Kesepakatan Pertarungan

Sedikit kembali di mana saat Alex dan Vergus saling berhadapan.

Vergus bertanya, siapa Alex dan kenapa dia bisa bersama seorang bocah yang memiliki kadar logam mistis dari negara tersembunyi. Bisa dikatakan bahwa hanya prajurit khusus milik Sadonz yang menjadi bahan uji coba penanaman logam tersebut.

Alex pun langsung menyarungkan pisaunya dan mengusap bekas darah di bibirnya. Dia dengan tenang mengambil kursi yang tergeletak di lantai. Dengan tenang pula Alex mengambil bir yang masih utuh dari meja sebelahnya.

Vergus pun dengan santai pula mengambil sebotol bir dan meminumnya di hadapan Alex.

“aku bagian dari pasukan revolusi” jawab Alex

Jawaban Alex membuat Vergus tersenyum sinis dan merasa tidak percaya.

“bukankah lebih baik kau bilang bahwa kau prajurit khusus yang mendapat perintah langsung dari para petinggi Sadonz untuk pengembangan project D kepada anak itu?”

“aku tidak perlu berbohong untuk hal ini. Sejak masuk kesini lagi, aku tidak berharap dapat selamat.” Jelas Alex

“apa yang kau lakukan jika aku melaporkan berita ini ke Sadonz? Bukankah itu akan menjadi akhir buatmu dan anak itu?”

“benar, tetapi aku akan memberikanmu sebuah penawaran”

“aku suka tawar menawar, apa yang bisa aku dapatkan?” tanya balik Vergus

“kau bisa melaporkanku nanti setelah 8 tahun lagi”

“kenapa?”

“aku akan mendidik gadis kecil itu lebih baik dari sebelumnya. 8 tahun lagi di mana mereka menjadi seorang prajurit unggulan, mereka bisa menjadi bahan pertunjukan dan pertaruhan yang sangat besar. Itu memberi keuntungan yang sangat besar buat mu jika bisa menang. Jikapun anak didikmu kalah, kau tetap bisa melaporkanku ke pihak Sadonz dan mendapatkan hadiah pengganti”

“bagaimana jika aku menginginkan kedua hadiah tersebut?”

“aku tidak peduli”

Mendengar penjelasan Alex, Vergus pun langsung berdiri dan memberikan kepalan tangannya tanda setuju.

“delapan tahun lagi itu adalah masa di mana mereka memiliki ujian terakhir di camp ini. Dengan kata lain, itu waktu di mana ujian kelulusan”

“benar”

“kau tahu betul ujian kelulusan tidak diadakan di dalam camp ini, tetapi di luar sana. Tempat di mana mereka bisa lari dan tempat di mana para pasukan revolusi bisa mencuri mereka sebagaimana mereka mencurimu dari Sadonz dahulu”

“ya” jawab Alex dengan mudah

“kau berencana untuk menyelamatkan beberapa anak didik sebagaimana kau diselamatkan oleh pasukan revolusi. Apakah kau dengan mudahnya sengaja memberitahukanku soal ini?”

“begitulah”

Vergus pun tertawa dengan lantang dan pergi meninggalkan Alex. Dia mengambil beberapa lalat lalat kecil untuk menyuntikkan Yuan dengan beberapa obat penenang.

...****************...

Di sebuah ruangan kecil, Milla duduk di hadapan Alex. Mereka berdua sama sama memakai baju yang penuh darah. Darah Malla.

Alex berusaha mencairkan suasana, namun semua candaannya seperti diabaikan oleh Milla. Tatapan Milla penuh dengan kemarahan, meski tiada perasaan benci sedikitpun tersirat di wajah cantiknya.

“kau tahu apa yang sudah kau lakukan itu bisa membahayakan semua orang kita disini?” tanya Milla

“aku tahu, aku salah. Kau sendiri juga lihat apa yang terjadi kepada Malla, dia memiliki potensi untuk menjadi senjata”

“dia hanya anak anak!, apa yang kita lihat waktu itu, dia tidak menyadarinya”

“lalu apa yang harus ku lakukan?”

“mulai saat ini, nyawa kita semua ada di tangan Vergus. Berharaplah dia tetap bungkam sampai nanti. delapan tahun lagi. saat di mana ujian akhir, saat para pasukan revolusi merampas hasil kerja keras Sadonz disini”

Ketegangan di antara pasangan ini mulai terganggu oleh beberapa sinyal darurat. Milla mengambil alat mungilnya sebesar telur ayam yang menandakan beberapa robot pengintai Sadonz memasuki ruangannya.

