Masa Pelatihan

Berbeda dengan ujian. Dalam masa pelatihan, semua anak didik akan dilatih sebagaimana prajurit pada umumnya. Mereka dilatih dengan keras hingga luka luka baru muncul dan saling menutupi luka luka lama di sekujur tubuh mereka.

Berbeda dengan masa ujian. Di mana semua anak harus menjalankan perintah untuk saling membunuh di mana nyawa adalah taruhannya. Setiap ujian akan menentukan nilai berdasarkan kemampuan dan perkembangan selama ini.

Anak anak yang memiliki nilai ujian tinggi dan memuaskan, akan ada banyak prajurit Sadonz yang akan menawari mereka fasilitas khusus. Di mana mereka akan dididik secara pribadi, dan diberi makan sekaligus tempat tinggal yang mewah sebagai mana yang Malla terima. Sebagai gantinya, para prajurit yang merekrutnya berhak memiliki uang taruhan hasil ujian.

Berbeda dengan mereka yang memiliki nilai paling terendah. Mereka dianggap sebagai sampah yang akan membusuk oleh tajamnya pisau pisau Sadonz.

...****************...

Di dalam ruangan khusus yang Alex sewa, tampak Malla yang sedang ditenggelamkan ke dalam sebuah kolam yang cukup besar dan dalam.

Malla yang terbiasa berbaring di ranjang, sama sekali tidak memiliki pengalaman untuk berenang. Tampak tubuh kecilnya berusaha meraih tepian kolam. Begitu dia sampai di tepian, Alex mengangkat dan melempar lagi ke dalam tengah tengah kolam.

Beberapa kalipun Malla berusaha untuk bertahan hidup agar tidak tenggelam, pada akhirnya dia pun kelelahan dan pasrah untuk mati tenggelam.

Alex yang melihat Malla sudah sampai batasan keinginan untuk hidup, dengan cepat terjun ke kolam dan meraih tubuh kecil Malla.

Dengan segera Alex membawanya naik ke permukaan dan melempar ke tepian kolam. Tampak benturan kepala dan lantai yang cukup keras hingga membuat Malla yang sebelumnya tidak sadarkan diri mendadak langsung sadar. Dengan sigap pula Alex menginjak perut dan dada Malla hingga bocah malang itu memuntahkan beberapa cucuran air dari mulutnya.

Tampak di wajah Alex yang terlihat seperti orang putus asa. Dia kesulitan untuk melatih Malla yang terlalu lemah dari segi fisik maupun hati.

“dengar aku untuk terakhir kalinya, kau punya kemampuan yang cukup membuat orang kagum. Cukup lakukan apa yang sudah kau lakukan sebelumnya. Berusaha!”

“aku sudah melakukannya! Semua yang ada di mimpi menyebalkan ini, aku sudah berbuat yang seharusnya tidak ku perbuat dalam hidupku. Aku tidak peduli dengan omong kosong mu yang menyatakan bahwa aku produk istimewa. Aku tidak merasakan perubahan maupun hal aneh lainya selain bisa berjalan dengan normal”

Alex menatap wajah mungil Malla yang juga nampak menatapnya dengan penuh permohonan.

“jika kau tidak bisa menolongku, biarkan aku mati tanpa rasa sakit” pinta Malla

Alex berpikir dengan keras, bagaimana cara dia membuat Malla bisa menjadi gadis yang tangguh. Sekalipun dia melihat kemampuan yang Malla yang cukup menjanjikan, akan tetapi dia tidak bisa menguatkan hati Malla. Karena dia bukan orang yang cukup pintar untuk membaca perasaan.

Timbullah dalam benak Alex untuk mencoba membuat Malla dalam keadaan marah, mungkin itu bisa membuatnya lebih memiliki keinginan untuk berdiri dan menyerang. Setidaknya itu lebih baik daripada melihatnya bertekuk lutut dan memohon.

“kau memiliki hati yang lemah seperti ibumu. Kalian sama sama bodoh. Lebih memilih kabur dari masalah dengan cara mati bunuh diri. Sebagai orang yang pernah terdidik disini, perbuatan itu sungguh memuakkan sekali. Di mana kami harus berusaha mempertahankan nyawa, di tempat lain ternyata banyak yang melepasnya dengan percuma. Para makhluk rendahan seperti kalian seharusnya tidak perlu tercipta”

Alex yang melihat reaksi Malla yang nampak sedikit terguncang pun mendadak mendorong sedikit bahu Malla dengan kakinya agar lebih tersungkur ke lantai.

