Gadis Misterius

Ice yang terbaring di tanah berlumpur mulai merasakan bahwa luka di pinggangnya agak terasa lebih nyeri dari sebelumnya. Dia meraba dan merasakan bahwa lukanya semakin terbuka karena pertarungannya dengan Hunter.

Darah mulai mengucur dengan derasnya di temani air hujan yang membasahi sekujur tubuhnya. Ice tetap tenang dan tersenyum tipis ke langit. di saat itu juga muncul cahaya di langit yang menyapu sebagian awan hitam.

Cahaya tersebut menyinari tubuh Ice dengan cahaya yang sangat menyilaukan. Tampak pula dari mata Ice seorang pria turun dari cahaya tersebut menggunakan sebuah papan seluncur. Dia bergerak bebas dari langit turun ke bawah ke tempat di mana Ice terbaring.

Ice yang sebelumnya tersenyum ringan mulai sedikit tertawa setelah melihat kejadian aneh ini. Dia dihampiri seorang dengan berbaju selayaknya seorang prajurit khusus.

“apakah kau pencabut nyawaku?” tanya Ice

“kenapa kau tanyakan hal seperti itu?”

“kisah dari buku dongeng dan bualan orang orang lemah mengatakan, saat manusia sekarat dalam keadaan tidak menerima kematian, dia akan dihampiri dewa pencabut nyawa”

“kau bisa menyebutku dewa, akan tetapi aku tidak bertugas untuk mencabut nyawamu. Aku bertugas untuk membawamu ke tempat yang baru di mana kau bisa sepuasnya membunuh. Itupun jika kau cukup mampu untuk hidup. Karena lawan kita bukan dari kehidupan ini”

“menarik, di mana aku harus menandatangani kontrak ini?”

Tanpa menjawab, pria asing itu pun langsung menggendong Ice. Dengan papan seluncurnya, pria tersebut langsung membawa Ice terbang ke langit menuju cahaya yang terus menerus menyinari mereka.

Setelah pria tersebut memasuki cahaya, seketika cahaya tersebut lenyap dan dari gulungan awan hitam mulai tampak dua buah sabit yang sangat besar bergerak seperti pesawat luar angkasa. Pesawat aneh itupun langsung lenyap seketika seperti melesat dalam kecepatan cahaya.

...****************...

Di dalam sebuah bangunan kosong, Ruby meletakkan Malla di atas sebuah meja. Beberapa peralatan yang cukup usang, disapu bersih menggunakan kedua tangannya yang tampak lembut dan halus. Terlihat jelas bahwa Ruby berbeda dengan peserta lainya. Gadis misterius ini seperti gadis yang terawat.

“Malla, kau bisa mendengarku? Katakan sesuatu apa yang harus ku lakukan?” tanya Ruby

Malla tampak seperti memandang Ruby, tapi dia tidak bisa berbicara maupun bergerak. Kedua matanya semakin memerah dan beberapa darah yang agak menghitam mulai keluar dari hidung dan telinga Malla.

“aku akan cari sesuatu di sekitar sini, tunggulah, aku akan segera kembali”

Ruby bergegas meninggalkan Malla dan berlarian ke berbagai ruangan bangunan untuk mencari sesuatu yang sekiranya bisa dia manfaatkan.

Namun upaya Ruby seperti sia sia. Tidak ada apapun di dalam bangunan ini. Meski ada beberapa ruangan perawatan, namun semua obat obatan telah habis dan beberapa peralatan juga tampak sudah rusak semua.

Ruby mulai berlari menuju ruangan kelistrikan di mana dia berusaha menghidupkan listrik untuk bangunan ini. Alhasil, usaha gadis ini membuahkan hasil yang cukup memuaskan.

Listrik mulai mengaliri seluruh isi bangunan. Beberapa ruangan juga sudah terlihat terang dan Ruby mendapati sebuah kapsul pendingin yang masih tampak bagus. Berbeda dengan kapsul yang lain yang sudah pecah dan berantakan.

Ruby dengan segera membersihkan permukaan dan memeriksa kapsul tersebut. kapsul yang memang di cipta untuk membekukan pasien agar tubuhnya masih tetap awet meskipun sampai puluhan tahun.

“Ruby,.. Ruby!” panggil Malla dari kejauhan

Ruby yang mendengar itupun langsung berlari menuju tempat Malla berada. Betapa terkejutnya Ruby saat melihat Malla telah berdiri dengan memegang pinggiran meja untuk menumpu tubuhnya agar tidak terjatuh.

“untunglah, aku pikir terjadi hal yang buruk..”

