya.

Di dalam pesawat, Malla tampak menggerakkan dan memainkan jari jari tangannya. Sesuatu yang seharusnya membuat dia dan keluarganya bahagia ini, entah kenapa sama sekali tidak membuat dirinya merasakan apapun.

Saat Malla mencoba berdiri dan menggerakkan kakinya untuk melangkah, salah seorang prajurit yang membawa senapan laras panjang pun memandangnya dengan agak sinis.

“mengorbankan banyak nyawa hanya untuk bocah kecil yang cacat. Pasukan revolusi tidak lebih busuk dari Sadonz itu sendiri” ucap prajurit di depan Malla

Di dalam salah satu pesawat, nampak seekor kunang kunang yang terbang dengan sangat cepat bahkan melebihi kecepatan pesawat itu sendiri. Dengan mudah dan tanpa kecurigaan, kunang kunang buatan itupun hinggap di salah satu bagian mesin kemudi pesawat.

Nampak seorang prajurit yang melihatnya mencoba mengamati lebih dekat hewan buatan tersebut. begitu diperhatikan dengan lebih dekat, cahaya di ekor kunang kunang mulai berubah dari kuning ke warna merah. Saat itu juga hewan buatan itu meledak bagai bom rakitan yang mampu menghancurkan sebuah pesawat dalam sekejap.

Puing puing ledakan menerjang pesawat lain di sekelilingnya. Pesawat yang ditumpangi Malla pun tidak lolos dari puing puing yang menerjang ke arah pengemudi. Para pelayan yang berada di sekitar Malla langsung berkumpul dan memeluk Malla dengan tujuan sebisa mungkin tubuh anak kecil ini tidak terluka sebisa mungkin.

 

 

...****************...

 

 

Malla tersadar dari pingsannya, dia merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Saat dia melihat sekelilingnya yang hanya ada mayat, rasa ketakutan pun tidak bisa dia tahan. Teriakan keras yang dia lontarkan hanya terdengar lirih. Tangannya berusaha meraih apapun untuk berpegangan agar dia bisa beranjak dan pergi meninggalkan puing puing pesawat dengan segera.

Merasa tubuhnya tidak bisa digerakkan, Malla hanya bisa menangis dan pasrah. Perlahan lahan Malla mendengar suara tembakan kecil. Tidak beberapa lama, suara tembakan pun saling membalas. Beberapa peluru tampak menembus bagian puing puing di tempat Malla berada.

Sebagai anak orang terpandang dan memiliki pengaruh besar dilingkungan Sadonz, Malla adalah anak yang kesehariannya dia habiskan dikemewahan. Ini pertama kalinya dia mengalami hal yang membuatnya tidak kuasa menahan rasa ketakutan disepanjang hidupnya.

Suara beberapa tembakan pun mulai semakin memanas. Tempat reruntuhan sisa sisa pesawat yang membawa Malla tampak seperti medan pertempuran yang sengit. Beberapa orang prajurit revolusi yang menyusul dan berniat membawa Malla pun tampak seperti tikus yang di jebak tentara Sadonz untuk dibunuh di tempat.

Situasi berubah saat beberapa mobil dan puluhan motor datang memberi bantuan pasukan revolusi. Mereka dengan mudah membunuh puluhan prajurit Sadonz yang mengepung lokasi terjatuhnya pesawat.

Salah seorang pemuda bernama Alex berusia sekitar 20 tahun dengan segera mencari dan membongkar beberapa puing puing untuk mengeluarkan Malla.

“berapa waktu yang kau perlukan? Pasukan susulan Sadonz akan segera tiba kesini!” tanya seorang prajurit wanita

Tampak prajurit berkulit putih dan setinggi 165 cm itu mengawasi dan memeriksa tablet PC di tangannya. Rasa waspadanya berubah menjadi rasa ketakutan, saat melihat data diri mereka sebagai para pasukan revolusi telah di ketahui pihak Sadonz. Beberapa sejata milik Sadonz yang mereka pegang pun tampak tidak aktif dan mati saat mereka pegang.

Mereka yang masih selamatpun langsung berkumpul menyusun rencana cadangan. Sang wanita berkulit putih yang nampak seperti pemimpin kumpulan tersebut melihat senjata yang dipegang Alex masih menyala dan aktif. Hal yang menunjukkan bahwa hanya Alex yang identitasnya sebagai pasukan Revolusi masih belum di ketahui pihak Sadonz.

Alex yang berhasil mengeluarkan Malla langsung menggendong tubuh mungilnya menuju ke kumpulan sisa sisa pasukan revolusi. Alex yang merasa teman teman seperjuangannya tampak tertunduk lesu dan putus asa mulai menanyakankan apa yang terjadi hingga mereka nampak kehilangan semangat.

Semua anggota yang tersisa pun menunjukkan senjata di tangan mereka yang sudah tidak aktif lagi. Mengetahui bahwa mereka sudah ketahuan menyusup sebagai prajurit Sadonz, Alex pun nampak ikut khawatir. Dia merasa seperti lebih merasakan rasa ketakutan yang abadi terhadap Sadonz, karena Alex adalah sisa sisa pasukan khusus yang Sadonz ciptakan. Dalam perjalanannya, Alex memilih pihak revolusi karena dia ingin bebas dari kekangan Sadonz.

“hanya kau seorang yang masih memiliki identitas palsu sebagai prajurit Sadonz. Jalankan rencana B. Bawa anak itu ke camp pelatihan Sadonz Weapon” perintah pemimpin kepada Alex

“kau gila!, kau tahu aku adalah bagian dari camp itu sebelumnya! Tidak ada apapun yang bisa kita ambil dari situ. Hanya ada kematian yang sia sia untuk mereka para pesertanya!”