“apa kau berhak untuk marah? Pikirkanlah bahwa kau juga terlahir dari rahim orang orang rendahan seperti yang ku maksud. Orang tuamu yang seharusnya melindungi mu lebih memilih bunuh diri saat mengetahui kau akan dikirim disini. ibumu, tidak akan sanggup untuk melihat dan mengetahui apa yang akan terjadi kepadamu disini. dia seorang pengecut rendahan yang tidak mempedulikan nasib mu”

Malla tidak cukup mampu untuk mencerna perkataan dari mulut Alex yang sejatinya hanyalah sebatas untuk mengujinya. Bukan menghinanya. Sebagai seorang anak yang mengetahui ada yang menghina ibunya, Malla pun tampak sedih sekaligus emosi. Dia mengambil pisaunya dan hendak menusuk Alex dengan secepat yang dia mampu.

Sekalipun Malla memiliki kemampuan yang cukup lumayan dalam hal gerakan dan kecepatan, Alex yang seorang mantan peserta dalam pelatihan pun tidak mudah untuk dia sentuh. Dengan mudah Alex menendang berkali kali hingga tidak terhitung berapa kali Malla jatuh dan membentur lantai.

Semakin lama Alex menyadari bahwa emosi dalam diri Malla tidak membuatnya lebih hebat dalam bertarung, melainkan semakin membuat Malla tenggelam dalam kelemahan. Semua serangan yang dia tuju ke Alex tidak terkontrol dan sembarangan. Dengan mudah pula Alex menjatuhkannya hingga tubuh kecil Malla tenggelam lagi ke dalam kolam.

Merasa putus asa, Alex pun menendang pisau Sadonz milik Malla yang berada di lantai tepat di bawah kakinya. Pisau tersebut terlempar dan jatuh tenggelam ke dalam air menyusul tubuh Malla.

“jika kau merasa marah, bangkit dan kejarlah ayahmua. Dia orang yang bertanggung jawab soal hidupmu!!”

Samar samar Malla mendengar suara Alex dari dalam air. Bahkan beberapa panca indranya pun tampak lebih sensitif. Dia terlihat heran saat di dalam air, penglihatannya tidak terlalu kabur seperti sebelumnya. Bahkan dia bisa melihat dengan jelas pisau Sadonz miliknya yang tenggelam tepat berada di depan wajahnya.

Merasa bahwa semua usahanya sia sia, Alex pun membiarkan Malla untuk tenggelam dan mati.

Sekalipun Malla mati disini, itu bukan tanggung jawabnya lagi dan dia berhak untuk keluar dari misi mata mata di dalam Sadonz.

Begitu Alex membalikkan badanya dan hendak pergi, sebuah pisau milik Malla melesat ke arah kepalanya. Beruntung pisau tersebut menusuk kepala Alex tepat pada gagangnya, bukan mata pisaunya. Itu dikarenakan Malla tidak mahir dalam melempar pisau.

Begitu Alex membalikkan badanya untuk melhat Malla, Alex menyadari bahwa gadis kecil di hadapannya mulai menunjukkan semangat juang yang menggebu. Malla tampak berdiri dengan kedua kakinya dan menunjukan wajah yang oenuh amarah dan kekesalan.

...****************...

Malla berjalan dilorong berdinding serba putih. Lorong yang panjang tersebut memiliki ratusan ruangan di sisi sisinya. Dia juga menemui beberapa persimpangan yang tampak seperti labirin.

Entah apa yang dipikiran Malla, dia tampak menahan rasa sedih dan kesal. Sesekali dia melihat dan memperhatikan beberapa ruangan makan dari balik jendela.

Meski dia sudah makan jauh lebih banyak dari anak anak seusianya, entah kenapa Malla masih merasakan rasa lapar yang luar biasa. Bahkan dia sanggup mencium aroma makanan jauh lebih baik dari penciuman manusia normal.

Malla juga mendengar samar samar semua orang yang tengah mengobrol di balik ruangan maupun yang berada jauh dalam radius 100 meter darinya.

Begitu rasa laparnya semakin menjadi, Malla mulai melangkahkan kakinya ke arah ruang perawatan. Di mana Milla berada dalam tugasnya.

