Malla hanya bisa membisu dan berlinang air mata layaknya anak kecil biasa. Dia bahkan tidak mampu berkata kata saat Alex mengarahkan sebuah pistol kecil berwarna putih seperti warna tulang. Sekalipun Malla berusaha untuk meminta pertolongan, semua usahanya hanya berakhir dalam rasa ketakutannya.
Alex yang melihat anak gadis tak berdosa di hadapannya menangis tanpa suara terlihat seperti sudah terbiasa melihat anak kecil menangis ketakutan.
“aku baru merasakan bisa berjalan”
“mati dan mengeluhlah pada ibumu”
“aku,.. akan melakukan apapun! Jangan bunuh aku” ucap Malla dengan tatapan penuh permohonan
Alex yang mendengar permintaan Malla pun mengeluarkan beberapa tabung cairan di dalam tas kecilnya. Dia memilih sebuah tabung berisi cairan merah seperti darah yang bertuliskan Malla di wadahnya.
Tanpa berkata apapun, Alex langsung menyuntikkan cairan aneh tersebut pada leher Malla. Malla yang berusaha memberontak ditarik rambutnya dan dirangkulkan lengan berotot Alex pada leher gadis malang itu.
“apa yang kau lakukan? Aku bilang, aku akan melakukan apapun!”
Alex tidak peduli dengan apapun yang di ucapkan Malla, dia dengan kejam menyuntikkan cairan aneh tersebut ke dalam darah Malla. Tampak tubuh Malla menggeliat kesakitan merasakan hall aneh yang terjadi pada seluruh anggota tubuhnya. Gadis kecil itu meronta dan berteriak kesakitan di tanah. Tampak kedua tangannya yang mencakar tanah di sekitarnya seperti sedang menunjukkan rasa kesakitannya dengan bahasa tubuh.
Begitu tubuh Malla mulai terdiam, Alex menarik dan memperhatikan guratan sidik jari Malla yang mulai bergerak dengan sendirinya.
“ini hanya serum penyusun ulang DNA. Lebih tepatnya merekayasa identitasmu. Untuk menyembunyikan siapa sebenarnya dirimu dari Sadonz”
Malla yang terkulai lemas merasakan otot ototnya di seluruh tubuhnya seperti kesemutan. Dia tidak menyangka bahwa dia akan mengalami hal seperti ini di hari pertama dia bisa berjalan.
Tanpa menunggu lama, Alex langsung menembakkan pistolnya ke arah rambut Malla. Percikan tanah dan batu kerikil tampak menerjang ke pipi dan dahi Malla.
“bangun, kita berangkat sekarang”
“kemana kau akan membawaku?”
“tempat pemakamanmu, neraka Sadonz”
“aku bilang akan lakukan apapun!”
“maka tetaplah bertahan hidup sekalipun kau harus membunuh!”
“apakah kau bodoh? Kau pikir bocah sepertiku bisa melakukan itu?”
Alex melihat tubuh gadis di depannya yang tampak kecil. Bahkan lebih kecil dari anak seusianya. Tubuh Malla tidak hanya kecil, tetapi juga tampak lemah dan terlihat sangat pucat seperti anak sekarat.
“tidak ada aturan tentang kondisi pesertanya. Siapapun yang tidak berusaha untuk tetap hidup, maka mati adalah pilihan”
Alex langsung menarik kain baju Malla dan mengangkatnya untuk dibawa pergi menggunakan motornya. Malla hanya terdiam pasrah seperti hewan buruan yang sudah kena tembak. Terdiam menunggu kematian yang sedari tadi Alex ucapkan. Tampaklah gadis kecil itu mengusap air mata di pipinya.
“dalam membunuh dan bertahan, yang paling utama adalah kecepatan. Baik itu kecepatan gerakan, berpikir dan ambil keputusan. Gunakan ketiga hal itu”
Alex tidak mendengar jawaban apapun dari Malla. Hanya terdengar suara ingus yang gadis kecil itu usap.
Motor Alex pun melaju melintasi hutan dengan sangat cepat. Roda 2 di bagian depannya terlihat sangat berguna sekali membuat motornya berbelok seperti mobil tetapi juga lincah seperti motor Trail.
...****************...
8 jam Alex dan Malla melaju di atas motor. Melewati berbagi kota dan menuju sebuah pegunungan di pinggiran pantai. Tampak sebuah papan peringatan “kawasan berbahaya” yang Alex lewati. Sekalipun Alex mengetahui bahwa jalan yang dia lalui saat ini sangat berbahaya dan banyak yang mati secara tiba tiba disini, dia seperti tidak perduli.
