Bertemu Kembali

Ice dengan mudahnya hinggap di pundak Hunter dan dengan cepat dia menusuk kepala mesin pemburu tersebut dengan pisaunya.

Wajah liar Ice tampak menikmati pertempuran ini. Dia dengan yakinnya bisa menumbangkan mesin tersebut dengan kedua tangannya.

Namun, Hunter tidak mudah di tumbangkan, saat kepalanya dirusak dan dicabik-cabik, mesin tersebut mengeluarkan listrik dari tubuhnya. Seketika itu juga, Ice yang mengetahui apa yang akan lawannya lakukan, dia langsung melompat meninggalkan Hunter dan berlari memanjat pohon menggunakan pisaunya.

Ice duduk di dahan pohon sambil menatap lawannya yang juga menatapnya dari bawah dengan kepala yang sudah terkoyak.

Sedangkan Malla, sudah tidak terlihat lagi. Malla menggunakan kesempatan ini untuk pergi menuju ke arah Ruby secepatnya. Dia takut terjadi sesuatu dengan Ruby.

Setelah Malla berlari sejauh mungkin, dia sempat mendengar teriakan kesakitan Ruby. Malla pun tidak tinggal diam, dia semakin mempercepat larinya agar bisa menolong sahabat barunya ini.

Begitu Malla sudah mendekati tempat di mana Ruby berada, Malla sekilas melihat seorang pemuda yang mencekik Ruby dengan tangan kirinya. sedangkan tangan kanan pemuda tersebut, sudah bersiap untuk menikam leher Ruby.

Ruby hanya bisa menitikkan air mata. Karena dia merasa ini mungkin hari kematiannya. Tidak mungkin hari keberuntungan akan selalu menyertainya sepanjang hidup.

Malla dengan cepat melompat dan menerjang pemuda tersebut hingga mereka saling bergumul di tanah berumput. Saat Malla hendak mengangkat pisau dan akan menikam pemuda tersebut, Malla sempat terkejut, karena saat ini pemuda yang sedang dia tindih di tanah ini adalah Yuan.

Yuan pun sempat terkejut bertemu lagi dengan Malla, bahkan kali ini mereka saling bertatap muka begitu dekatnya setelah kejadian 8 tahun lalu. Sesaat mereka saling menatap dan terpaku dengan visual masing masing.

Mereka adalah remaja yang memiliki masa puber sebagaimana pemuda pada umumnya. Mereka tampak saling terpesona dengan apa yang mereka lihat.

Ruby yang melihat kedua insan yang sedang dimabuk cinta inipun melangkahkan kakinya hingga mendekati Malla.

“apakah adegan ini akan berlanjut seperti film romansa di mana kedua sejoli sedang terpesona kemudian jatuh hati?” ucap Ruby

Dengan cepat Yuan mendorong tubuh Malla hingga gadis tersebut terdorong kebelakang dan menabrak Ruby.

Yuan berdiri dan membersihkan sisa sisa rumput di baju dan rambutnya. Membuat Malla sempat terpesona akan ketampanan pemuda di hadapannya untuk kedua kalinya.

Sesekali Yuan melihat Malla yang masih menatapnya dan menghunuskan pisau kearahnya. Yuan juga melihat Ruby yang menggandeng lengan Malla. Hal ini memberitahukan ke Yuan bahwa kedua gadis di depannya ini tampak akrab.

Yuan pun menyarungkan kembali pisaunya dan berjalan menjauhi mereka berdua. Sedangkan Malla, dia tampak masih menatap lurus ke arah Yuan dari kejauhan.

“dia monster yang dulu sempat mengguncang Camp, entah kenapa baru terlihatan lagi, ku pikir dulu dia sudah dibunuh Sadonz karena keliarannya’ ungkap Ruby.

“apapun yang terjadi, jangan berurusan dengannya, menjauh sebisa mungkin” jawab Malla

Setelah Yuan tidak kelihatan lagi, Malla meraih tangan Ruby dan mengajaknya untuk menuju tempat ujian selanjutnya.

“berapa jauh kita harus berjalan?” tanya Ruby

“mungkin berhari hari. Bisa jadi berminggu-minggu jika perjalanan tidak mulus. Luas dataran ini tidak bisa di perkirakan. Saat turun dari pesawat, sebagian besar dataran tertutup kabut.”

Malla berjalan sambil menatap ke segala arah. Dia tetap siaga sementara Ruby hanya terlihat seperti anak anak yang bermain main di hutan. Tidak mempedulikan apapun selain menikmati sebuah perjalanan maupun petualangan.