Saat berada di depan ruangan Milla, Malla mengurungkan niatnya untuk masuk, karena dia menengar beberapa percakapan penting antara Milla dengan beberapa pasukan revolusi. Mereka membicarakan bahwa situasi saat ini sangatlah tidak mungkin untuk menjemput dan mengeluarkan Malla dari base Camp yang berada dalam lautan. Pasukan revolusi butuh waktu yang lama untuk persiapan serangan selanjutnya.

Begitu mereka selesai berbicara, Malla pun melangkahkan kakinya memasuki ruangan Milla. Pintu ruangan yang memiliki sensor canggih itu tampak mengenali Malla dan membuka dengan sendirinya.

Milla yang melihat Malla datang pun tampak sedikit menunjukkan senyumnya kepada gadis tersebut.

“ini bukan hari perawatan dan pemeriksaanmu. Apakah kau datang untuk menemaniku?” tanya Milla sambil merapikan beberapa buku di mejanya.

“aku lapar” jawab Malla singkat

Malla yang berkata dengan lugu tersebut membuat Milla terpesona. Sesuatu yang serupa dengan apa yang dia alamai di masa lalu. Sesuatu yang mengingatkan dirinya kepada seorang pemuda yang lugu yaitu Alex.

“bukankah kau menghasilkan cukup banyak uang? Ke mana pemuda yang melatihmu? Apakah dia menghabiskan uangmu untuk kepentingan pribadinya?”

Malla hanya tertunduk lesu dan enggan bercerita bahwa dia sedang tidak ingin melihat dan bertatap muka dengan siapapun selain makanan.

Perlahan lahan Milla pun mulai tersenyum lagi dan tertawa kecil. Dia berjalan menuju lemari es dan mengeluarkan beberapa makanan kaleng yang dia simpan.

Malla yang disuguhi beberapa makanan dan buah buahan pun tanpa ragu dan sungkan langsung melahapnya seperti anak yang terbuang dan kelaparan.

“setidaknya itu cukup untuk menahan rasa laparmu. Aku sudah menghubungi Alex, dia sedang dalam perjalanan kesini” ucap Milla

Sesekali Milla memperhatikan Malla yang tampak liar saat makan. Dia tidak menyangka bahwa tubuh kecil Malla ternyata cukup mampu untuk melahap berbagai makanan dalam sekejap. Bahkan singa yang kelaparan pun tidak seliar Malla dalam memakan makanannya.

Saat Milla berjalan dan mengambil secangkir kopi di meja belakang Malla, Milla tampak sedikit terkejut oleh sesuatu yang bergerak perlahan di balik baju belakang Malla.

Begitu Milla memperhatikannya dengan seksama, tidak ada yang aneh bahkan tidak mungkin ada sesuatu di punggung Malla yang hanya terbalutkan kain kaos yang tipis.

Begitu Milla mulai menyeruput kopinya, dia pun melihat lagi bahwa kain baju di punggung Malla tampak bergerak perlahan seperti ada sesuatu yang hidup. Hal ini membuat Milla tersedak kopi panasnya. Hingga dia pun mulai mendekati Malla yang masih liar memakan makanannya.

Perlahan lahan, Milla mulai meraba punggung Malla yang ternyata hanya punggung gadis kecil biasa. Tidak ada yang aneh. Apakah semua yang dia lihat tadi, hanya halusinasi?

Malla yang merasakan jari jari lembut meraba punggungnya pun menoleh ke belakan dan melihat Milla yang tengah berdiri dengan wajah yang heran.

“apa?” tanya Malla

“tidak, lanjutkan makanya” jawab Milla sambil mengelus punggung kecil Malla

Malla yang keheranan pun melanjutkan makan meski dia sedikit canggung dengan apa yang dilakukan Milla kepadanya. Sesuatu hal yang biasa ibunya perbuat kepadanya sewaktu masih terbaring lumpuh di ranjang.

Malla mengingat kembali masa masa di mana ibunya membelai punggung dan mengelusnya sambil berkata, suatu hari, kau akan sembuh dan bisa berjalan lagi.

Malla yang mengingat ibunya pun tanpa sadar telah meneteskan air matanya. Air dari kedua matanya mengalir dari bola mata turun ke pipi pipinya yang mengembung karena penuh makanan.

...****************...

Disisi lain, di dalam sebuah ruangan, Yuan tampak sedang di pukuli dan di hajar Vergus. Tubuh kecilnya tampak bergetar seperti akan terjatuh ke lantai. Akan tetapi, Yuan cukup mampu untuk menahan semua pukulan yang dia terima.