Tampak beberapa lalat buatan Sadonz mengikuti motor Alex. Kawanan hewan kecil buatan tersebut tampak memindahi seluruh tubuh Alex dari kejauhan dengan cahaya kebiruan dari mata mata kecilnya.
Setelah memindahi dan mencokkan dengan data base keanggotaan Sadonz, kumpulan lalat itu pun pergi menjauh.
Begitu sampai di sebuah gerbang besi yang dijaga puluhan prajurit, Alex tampak memarkirkan motornya di bawah pohon. Dia melihat Malla yang tampak lemah, mencoba membantunya untuk menuruni motor. Malla yang mengetahui ada sedikit perhatian yang Alex berikan, mencoba untuk mengabaikannya. Dia sadar bahwa dirinya saat ini adalah bocah tahanan. Yang harus siap melakukan apapun yang diperintah jika ingin tetap hidup.
Alex memberikan sebotol air mineral pada Malla, dengan penuh tenaga, Malla mencoba meraih air tersebut dari tangan Alex.
“kau siap?” tanya Alex
“siap mati. Aku mulai muak dengar kata kata itu darimu” balas Malla
“Alex! kapal akan segera berangkat!” teriak salah seorang prajurit dari kejauhan.
Alex dan Malla memasuki gerbang dan berjalan menyusuri sebuah lorong bangunan yang sangat panjang. Tampaklah ratusan prajurit seperti sedang bersiap dengan peralatan perang mereka. Di lengan mereka tampak terlihat sebuah simbol negara Sadonz.
“apakah kau beralih menjadi pengasuh?” tanya seorang prajurit yang berjalan di depan Alex
“aku menghabiskan seluruh hartaku untuk kemenangannya” jawab Alex
“kau bertaruh pada bocah perempuan yang bahkan seperti tidak cukup kuat untuk membawa sebotol minuman”
Beberapa prajuritpun nampak tertawa. Malla pun tampak menyadari bahwa dirinya jadi bahan hinaan karena terlihat lemah, bahkan untuk berjalan sambil membawa sebotol air mineral pun dia tampak kesusahan.
Perjalanan mereka sampai di sebuah ruangan yang sangat besar. Terlihat sebuah kapal kapal induk yang sangat besar sedang bersiap berlayar. Terlihat pula ratusan container di atas kapal. Puluhan prajurit tampak berjaga dibeberapa sudut luar kotak kargo.
Malla berjalan mengikuti Alex menaiki kapal induk. Mereka dibimbing salah seorang prajurit untuk menuju sebuah ruangan khusus. Ruangan yang terlihat seperti sebuah sel tahanan.
Alex dengan kasar menarik dan melempar Malla ke dalam ruangan. Tampak tubuh mungil Malla yang tersentak berusaha menahan benturan keras tubuh lemahnya ke arah dinding.
Alex pun mengikutinya masuk ruangan kecil tersebut dan menguncinya dari dalam.
“waktu kita sekitar 8 jam perjalanan” ucap Alex sambil melihat jam di tangannya.
Tanpa aba aba dan pemberitahuan, Alex langsung memukul perut malla dengan keras. Membuat Malla merasakan rasa sakit yang sangat tidak dia jelaskan lewat teriakan. Tubuhnya langsung berlutut menahan rasa sakitnya.
“apa yang harus aku lakukan?” tanya Malla pelan dan penuh permohonan.
“menghindari semua yang ku lakukan sebisamu. Jika kau tidak melakukannya, kau akan mati di dalam ruangan ini secepatnya”
Alex pun langsung menarik lengan kecil Malla dan melemparnya ke dinding. Membuat wajah gadis malang itu nampak merasakan siksaan yang selama ini belum pernah dia rasakan.
Berkali kali Alex melemparnya bagai mainan tidak berguna, berkali kali juga Malla berteriak kesakitan. Namun semua yang Alex dengar dari bibir kecil Malla sama sekali tidak menyurutkannya untuk terus memberi penderitaan pada Malla.
“kau seperti binatang. Begitu nikmatkah melakukan penyiksaan?” ucap Malla
Alex yang mendengar ucapan Malla pun sempat terdiam. Dia sadar bahwa dirinya seperti prajurit Sadonz yang selama ini dia benci. Namun, semua yang dilamunkan Alex tidak bertahan lama. Dia pun langsung mencengkeram leher Malla dan mengangkatnya tinggi tinggi hingga wajah mereka saling berhadapan.