Tampak beberapa lalat lalat terbuat dari mesin berlalu lalang melintasi ruangan Milla. Seketika itu juga Milla dan Alex tampak seperti pasangan yang sedang dimabuk cinta. Mereka saling berpelukan dan saling memberi isyarat untuk tidak menunjukkan hal yang mencurigakan. Karena mereka sedang diawasi.

...****************...

Di ruangan lain, Malla tersadar dari tidurnya, dia menatap langit langit ruangan yang serba putih. Hidungnya hanya mencium bau obat obatan.

Telinganya pun mendengar pembicaraan Alex dan Milla di ruangan lainya yang berjarak sekitar 20 meter.

Malla berusaha menggerakkan tangannya, dia melihat kedua tangannya sedang dibalut perban. Dia bahkan sedikit meringis kesakitan merasakan beberapa tulangnya yang tampak terasa patah.

Sesekali Malla mengingat kejadian sebelumnya di mana dia sekilas melihat wajah Yuan yang mengamuk dan melukainya.

Lamunan Malla lenyap saat mendengar suara langkah kaki mendekati ruangannya. Pintu kamar terbuka dengan otomatis. Milla datang dengan beberapa file, makanan dan obat obatan untuk Malla.

Tatapan Milla mengarah langsung ke Malla yang tampak masih tertidur. Di saat itu juga Milla mengeluarkan beberapa makanan yang sempat dia pesan dari Alex.

Seekor kepiting dan berbagai macam seafood lainya, langsung Milla hidangkan ke dalam sebuah wadah yang besar. Aroma masakan lezat itu langsung melayang ke berbagai sudut ruangan.

Bahkan aroma makanan itu masuk ke hidung sensitif Malla. Membuat Malla goyah untuk tetap terdiam dan pura pura tertidur.

“aku melihat dari kamera di dalam ruangan ini, tidak perlu pura pura tidur jika kau tidak mau melewatkan makanan ini”

Mendengar itupun, Malla langsung beranjak dari ranjangnya. Gadis kecil ini tampak berjalan dengan buru buru seperti tidak sadar bahwa dia habis mengalami patah tulang di sekujur tubuhnya.

Milla pun tidak begitu heran, dia paling memahami soal kondisi Malla. Tubuh Malla sangat unik, tulang tulangnya yang rusak, dalam beberapa hari bisa menyatu dengan sempurna seperti tulang yang baru.

Dengan cepat Malla duduk dan melahap hampir separuh makanan yang Milla bawa. Milla hanya memandang gadis kecil ini dengan rasa iba. Dia terus menatap seperti merasakan sebuah rasa cinta kepada seorang adik sendiri.

“aku mendengarnya. Apa yang kalian maksud dengan sesuatu yang ada di dalam diriku?” tanya Malla

“kau mendengar? Itu pembicaraan dari ruangan lain. Bagaimana mungkin kau bisa mendengarnya?”

Malla menatap Milla dengan penuh tanda tanya. Dia juga seperti sedang memohon dengan mengandalkan tatapan saja.

“dulu saat di dalam danau kau pernah bilang bahwa kau tidak mengingat apapun yang terjadi. Aku sarankan kau tidak perlu memahami dan mengetahuinya.”

“sesuatu yang membuat Alex menjadikanku sebuah senjata, aku harus mengetahuinya dan mungkin aku bisa bertahan hidup disini. kau sendiri sudah mendengarnya dari Alex, bahwa 8 tahun lagi, aku akan menjadi hewan untuk di adu dengan hewan lainnya. Itupun jika aku masih hidup”

“percayalah, kau tidak akan menyukainya. Tidak perlu mencari tahu dan mengetahuinya. Aku tidak bisa memberitahukan hal yang tidak menyenangkan kepadamu” ungkap Milla

“jika kau tidak memberitahuku, aku akan mengakhiri hidupku secepatnya” ancam Malla

Milla melihat Malla menatapnya dengan serius. Saat itulah dia menyadari bahwa bocah kecil ini benar benar serius dengan ancamannya.

Milla pun dengan terpaksa mengambil sebuah tab 8 inc dan menunjukkannya ke Malla. Sebuah potongan video berisi rekaman kejadian di dalam danau itupun Milla putar untuk Malla.

Malla menatap dan menontonnya dengan tatapan ketakutan. Dia tidak bisa menerima bahwa dirinya bisa menjadi sesuatu yang menakutkan.

Seketika Malla menjatuhkan tab sambil berteriak histeris. Gadis kecil yang malang ini berteriak sambil menangis sambil menutup kedua matanya dengan tangan tangannya yang berbalut perban.