Meski Yuan tampak pergi, Malla merasa Yuan masih berada di sekitarnya. Karena Malla mampu mendengar detak jantung dan nafas Yuan yang khas akan suara nafasnya yang seperti tertahan sebuah penderitaan.

Di atas dahan pepohonan, Yuan melompat dari pohon ke pohon sambil mengawasi Malla dari atas. Dia menatap paras malla dari kejauhan. Wajah gadis yang pernah dia lukai tersebut menjadi seorang gadis remaja yang feminin tetapi juga tegas. Sangat mirip dengan Carlla yang sempat tertanam dihatinya.

Yuan merasa, ini mungkin saat yang tepat baginya untuk melindungi Malla sebagai balasan apa yang sudah dia lakukan 8 tahun yang lalu. Mengenai perjanjian yang dulu Vergus tetapkan, dia akan memikirkannya nanti. Belum tentu juga dia akan selamat dari ujian ini. Karena peserta dari ujian ini adalah peserta gabungan dari berbagai Camp yang Sadonz miliki

Dari kejauhan Yuan melihat cara Malla berjalan seperti tidak normal. Dan benar apa yang dia pikirkan, Malla dalam kondisi tidak sehat.

Dalam perjalananannya bersama Ruby, Malla mendadak terjatuh ke tanah. Tubuhnya seperti tidak mau bergerak dan bahkan Malla tidak bisa menggerakkan kedua bola matanya hanya sekedar untuk menatap Ruby sekalipun.

“Malla! Apa kau terluka?” tanya Ruby sambil memeriksa seluruh tubuh Malla.

Melihat Ruby yang kebingungan dan khawatir, Yuan hanya mengawasi dari kejauhan sambil menunggu dan berjaga jika ada peserta lain yang mendekat.

...****************...

Di tempat lain, di sebuah pangkalan militer di bawah tanah, Alex sedang mempersiapkan berbagai senjata untuk dia gunakan dalam misi penyelamatan Malla beserta anak didik Sadonz bersama para anggota pasukan Revolusi.

Beberapa prajurit tampak berlari lari sambil menenteng senjata mereka melewati Alex dan beberapa anggota lain.

“menurutmu berapa korban nyawa pasukan revolusi kali ini?” tanya seorang prajurit kepada Alex

Alex tampak terdiam dan memberikan beberapa amunisi kepada prajurit tersebut. mereka tampak seperti pasukan bayaran. Akan tetapi, mereka lebih dari itu. Mereka para pasukan Revolusi memiliki misi mulia untuk menyelamatkan para anak anak didik dari kekejaman Sadonz. Mereka yang diselamatkan kebanyakan memilih untuk bergabung ke pasukan revolusi. Sebagaimana yang Alex lakukan.

“kau bisa mundur dari misi ini jika takut mati. Ini bukan misi paksaan” jawab Alex

“mereka yang menyelamatkanku dulu, mati di tempat demi melindungiku. Aku tidak akan puas jika tidak mati sebagaimana yang mereka lakukan” ungkap seorang prajurit lain di sebelah Alex

“adakah prajurit yang bernama Alex?” teriak seorang prajurit dari kejauhan menggunakan alat pengeras suara

Melihat itupun, Alex langsung berdiri dan menghampirinya perlahan.

“kau yang bernama Alex?’

“benar, meskipun aku tidak tahu kalau kemungkinan ada juga prajurit lain yang bernama sama..”

“diam! Menurutmu untuk apa aku memakai pengeras suara ini sambil berlarian ke berbagai sudut untuk mencarimu?”

Prajurit itupun dengan kesal memberikan sebuah black box sebesar genggaman kepada Alex.

“pasukan Revolusi mendapatkan kotak hitam ini beberapa hari yang lalu dari sebuah kerangka. Ada pesan yang di tukukan kepadamu di dalam kotak hitam ini. Sepertinya ini sesuatu yang penting karena waktu hitungan sudah berjalan dan pembawa pesan sudah mati bertahun tahun yang lalu!”

Alex langsung menjatuhkan kotak hitam tersebut di lantai san menyentuh bagian atasnya. Setelah sidik jari Alex terbaca oleh benda tersebut, sebuah hologram bergambar manusia muncul di atas kotak tersebut.

“sepertinya pesan ini tidak berjalan mulus. Kau mendapatkannya setelah bertahun tahun dan batas waktu juga sudah berjalan” ucap gambar hologram di hadapan Alex

“apa maksudmu?”