“apa yang selama ini keluargamu berikan padamu? Kenikmatan hidup yang seperti di buku dongeng?. Bangunlah, dan lihat sendiri dengan kedua matamu seperti apa itu hidup yang sesungguhnya”
Alex pun melempar tubuh Malla ke pojok ruangan. Dia merasa bahwa usahanya akan sia sia melihat Malla yang seperti anak pada umumnya. Tidak bisa di taruh harapan dan terlalu polos untuk menghadapi apa yang akan terjadi nanti.
Begitu Alex hendak pergi, Malla memanggilnya dan berusaha berdiri dengan kedua kakinya yang gemetaran.
“apa yang kau maksud dengan hidup yang sesungguhnya?”
“lupakan, aku sudah tidak menaruh harapan apa apa lagi kepadamu. Cukup lakukan sesuai rencana saja. Mau kau mati pun aku sudah tidak peduli”
“jangan pergi! Aku tidak mau mati, bantu aku bertahan!. Lakukan lagi, aku akan berusaha menghindarinya!”
Saat itulah ada sedikit semangat juang yang terpancar dalam tatapan Malla. Dengan sedikit tenaga, Alex pun mulai melatih kecepatan gerakan Malla dengan berbagai peralatan kecil miliknya. Bahkan tidak segan segan Alex menggunakan sebuah pisau untuk menyerang Malla.
Malla yang merasa dalam bahaya, tanpa sengaja bisa dengan mudah menghindari setiap tikaman Alex. Berjam jam mereka di dalam ruangan kecil tersebut untuk terus berjuang melatih diri. Sekalipun Malla sudah terkapar dan kehabisan tenaga, Alex seperti menunjukkan bahwa saat seperti inilah kesempatan terbaik untuk membunuh.
“pertahankan stamina! Gunakan gerakan gerakan sederhana saat menghindar. Tubuhmu terlalu lemah untuk sekedar bertahan!? Kecepatan dalam gerakan saja tidak cukup untuk bertahan, pikirkan secepatnya apa yang harus kau lakukan kedepannya. Improvisasi!”
Dengan cepat pula Malla langsung menendang ************ Alex tanpa aba aba. Tampak Alex yang sebelumnya terlihat sangat berwibawa tersebut mulai meringis dan meringkuk menahan rasa sakitnya. Ini pertama kali dia merasakan hal ini semenjak dia dilahirkan dan dididik layaknya seekor hewan oleh Sadonz sebelum akhirnya pihak revolusi merekrutnya.
“pergilah keruangan sebelah, ada beberapa makanan yang sudah mereka siapkan untukku. Kau bisa memakannya. Hari ini cukup” ucap Alex sambil meringkuk menahan rasa sakitnya.
Setelah Malla pergi, Alex berusaha berdiri meski sakit di selangkangnya masih terasa amat ngilu. Pandangannya menjurus ke arah sebuah dinding. Meski cahaya lampu agak temaram, dengan jelas Alex melihat dinding tersebut seperti ada bekas penyok kecil seperti bekas pukulan palu yang sangat keras.
Merasa tidak yakin dan percaya apa yang dia lihat, Alex merabanya dengan tangan. Saat itulah dia menyadari sesuatu. Tempat di mana lekukan lekukan di dinding tersebut adalah tempat di mana Malla terbentur dengan keras.
Merasa heran, Alex pun mencoba menghantam dinding yang berlapiskan besi tersebut dengan tangannya. Tangannya yang menghantam dinding dengan keras sama sekali tidak bisa membuat bekas apapun di dinding. Lalu bagaimana mungkin Malla bisa melakukannya padahal tenaganya sangat lemah.
Di dalam ruangan makan, Alex terduduk dan membisu di hadapan Malla yang tengah menyantap makanannya. Seperti anak kecil pada umumnya, Malla terlihat kelaparan dan memakan semuanya dengan sangat rakus.
Alex terus terusan memikirkan apa yang sebenarnya anak ini miliki hingga Sadonz begitu menginginkannya.
“sebelum meninggal, apa yang orang tuamu ceritakan kepadamu? Apa kau mendengar sesuatu tentang hal hal aneh yang berhubungan denganmu?” tanya Alex
Malla sempat sedikit berpikir mendengar pertanyaan Alex, tapi dia memutuskan untuk terdiam dan terus makan. Karena makan adalah hobinya.
Alex mencoba memancingnya dengan kata project D yang sempat di ceritakan pemimpinya, namun dia urungkan karena mereka ada di dalam kapal Sadonz.
Setelah beberapa saat, terasa sebuah guncangan di kapal induk yang mereka tumpangi. Malla yang sempat terkejut mencoba memegang lengan Alex.