Milla yang melihat ini pun langsung memeluknya. Dia memeluk gadis kecil tersebut seperti seorang ibu. Pelukan hangat yang penuh dengan perasaan kasih sayang.

“ibuku menyuruhku untuk berusaha menjadi seorang malaikat. Tapi apa yang aku dapatkan disini, aku harus membunuh dan bahkan aku ternyata seekor monster! Bagaimana caraku untuk memenuhi permintaan terakhir ibuku?!”

Milla hanya bisa memeluk tanpa menjawab. Kedua mata Milla beralih ke tab yang terjatuh. Di tab tersebut terlihat tulang tulang di tubuh Malla bergerak dan menjulur keluar dari daging secara tidak beraturan. Bahkan tulang sayap di punggung Malla tampak melebar seperti memiliki pemikiran sendiri di luar kesadaran Malla.

Pisau yang terlempar jauh pun tampak bergerak dengan sendirinya mengikuti keinginan tulang di tubuh Malla. Alasan kenapa pisau tersebut kembali sendiri ke sarung pisau di kaki Malla saat dia berhadapan dengan peserta kedua.

...****************...

Di tempat lain, Yuan di kurung seperti biasa di dalam sel khusus. Dengan banyaknya luka di tubuhnya, dia hanya berbaring sambil menatap langit langit dalam kegelapan.

Sesekali tiap dia mengingat wajah Malla, semakin sakit luka di hatinya. Dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Keputusan sudah dibuat. 8 tahun lagi, dia akan di hadapkan dengan Malla seperti perjanjian Vergus dan Alex.

Dalam benaknya, mungkin lebih baik dia mengakhiri hidupnya sekarang.

Dia pun beranjak dari tidurnya dan membenturkan kepalanya sendiri di lantai, namun baru sekali dia membenturkan kepalanya, sebuah robot kecil meraih dan melilitkan delapan tangannya yang seperti kabel besi melilit ke sekujur tubuh Yuan.

Vergus sengaja mengurung Yuan bersama robot tersebut untuk mencegah Yuan melakukan hal hal di luar perintahnya.

Yuan hanya bisa berteriak dengan marah sekaligus sedih sambil memanggil Vergus dengan segala kebenciannya.

...****************...

Hari demi hari, beberapa bulan pun berlalu. Hingga bertahun tahun akhirnya berjalan sebagaimana harapan Alex. Malla semakin menunjukkan kemajuan dalam berbagai macam ujian.

Tidak ada tanda tanda dalam diri Malla yang menunjukkan kebangkitan project D miliknya. Entah memang Malla tidak memiliki keinginan untuk mengembangkannya atau memang project D itu hanya muncul dalam keadaan tertentu. Hanya saja, baik Alex maupun Milla merasa ada perubahan besar dalam kepribadian Malla yang semakin pendiam dan sangat tenang.

Sesuai perkataan Vergus, Yuan sengaja dipindah ke Camp lain agar mereka tidak bertemu sebelum ujian terakhir.

...****************...

Delapan tahun pun beralu, tiba hari di mana ujian terakhir untuk anak anak yang kini sudah menjadi para remaja.

Malla dan para anak anak lain yang berjumlah puluhan ribu digiring ke dalam sebuah ruangan yang sangat luas.

Mereka dengan teratur memasuki sebuah ruangan ke dua yang luasnya hampir sekitar satu kota.

Di ruangan kedua tersebut hanya ada ribuan prajurit Sadonz dan ribuan robot robot penjaga. Beberapa robot pekerja tampak sibuk berlalu lalang di sekitar para anak anak sambil membersihkan jalan.

Di ruangan kedua tersebut juga tampak ratusan pesawat besar dengan empat baling baling seperti drone mainan sedang menyala.

Angin bertiup cukup kencang hingga membuat para anak anak agak memicingkan matanya untuk melihat pemandangan di hadapan mereka yang tampak penuh asap dan ribuan lalat lalat pengintai.

“selamat untuk para calon Sadonz Weapon yang masih tersisa. Ini adalah ujian terakhir kalian sebelum dibawa ke langit. Ujian kali ini cukup sulit. Untuk aturan akan diumumkan seiring berjalannya ujian ke dalam gelang kalian”

Malla dan anak anak yang lain mulai dipasangi sebuah gelang khusus oleh para robot. Malla melihat gelang tersebut memiliki layar kecil yang menunjukkan beberapa tulisan namanya.