“ini rencana dari hasil musyawarah para petinggi pasukan revolusi dan ayah anak itu sendiri. Sejujurnya aku tidak peduli dengan keselamatannya. Karena kita semua sudah sepakat. Daripada gadis itu jatuh ke tangan Sadonz, lebih baik dia mati”

Alex yang nampak tidak bisa menerima keputusan pemimpin regunya, memalingkan wajahnya ke wajah Malla yang nampak masih ketakutan dan kebingungan dengan apa yang terjadi.

“apa yang Sadonz inginkan dari anak ini?” tanya Alex

“hasil kerja keras ayahnya yang selama ini tidak bisa Sadonz kembangkan sendiri. Pasukan revolusi menyebutnya dengan Project D. Aku tidak tahu persis rincian uji coba ini. Setahuku hanya uji coba menanam logam mistis dari dasar lautan ke tulang manusia. Sesuatu yang dirasa sangat bebahaya ini akan lebih mudah untuk menyembunyikan di dalam bagian Sadonz itu sendiri”

Alex yang merasa membawa gadis istimewa incaran Sadonz pun nampak seperti bertambah semangat. Dia yakin bahwa Sadonz tidak pernah main main soal hal hal baru yang mereka kejar. Dengan sebuah motor beroda 2 di bagian depannya, Alex membawa tubuh Malla yang masih lemas pergi menjauhi seluruh sisa sisa anggotanya.

Mereka yang masih duduk di tempat dengan lesu mulai mencairkan suasana dengan saling tersenyum. Beberapa dari mereka mengeluarkan botol minuman dibeberapa tas.

“untuk pasukan revolusi!!” teriak salah seorang dengan mengangkat sebotol minumannya tinggi tinggi.

Mereka tidak pergi dan memilih untuk mati ditangan Sadonz karena identitas mereka sudah di kantongi pihak Sadonz. Dan apa yang mereka lakukan juga memiliki tujuan agar Alex bisa dengan lebih leluasa bebas pergi karena saat ini pasukan Sadonz terfokus pada mereka yang sudah terkonfirmasi sebagai pihak pasukan revolusi yang selalu memerangi Sadonz secara diam diam.

Tidak beberapa lama, puluhan pesawat pasukan Sadonz tiba di tempat. Mereka tampak langsung mengarahkan seluruh persenjataan dan senapan mesin dari pesawat helikopter. Tidak ada ampun bagi siapapun yang berani menentang Sadonz. Sekalipun mereka negara tersembunyi, mereka dengan mudah mampu menguasai seluruh peradapan di muka bumi ini. Tapi mereka memilih diam diam tetap merahasiakan dan menutup diri.

Ratusan butir peluru di semburkan dari berbagai lokasi menuju kumpulan para pasukan revolusi. Alex yang memandangi dari kejauhan sedikit meledak emosinya. Dia sering sekali melihat semua teman teman dan anggota seperjuangan mati di hadapannya. Kehilangan adalah hal yang sangat dia benci.

Pandangan Alex beralih mengarah ke Malla yang terduduk bersandar pohon tidak jauh darinya. Dia melihat Malla masih duduk membisu. Suatu kondisi yang normal terjadi pada manusia yang baru mengalami tekanan mental setelah kecelakaan. Terlebih lagi Malla adalah anak dari orang kaya yang hanya menghabiskan hidupnya di ranjang setiap harinya.

Dengan perlahan Alex mendekatinya, Alex pun jongkok tepat di hadapan Malla. Dengan kasarnya dia mengguncang kepala Malla. Melihat tiada respons, Alex langsung menamparnya dengan keras hingga 3x. Seketika itu juga Malla berteriak histeris dengan mata yang terbuka lebar melihat sekelilingnya seperti baru tersadar dari mimpi buruknya.

“aku benar benar tidak memiliki banyak waktu untuk mengurusmu. Percayalah, aku tidak keberatan jika harus membuatmu mati sekarang juga”

Dengan tatapan ketakutan, Malla mulai menangis layaknya anak kecil. Dia merasa seluruh tubuhnya seperti mengalami cedera parah padahal hanya terlihat beberapa luka kecil yang tidak begitu berbahaya.

“pasukan revolusi dan ayahmu sudah sepakat untuk menaruhmu dalam pelatihan di bawah Sadonz diam diam jika kami tidak bisa menyembunyikanmu untuk sementara. Hanya saja, dalam pelatihan yang Sadonz kerjakan itu hanya ada aturan membunuh atau dibunuh. Sepertinya orang tuamu benar benar putus asa dengan nasibmu hingga mereka memilih opsi ini dan bunuh diri”

“aku tidak mau” jawab Malla

“kau tidak memiliki hak memutuskannya. Rencananya adalah kau ikuti perintah, atau mati daripada pihak Sadonz mendapatkanmu”

Alex pun mengeluarkan pistol dan mengarahkannya ke arah dahi Malla yang masih duduk tersandar pohon.

Matta Malla tampak menunjukkan betapa takutnya dia saat ini. Dia hanya berpikir, saat ini dia benar benar tidak tahu apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Semua kejadian begitu tiba tiba berubah memburuk padahal di kemarin hari dia masih tertawa bersama kedua orang tuannya.

“aku sangat membenci menunggu hal yang tidak pasti” ucap Alex sambil menarik lebih dalam pelatuk pistolnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!