“abaikan, hanya beberapa serangan kecil dari pesawat pengintai penjaga perbatasan” jelas Alex
Di luar ruangan, tampak beberapa pesawat tempur sedang mengikuti dan memberi peringatan kepada kapal induk Sadonz. Tanpa melakukan perlawanan, kapal Sadonz mengeluarkan beberapa cahaya hologram yang menyinari sekujur badan kapal. Cahaya kebiruan tersebut seperti membungkus dan memantulkan gambaran sekitar seolah-olah membuat kapal seperti bunglon yang menyamarkan diri dengan lautan sekitar.
Pesawat tempur pun tampak kebingungan melihat apa yang tengah terjadi. Mereka seperti baru pertama kali melihat kejadian yang sangat di luar nalar tersebut. dari radar pun tampak bahwa kapal Sadonz juga tidak bisa terdeteksi. Sebelum mereka sadar akan kebingungannya, beberapa kunang-kunang bom sedang menuju dan hinggap di badan pesawat.
Sekalipun bentuk kunang-kunang ini kecil, tapi benda ini adalah bom yang sengaja di desain mirip kunang-kunang oleh Sadonz. Mereka dibuat untuk mengejar dan meledakkan benda secepat apapun. Karena Sadonz sudah memahami dengan sangat jelas kemampuan teknologi manusia di bumi. Mereka dengan mudah menciptakan hal hal di luar kemampuan manusia di bumi.
...****************...
Setelah beberapa jam, kapal mereka berhenti ditengah tengah samudra. Tampak beberapa kapal mulai bermunculan dengan mematikan hologram penyamaran mereka. Berbagai kapal induk dari berbagai belahan dunia berkumpul di satu tempat. Mereka terlihat sama, mengangkut ratusan kotak kargo dan menunggu sesuatu.
Alex yang berdiri di atas kapal, menatap lurus ke hadapan. Malla yang di belakangnya pun merasa bingung dengan apa yang Alex lihat. Padahal hanya ada hamparan lautan luas sejauh mata memandang.
“badai matahari sudah aktif 13 jam lalu. Badai akan menghantam bumi dalam 20 detik. Persiapan untuk memasuki camp pelatihan. Semua prajurit dipersilahkan bersiap” ucap salah seorang operator menggema di sekujur badan Kapal
Setelah hitungan mundur 20 detik berlalu, badai matahari menghantam bumi sesuai dengan rencana mereka. Tampak aurora bergejolak di langit langit.
Begitu besarnya badai matahari yang Sadonz buat ini membuat bencana geomagnetik di mana semua alat komunikasi terganggu. Berbeda dengan semua peralatan yang Sadon miliki di dalam kapal mereka. Karena semua ini adalah rencana yang selalu mereka kerjakan tiap setahun sekali untuk mengumpulkan para peserta pelatihan.
Setelah semua satelit di muka bumi mulai mati, bergejolaklah semua air di bawah kapal kapal induk Sadonz. Semakin lama, guncangan semakin menjadi. Tampak beberapa bongkahan bangunan muncul dan keluar dari dalam air. Semakin lama, bangunan tersebut semakin meninggi.
Setelah beberapa menit berlalu, tampak seutuhnya sebuah dataran luas dengan berbagai bangunan canggih muncul ke permukaan air. Para prajurit Sadonz menamakan tempat ini adalah Camp pelatihan.
“camp? Aku tidak melihat perkemahan disini?” tanya Malla
Pertanyaan Malla pun di jawab dengan tertawaan oleh beberapa prajurit Sadonz
“dengar nak, bagimu ini seperti sebuah negara yang bisa keluar masuk laut. Tapi bagi kami, ini adalah tempat kemah kecil milik Sadonz” jawab seorang prajurit
Angin laut berhembus kencang mengibarkan rambut panjang Malla. Meski hanya sekedar melihat dari kejauhan, Malla merasa ada hal menakutkan di dalam sana. Tempat yang akan di tujunya tersebut menebarkan aroma darah yang menusuk hidung sensitifnya.
“mulai sekarang, nyawamu ada di tanganmu sendiri. Buang segala aturan tentang kemanusiaan yang kau pelajari dari hidupmu selama ini. Di dalam sana, semua itu tidak berarti. Bertahan hiduplah sampai waktunya tiba. Aku akan memberikan hak hidupmu” ucap Alex di samping Malla
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
KacangArab
kern bgt dh. ga slh nih org klo bikin crita selalu bikin penasaran. awas, jgn dibikin mati lagi itu tokoh utama cerita..
2023-06-05
1