“project D yang di kembangkan memiliki efek samping setelah beberapa tahun kemudian. Hal ini sudah di konfirmasi oleh penciptanya sendiri. Dan efek samping ini akan membuat penderitanya memasuki masa kebangkitan yang di mana penderita akan mengalami penghancuran tulang tulang di tubuhnya oleh project D itu sendiri. Jika beruntung, makan project D itu akan di katakan sebagai produk yang berhasil di cetak. Jika tidak, dia akan mati dalam beberapa hari”

“berapa dan kapan hal itu dimulai?’ tanya Alex

“pesan sudah dikirimkan beberapa tahun lalu, maka seharusnya waktu yang berjalan di sisi kotak hitam ini menunjukkan bahwa hal itu sudah terjadi”

Mendengar itupun, Alex langsung menendang kotak hitam itu sekuat tenaga dan meninggalkannya dengan berlari sambil mengambil beberapa peralatannya.

“berapa lama kita akan berangkat?!” tanya Alex

“sekitar 20 jam lagi. Sesuai rencana. Pasukan kita yang berjaga masih dalam persiapan mematikan semua alat komunikasi Sadonz”

Mendengar itupun Alex berteriak sambil mengumpat sebagaimana yang dia lakukan setiap kali emosi.

“aku akan berangkat sekarang, adakah yang mau membantuku?” tanya Alex dengan berteriak ke beberapa prajurit di hadapannya

Seketika mereka langsung berdiri dan menenteng senjata sambil menunjukkan sikap kepada Alex bahwa mereka siap.

...****************...

Di sisi lain, situasi yang dialami oleh Ice benar benar situasi yang buruk. Dia mengalami cedera di pinggang kirinya saat berusaha menghindari tusukan yang di lancarkan oleh Hunter.

Ice melangkah perlahan memutari tubuh Hunter yang berdiri kokoh meski kepalanya hampir hancur. Tampak dengan jelas bahwa Hunter masih bisa memberikan perlawanan yang cuku serius kepada Ice yang mulai kehabisan stamina.

Hunter yang menghunuskan tombak listriknya ke arah Ice segera menusuk pemuda dingin tersebut dengan kecepatan seperti tembakan peluru.

Ice dengan cepat pula menghindar dan melompat mundur lagi beberapa langkah sambil terus mengawasi setiap gerakan kaki Hunter yang tampak diam.

Setelah Ice merasa kehabisan ide, tiba tiba air hujan mulai turun dengan derasnya. Mereka seperti sedang mengawasi satu sama lain sambil menunggu lawan mereka bergerak.

Saat Ice menggenggam pisau Sadonz di tangannya dengan erat, Hunter dengan cepat pula menyerang Ice dengan tombaknya.

Serangan demi serangan dengan susah payah Ice hindari, dia tidak memiliki jangkauan yang cukup untuk menyerang Hunter yang bergerak begitu cepat dan lincah. Sementara itu, pinggang Ice pun tampak mengeluarkan bercak darah setiap kali dia bergerak menghindari serangan musuhnya.

Saat Ice kehabisan stamina dan siap menerima serangan Hunter dengan pasrah, sejenak dia melihat air hujan yang mulai membasahi kepala Hunter yang rusak tersebut.

Ice dengan cepat menahan tusukan tombak Hunter dengan pisaunya hingga dia terpental sangat jauh karena kekuatan hentakan tersebut.

Namun ajaibnya, Ice dengan segera bangkit dan tersenyum. Pemuda tersebut tersenyum bahagia melihat peluang kemenangan di hadapannya. Itu karena dia sadar bahwa air hujan telah membuat beberapa komponen di dalam kepala hunter sedikit rusak.

Bahkan dia merasakan kekuatan tusukan Hunter mulai melemah dan tidak sekuat sebelumnya meski sudah membuatnya terpental beberapa meter.

Ice melangkah dengan cepat menuju arah Hunter sambil memegang erat pisaunya. Kaki pemuda tersebut membuat tanah yang sudah bercampur dengan derasnya air hujan tampak bertaburan ke berbagai arah.

Entah apa yang membuat pemuda ini tampak istimewa dan seperti tidak memiliki rasa lelah dengan apa yang dia lawan. Ice dengan percaya diri semakin mempercepat gerakannya sebagaimana cepatnya detak jantung di tubuhnya yang seperti genderang penyambut kemenangan.

Tusukan Hunter dengan mudah Ice arahkan ke tanah dan dia pakai untuk melangkah agar dia bisa melompat tinggi dan hinggap di pundak Hunter.

Dengan sisa sisa tenaga yang Ice miliki, pemuda tersebut mencincang kepala Hunter menggunakan pisaunya.

Pisau Sadonz sangat istimewa. Karena terbuat dari bahan mistik dari negara dasar laut, pisau tersebut tampak dengan mudahnya mengiris besi sekeras apapun sebagaimana mengiris sebuah keju.