“dengar aku!” sela Malla “jangan jauh jauh dariku, dia masih disekitar sini”

“siapa?”

“pemuda yang hampir membunuhmu tadi, dia mengikuti kita sampai kesini. Tetap bersamaku, agar aku bisa menjagamu”

“tapi, bagaimana kau akan melawannya jika kau sendiri dalam keadaan seperti ini?”

“aku baik baik saja, percayalah”

Belum sempat Malla menyelesaikan perkataanya, dia langsung terjatuh lemas dipelukan Ruby. Dengan seketika Ruby pun langsung tegang dan berdebar debar. Karena dia adalah gadis biseksual.

Aroma tubuh Malla membuatnya semakin gugup dan saat dia melirik wajah Malla yang setengah sadar itu langsung membuat wajahnya memerah seperti gadis yang terpesona oleh rayuan rayuan maut.

Untuk menutupi kelakuan anehnya, Ruby langsung menyandarkan tubuh Malla di tepian meja. Ruby hendak menjauhi Malla, namun malla tampaknya enggan jauh jauh dari Ruby. Kedua tangan Malla dengan erat merangkul lengan Ruby.

Karena hal inilah Ruby akhirnya menemani Malla duduk bersandarkan kaki meja yang terbuat dari papan besi. Mereka berdua saling bersandar satu sama lain. Hal yang cukup aneh untuk dilakukan oleh para peserta pelatihan. Karena tidak mungkin untuk menjalin sebuah persahabatan di dalam pelatihan Sadonz.

Dari jauh, Yuan memperhatikan mereka berdua. Setelah itu dia langsung balik lagi berjaga di sekitar bangunan.

Malla menoleh ke sana kemari sambil memegang pisaunya. Dia bersiaga jika Yuan akan datang menghampiri mereka.

Meski dia tahu keberadaan Yuan dari detak jantung dan nafasnya yang khas, akan tetapi, Malla tidak mengerti apa yang Yuan lakukan dan pikirkan. Jadi Malla tidak tahu kalau Yuan mengikutinya dengan tujuan untuk melindunginya.

“Malla, kau tidur?” tanya Ruby

“tidak, hanya saja mataku susah untuk ku gerakan. Aku masih terjaga”

“kalau boleh tahu, bagaimana kau tahu bahwa pemuda tadi mengikuti kita?”

“entah, aku hanya mendengar suara detak jantung dan nafasnya didekat sini”

“menurutmu, kenapa dia mengikuti kita? Jika dia mau, bukankah hal mudah untuknya membunuh kita?”

“aku tidak mau memikirkannya. Tetap waspada saja dengan apapun yang akan terjadi”

“bagaimana denganku?” tanya Ruby

“apa maksudmu?”

“bagaimana kau tahu aku tidak melakukan hal buruk kepadamu?. Nilaiku terburuk dari peserta lain. Apakah kau tidak curiga bagaimana aku masih bisa bertahan hingga saat ini?”

Malla hanya terdiam dan berpikir sambil membetulkan posisi kepalanya di pundak Ruby.

“susah untuk ku jelaskan. Saat orang berbohong maupun berbicara jujur, aku bisa mendengar cara jantung mereka berdetak cukup berbeda”

“kau mempercayaiku? Aku bisa membunuhmu saat ini juga”

Malla terdiam lagi, dia tampak sedikit terkejut dan merasa bahwa ucapan Ruby tidak ada tanda tanda kebohongan.

“aku hanya bercanda” lanjut Ruby sambil memeluk pundak Malla.

Tiba tiba terdengar suara operator dari gelang masing masing peserta.

“selamat sore menjelang malam. Ada informasi penting yang seharusnya tidak kami katakan. Akan tetapi karena saya cukup menganggur dan bosan, saya memberitahukan bahwa dataran yang kalian tempati memiliki anomali cuaca yang cukup menyebalkan. Silahkan mencari selimut agar kalian bisa tidur dengan nyenyak malam ini.”

Begitu informasi tidak penting itu selesai, semua peserta baru merasakan ada udara dingin yang mulai bertiup ke arah mereka membuat kulit dan tubuh mereka mulai menggigil kedinginan.

...****************...

Beberapa jam berlalu, angin dingin mulai berhembus dengan lebih kencang. Yuan masih bersiaga di luar bangunan. Meski angin dingin menerpa sekujur tubuhnya, namun kemampuan khusus Yuan yang mampu mengontrol laju detak jantungnya sendiri dengan mudah dia menaikkan suhu tubuhnya.