“ujian kali ini akan membawa kalian ke dunia luar. Silahkan menikmati kegiatan dan jangan berharap akan kabur, karena gelang kalian akan meledak sekaligus menghancurkan daging kecil kalian hingga tercecer”

Setelah suara pengumuman selesai, para anak anak diarahkan untuk menaiki pesawat pengangkut.

“aku akan menyusul dan memberikan janjiku akan hak hidupmu” ucap Alex sekaligus meninggalkan Malla menaiki pesawat.

Malla hanya terdiam dan tidak mempedulikannya. Dia berjalan sambil mengencangkan balutan kain di telapak tangannya. Dia juga mengikat rambut panjangnya kebelakang.

Malla tumbuh menjadi remaja cantik yang feminin. Gayanya yang pendiam dan tidak banyak kata membuatnya tampak misterius di mata para peserta lain. Mereka menatap kagum akan perkembangan kemampuan dan paras cantiknya.

Begitu semua anak sudah menaiki pesawat pengangkut, langit langit ruangan mulai terbuka perlahan lahan. Pintu besi yang sangat luar biasa lebarnya itu terbuka seperti gerbang pesawat luar angkasa.

Dari dalam pesawat, para remaja tersebut melihat atap ruangan yang muali menunjukkan langit biru yang bersih.

Semua remaja merasa terharu seperti ingin menitikkan air mata. Mereka terharu bisa melihat langit lagi seperti terbebas meski mereka tahu, mungkin ini akhir hidup mereka.

Begitu pesawat mulai lepas landas, dari dalam pesawat, Malla melihat keluar jendela yang menunjukkan camp besar milik Sadonz ini sudah mengapung sebagian untuk menerbangkan mereka ke tempat tujuan ujian.

Dari jendela itu juga Malla melihat beberapa kapal induk pengangkut muatan para anak anak baru sebagaimana dirinya dibawa kesini dahulu.

...****************...

Beberapa jam berlalu, para anak anak di dalam pesawat saling terdiam. Mereka tidak ingin saling bersapa, karena mereka tahu, mungkin anak di sebelah mereka nanti bisa jadi lawan. Tidak ada kawan dalam ujian maupun didikan Sadonz ini.

Namun, Malla merasa seseorang remaja perempuan sedang menatapnya dari kejauhan. Nama remaja tersebut adalah Ruby. Ruby adalah anak perempuan yang memiliki nilai paling buruk. Dia tidak pandai bertarung, akan tetapi dia memiliki keberuntungan yang cukup bagus hingga membuatnya bisa bertahan sampai saat ini.

Ruby melempar senyuman tipis saat Malla juga menatapnya. Senyuman yang membuat Malla bertanya tanya, ini pertama kalinya dia merasakan senyuman yang tulus di berikan oleh peserta lain.

...****************...

Setelah beberapa jam berlalu, tampaklah rombongan pesawat pengangkut dari Camp lain. Di mana tampak Yuan yang juga sudah tumbuh menjadi pemuda tampan dan pendiam seperti Malla.

Meski tenang, tatapan Yuan tampak seperti tatapan manusia yang merasakan penyiksaan batin yang luar biasa. Cukup layu dan seperti enggan untuk hidup.

Dalam hatinya dia berharap Malla masih hidup. Tetapi dia juga berharap, tidak bertemu dengan Malla lagi agar dia tidak perlu saling berhadapan dengan gadis yang dia hargai tersebut.

“selamat siang untuk para peserta, di bawah ada sebuah pulau. Silahkan ambil perlengkapan untuk mendarat di peti peti dalam pesawat. Karena hanya ada beberapa, sebaiknya kalian segera berebut, karena pesawat mainan ini tidak akan dipakai lagi” ucap operator

Dengan cepat para anak anak langsung bergegas berebutan mengambil parasut. Mereka saling berebut sambil membunuh agar bisa memiliki alat untuk mendarat.

Di tengah hiruk pikuk para peserta yang berebutan, Malla mendengar sebuah detik detik bom waktu yang sudah berjalan. Dengan segera Malla berlari untuk merebut salah satu parasut, namun ternyata dia menyadari bahwa parasut yang mau dia rebut ternyata milik Ruby. Gadis yang menatapnya dengan tatapan penuh ketakjuban.

Malla menjadi ragu, apakah dia harus merampas parasut ini dari tangan gadis malang tersebut? keraguan Malla semakin mendalam dan bercampur rasa iba melihat Ruby tersenyum kepadanya seperti sebelumnya. Senyum manis yang tidak menyiratkan niat buruk sekecil apapun

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!