Tidak hanya itu saja, saat kepala Hunter yang rusak tersebut terbasahi oleh air hujan, Ice mencoba menjatuhkan tubuh Hunter dengan melompat setinggi mungkin dari pundaknya dan menjatuhkan tubuhnya ke tubuh Hunter hingga mesin pemburu tersebut terjatuh ke tanah dengan genangan airnya yang cukup dalam.

Ice semakin menggila mencabik kepala Hunter sambil menginjaknya agar tetap tenggelam di genangan air.

Seperti dugaannya, mesin tersebut seperti tidak berkutik karena telah rusak. Ice pun langsung memotong sisa kepalanya dan melemparnya jauh jauh darinya dengan wajah puas.

Setelah itupun Ice menjatuhkan tubuhnya di genangan air seperti sebelumnya saat dia bertemu Malla.

Dengan kepuasan yang tiada tara telah menghabisi lawanya, Ice menatap langit mendung sambil berteriak keras seperti hewan buas yang menantang musuh musuhnya.

...****************...

Jauh di atas langit. di sebuah setasiun luar angkasa yang sangat besar. Di mana stasiun ini terdapat banyak robot dan mesin penjaga. Bahkan beberapa prajurit pun tampak sedang bersiaga. Di depan sebuah gerbang bertanda sebuah bintang.

Di dalam ruangan tersebut, terdapat ratusan hologram berwujud manusia. Mereka tampak sedang rapat meski hanya dalam bentuk hologram saja. Karena sejatinya mereka yang berwujud hologram tersebut sedang berada di tempat lain yang berbeda beda.

Tampak di ujung ruangan terdapat meja dan kursi yang istimewa sedang di duduki seorang pria berusia sekitar 50 tahunan. Pria tersebut adalah seorang kanselir Sadonz.

Dia mengamati jalannya pertandingan Ice dengan cermat. Sang kanselir pun memperbesar tangkapan Wajah Ice dan membaca biografinya.

“ada yang bisa jelaskan kenapa dia tidak memiliki pelatih maupun manager?” tanya kanselir

“dia membunuh mereka yang mendekatinya. Itulah kenapa tidak ditulis dalam catatan, karena bisa membuat pemuda berpotensi ini akan di eliminasi karena keliarannya” jawab seorang dari samping kanselir

Mendengar jawaban itupun sang kanselir langsung tertawa ringan sambil menutupi wajahnya dengan telapak tangan kirinya.

“lepaskan dan suruh Angel Blade merekrutnya” perintah kanselir

“maaf, apakah itu artinya dia dibebaskan?” tanya salah seorang peserta rapat

“tidakkah kau lihat, dia akan mengejar dan menghabisi para bibit unggul yang kita miliki jika tetap mengikuti ujian dini” jelas kanselir

Belum sempat para bawahannya menjawab patuh, tangan kanselir langsung memukul mejanya dan menunjukkan mimik muka yang marah dan kesal saat melihat sebuah pemandangan di layar yang menunjukkan seorang gadis bernama Ruby sedang menggendong Malla di punggungnya.

“ada yang bisa jelaskan kenapa wanita ini menjadi peserta pelatihan?!” bentak Kanselir dengan lantang

Semua para peserta rapat pun langsung terdiam saat kanselir menunjukkan gambar wajah Ruby yang diperbesar di layar utama.

Siapakah sebenarnya Ruby, gadis yang dikenal lemah dan tidak memiliki kemampuan bertarung tersebut ternyata dikenal oleh seorang kanselir Sadonz.

...****************...

Di tempat lain, Ruby tampak kelelahan menggendong tubuh Malla. Dia merasa tubuh Malla terasa sangat berat melebihi berat gadis pada umumnya.

“aku benar benar bingung harus bagaimana. Tolong sadarlah. Jika kau pingsan seperti inim siapa yang akan melindungiku?” ungkap Ruby

Berkali kali Ruby sempat terjatuh, namun dia berusaha tetap menggendong Malla hingga akhirnya mereka berdua sampai di sebuah reruntuhan bangunan yang ditumbuhi pepohonan liar.

Yuan yang mengikuti mereka dari kejauhan, menyelinap memasuki bangunan dahulu dan memastikan bahwa di dalam bangunan aman untuk ditinggali.

Begitu selesai memeriksa, Yuan langsung menyelinap keluar dan menaiki atap bangunan. Dengan tenang Yuan duduk dan mengawasi sekitar bangunan. Dia berharap bisa melindungi Malla dari luar bangunan jika ada yang mendekat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!