Berbeda dengan Malla, dia nampak makin kedinginan ditambah lagi kondisi tubuhnya yang memang memburuk karena efek samping dari project D.

Sedangkan Ruby, dia tampak biasa saja merasakan udara dingin. Sesekali dia memeriksa tubuh Malla yang mulai melemah. Bahkan Malla tampak seperti kesusahan untuk mendengar ucapan Ruby.

“aku benar benar tidak tahu lagi apa yang harus ku perbuat. Aku tidak menemukan luka apapun di tubuhmu. Bagaimana mungkin kau bisa mengalami kondisi seperti ini” keluh Ruby sambil memeluk Malla yang kedinginan.

“apakah ada sesuatu yang bisa kita gunakan di dalam sini?” tanya Malla

“ada kapsul hibernasi. Hanya ada satu”

“bawa aku ke sana, udara semakin dingin aku rasa untuk nanti malam akan jauh lebih dingin lagi”

“benar, betapa bodohnya aku jika tidak berpikiran seperti itu. Aku akan membawamu dan menjagamu selagi berada dalam kapsul”

Ruby pun langsung membantu Malla untuk berjalan ke dalam ruangan yang dipenuhi kapsul kapsul hibernasi.

Ruby membantu Malla untuk menaiki tepian kapsul dan dengan tiba tiba, Malla langsung merangkulkan lenganya dengan kuat kuat ke leher dan kepala Ruby.

Ruby yang terkejut tidak sempat berpikir dengan baik, dia segera berusaha melepaskan diri dari Malla.

“kenapa kau lakukan ini kepadaku? Kau bisa memakai tabung itu. Aku akan menjagamu. Tolong Jangan bunuh aku”

Malla tidak mempedulikan perkataan Ruby, dia terus menerus menekan leher Ruby dengan lengannya. Meski dalam kondisi yang tidak sehat, entah kenapa tenaga Malla tampak meluap luap tidak terkendali.

Ruby yang mulai kehabisan nafas, meronta dan menendang semua yang bisa dia tendang agar bisa lepas dari Malla.

Di depan bangunan, meski angin dingin bertiup sangat kencang, Yuan masih bisa mendengar samar samar suara keributan dan teriakan Ruby. Dengan segera Yuan bergegas masuk. Karena dia berpikir, mungkin ada yang berhasil menyelinap masuk bangunan tanpa sepengetahuannya.

Ruby yang sudah tidak berdaya, mulai menyerah untuk bertahan, sesaat kemudian gadis malang itupun pingsan. Malla dengan segera melepaskan Ruby dan memeriksanya.

Merasa bahwa Ruby hanya pingsan, Malla langsung memasukannya ke dalam tabung hibernasi.

Dalam hati Malla, dia berharap, Ruby bisa selamat dari cuaca dingin malam ini. Karena suhu udara yang terasa sudah mulai turun dengan sangat cepat. Hanya dalam beberapa jam, suhu sudah mulai menginjak minus 15 derajat celcius.

Dengan sisa sisa tenaganya, Malla menutup dan mengatur kapsul hibernasi tersebut agar terbuka keesokan harinya.

Setelah melakukan semua itu, Malla berjalan perlahan sambil menggenggam erat pisaunya. Dia mendengar suara nafas dan detak jantung Yuan yang mulai mendekat.

Saat pintu ruangan terbuka, tampaklah sesosok pemuda yang sangat rupawan yang sedang berdiri menghadap ke arah Malla.

Malla menatap lurus ke arah Yuan. Dia melihat tatapan pemuda tersebut sama sekali tidak menunjukkan sebuah kebencian sedikitpun. Bahkan Malla sadar bahwa tatapan Yuan ke arahnya sangat lembut sekali. Tatapan penuh kasih dan sayang itu sangat membuat bingung Malla.

Setelah melihat Malla yang memegang pisau Sadonz, Yuan akhirnya beranjak melangkahkan kakinya meninggalkan Malla tanpa berucap sepatah katapun.

Malla yang semakin bingung dengan kelakuan Yuan. Mengarahkan ujung pisaunya ke arah pemuda tersebut.

“apa maumu sebenarnya?” tanya Malla dengan nafas lemahnya.

Tanpa menghadap ke Malla, Yuan tetap membisu dan melanjutkan langkah langkahnya.

Merasa kesal dengan kelakuan Yuan yang tidak bisa dia pahami, Malla langsung berlari ke arah Yuan dan menusuk punggungnya dari belakang.

Yuan dengan cepat menangkap tangan Malla dan menghempaskan tubuh Malla ke dinding. Meski tidak sekuat tenaga Yuan melempar Malla, namun tubuh Malla seperti bertubrukan dengan sangat keras hingga membuat dinding membekas benturan.