Darah darah mulai berceceran di lantai yang sebelumnya putih bersih. Meski wajahnya tampak lebam dan matanya seperti setengah terbuka, Yuan seperti enggan menuruti kemauan Vergus dengan menerima semua penyiksaan yang dia terima.

“marahlah, kau harus marah seperti sebelumnya atau kau akan ku buat cacat disini!” teriak Vergus

Pukulan terakhir Vergus membuat Yuan terjatuh dan terkulai lemas di lantai. Sekalipun tubuhnya enggan bergerak lagi, namun semua pikiran yang dia miliki untuk tetap bangkit dan menentang Vergus membuat Yuan berusaha bangkit dan berdiri di depan tubuh sebesar monster.

“aku tidak tahu caranya dan semua yang terjadi di dalam kontainer waktu itu tidak terjadi berdasarkan kemauanku” jawab Yuan

“apakah aku harus membunuh gadis kecil yang menyerupai wanita di tempat asalmu?” ancam Vergus

Seketika, emosi Yuan pun langsung meledak. Tubuhnya terasa panas dan detak jantungnya semakin kencang. Dia merasakan seluruh darahnya bergerak sangat cepat karena jantungnya memompa dengan cepat pula. Kedua matanya memerah karena tekanan darah yang meningkat.

Vergus yang melihat reaksi Yuan pun langsung tersenyum kemenangan. Dia merasa akan dengan mudah mempermainkan dan mengendalikan monster kecil di depannya tersebut. monster yang akan menghasilkan banyak uang untuknya nanti.

...****************...

Setahun berlalu. Semua anak yang sebelumnya hanya anak ingusan, sekarang semua menjelma menjadi sesosok prajurit kecil yang memiliki kemampuan di atas rata rata anak anak pada umumnya.

Mereka terus dilatih dan ditempa untuk menjadi orang yang hanya mementingkan dirinya sebagai senjata.

Yuan yang berada di bawah pelatihan Vergus, menjadi sesosok anak yang paling dihindari oleh semua anak anak lain. Selain dia memiliki kemampuan yang aneh, dia memiliki nilai tertinggi dalam pelatihan dan ujian.

Sedangkan Malla, dia hanya tumbuh seperti gadis biasa tanpa tahu apa yang ada di dalam dirinya.

Bahkan Alex pun tidak berpikiran bahwa Malla akan terus hidup melihat perkembangannya yang cukup lamban. Keanehan keanehan yang ada dalam diri Malla pun tidak terlihat lagi seolah-olah dia hanya anak biasa.

Semua anak anak mulai digiring melalui lorong lorong yang bercabang bagai labyrinth. Beberapa saat terlihat Malla yang berjalan didampingi oleh Alex di dalam sebuah barisan anak anak lainnya.

“kau siap? Ini ujian tahun pertamamu. Apapun yang terjadi tetap fokus untuk bertahan hidup dengan menghindar dan menjauh. Manfaatkan moment sekecil apapun yang sekiranya bisa memberimu peluang” jelas Alex

Malla terlihat mengencangkan balutan kain yang meliliti kedua telapak tangannya agar pisau di tangannya tidak mudah terlepas dari genggamannya.

Semua mata anak anak tampak terlihat putus asa dengan apa yang akan terjadi nanti. Tidak sedikit pula dari mereka yang cukup semangat untuk meraih nilai setinggi mungkin. Dan ada pula beberapa yang nampak menikmati apa yang akan mereka alami.

Ribuan anak yang berbaris masing masing diarahkan ke ruangan berbeda. Hingga mereka sampai di sebuah pintu besar sebuah ruangan yang disimbolkan buaya dan ikan hiu.

Salah seorang prajurit yang menjaga pintu gerbang besar tersebut membuka gerbang dengan menggunakan tatapan matanya ke sebuah sensor kecil di samping gerbang.

Seketika, gerbang besar tersebut perlahan terseret dan membuka perlahan lahan ke arah samping. Tampaklah sebuah pemandangan seperti kebun yang ditengah tengahnya terdapat sebuah danau yang cukup besar. Besar danau tersebut berdiameter sekitar 800 meter.

Pinggiran danau terdapat beberapa pepohonan dan tempat duduk untuk beberapa prajurit khusus. Dan di sampingnya terdapat area yang luas untuk para peserta yang menunggu giliran ujian.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!