Yuan yang melihat keanehan inipun langsung meraih tangan Malla dan sedikit mengangkatnya. Raut wajah Yuan semakin menunjukkan kebingungan. Bagaimana bisa tubuh Malla yang begitu ringan ini bisa membuat tanda retakan di dinding.

Dengan herannya Yuan meletakkan telapak tangannya di dinding untuk memeriksa apakah dindingnya memang rapuh?

Kebingungan Yuan terhapus begitu merasakan kakinya dipegang oleh Malla. Dia melihat Malla seperti gadis yang tengah sekarat sampai memegang kakinya.

“tolong jangan lukai temanku, masalah kita, biar aku yang menanggungnya. Jangan libatkan dia. Dia tidak berbahaya.” Ucap Malla sambil memohon.

Melihat Malla yang sangati lemah dan pingsan, Yuan langsung meraih tubuhnya dan membawanya ke sebuah meja perawatan.

Sejenak pemuda itu melirik ke arah perut Malla yang terbuka karena baju dan kaosnya tersingkap. Dengan cepat Yuan langsung menutupinya dan mencari sesuatu yang mungkin bisa dia manfaatkan untuk menghangatkan tubuh Malla. Karena suhu udara terus menerus turun.

Yuan melihat tabung hibernasi yang hanya ada satu dan sudah berisikan Ruby, hendak mengeluarkannya dan menggantikannya dengan Malla. Akan tetapi, dia mengingat pesan Malla kepadanya untuk tidak menyakiti Ruby.

Yuan kembali melihat kondisi Malla yang mulai menggigil dan memeriksa tubuhnya yang terasa sangat dingin.

Mengetahui Malla mengalami hipotermia, Yuan segera menutup pintu ruangan dan menutup segala jalur udara masuk ke dalam ruangan. Bahkan dia menyeret sebuah lemari yang sangat berat hanya untuk menutup sebuah lubang di dinding.

Mata Yuan melirik ke segala arah untuk mencari sesuatu agar bisa menghangatkan Malla. Akan tetapi, dia hanya menemukan tumpukan rongsokan yang tidak berguna.

Karena tidak memiliki cara lain, Yuan berniat untuk menggunakan tubuhnya. Karena tubuhnya mampu menghasilkan panas yang berlebih dengan mempercepat laju detak jantungnya.

Yuan meraih tubuh Malla dan membuka kaos di balik baju tebalnya hingga tersingkap ke atas sepenuhnya.

Tatapan Yuan sedikit terpaku saat melihat tubuh Malla yang nampak halus meski ada beberapa bekas jahitan luka. Namun, pemuda itu cukup kuat untuk tidak terpengaruh meski dia sangat terpesona oleh wajah dan keindahan tubuh gadis muda tersebut.

Yuan langsung memeluk dan menempelkan kulit dadanya ke kulit dada Malla hingga Malla merasakan kehangatan pada tubuhnya.

Beberapa saat kemudian, Malla mulai mendapati sedikit kesadaran saat tubuhnya mulai hangat.

Malla mendapati Yuan tengah memeluk dan merasakan bahwa tubuhnya terasa tidak memakai baju.

Meski memakai celana panjang, Malla merasa Yuan sedang melakukan hal buruk kepadanya. Dengan sekuat tenaga yang dia mampu, gadis tersebut menusukkan pisaunya ke leher Yuan.

Namun anehnya, Yuan terdiam dan tidak melakukan apapun. Dia hanya semakin memeluk Malla agak erat.

Ujung pisau Malla yang tampak menempel di leher Yuan, mulai menembus lapisan daging luar diikuti dengan beberapa darah yang mulai mengalir dari leher ke pundak Yuan.

“jangan tahan, jika ingin membunuhku, lakukanlah. Hanya saja ku sarankan untuk melakukannya besok pagi. Karena kau butuh kehangatanku” ucap Yuan

Setelah mengatakan hal tersebut, Yuan semakin memeluk erat tubuh Malla dan menekan tubuh gadis tersebut hingga ke lantai.

Malla merasa ini sungguh memalukan dan melukai harga dirinya sebagai gadis yang masih bersih.

Sedangkan Yuan, dia tampak tertidur di atas tubuh Malla.

Perlahan lahan, Malla mulai melemahkan genggaman pisaunya dan mengarahkan pisaunya ke lantai.

Gadis tersebut mulai merasakan ketenangan seiring dengan detak jantung Yuan yang berirama seperti sebuah ketukan dihati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!