Malla melihat gadis di hadapannya tampak begitu tulus memberikan alat pendaratan kepadanya.
“ambilah. Aku tidak tahu cara memakainya. Jauh lebih berguna jika kau bisa menggunakannya” ucap Ruby
Mendengar dan melihat gadis di depannya begitu tulus, Malla mengurungkan niatnya untuk merebut. Pandangannya ke arah lain di mana para peserta lainya berupaya untuk merebut tas yang dibawa Ruby.
Dengan cepat Malla membelakangi Ruby untuk memasang badan agar yang lain tidak berani merebut.
Perilaku Malla sempat membuat beberapa pemuda merasa bingung. Entah kenapa Malla lebih memilih melindungi Ruby. Padahal Ruby merupakan peserta dengan nilai terburuk. Sebuah peluang emas jika merebut tas tersebut dari Ruby dan meloloskan diri dari pesawat.
Namun melihat keseriusan dari tatapan Malla yang memegang gagang pisau Sadonz di paha kirinya, semua peserta lain pun langsung menjauhinya. Mereka tahu diri bahwa Malla bukan anak yang mudah untuk dijatuhkan. Karena dia memiliki bakat dan kemampuan yang luar biasa di setiap ujian.
“pakai sebagaimana kau memakai tas di punggung” perintah Mallla kepada Ruby
Dengan cepat ruby menurutinya. Tas berisi parasut tersebut sangan rumit untuk dipahami. Karena berbeda dengan buatan manusia pada umumnya.
“tidak terlalu sulit, masih mirip dengan parasut pada umumnya. Tali tali dipengait di dadamu, ada beberapa tombol scanner yang bisa kau gunakan untuk memindahi sidik jarimu. Saat semua data dirimu telah di terima oleh mesin, parasut tersebut akan aktif secara otomatis”
“tapi kenapa kau?”
“aku akan melindungimu, tetap di belakangku. Sebentar lagi bagian kepala pesawat akan hancur. Jangan terlalu panik untuk mencari jalan keluar. Karena pesawat ini sengaja di kunci agar tidak ada yang bisa keluar”
Mendengar penjelasan Malla, Ruby langsung mengangguk dan bersembunyi di balik punggung Malla.
Setelah beberapa saat terjadi perkelahian perebutan parasut, semua peserta di dalam pesawat yang masih tersisa mulai mengenakan alat tersebut dan mencari jalan keluar dari pesawat.
Mereka sempat bingung harus bagaimana, karena pesawat benar benar terkunci dan tidak memiliki jalan keluar. Lalu bagaimana cara mereka meloloskan diri dan terjun ke daratan?
Malla tampak serius mendengar detik detik bom waktu yang berada di kepala pesawat. Setelah bom tersebut berhenti berdetak, ledakan hebat pun terjadi. Beberapa puing puing dampak ledakan melesat ke berbagai arah menghujani para peserta di dalam pesawat.
Malla dengan sigap melindungi Ruby di punggungnya dan menghalau beberapa serpihan besi dengan pisaunya. Pandangan dan pendengaran Malla yang tajam, mampu melihat benda benda tersebut melesat kearahnya dengan mudah.
Dengan sigap pula Malla mengambil parasut dari peserta yang terlempar kearahnya. Begitu Malla memakai parasut tersebut, Malla langsung menarik Ruby untuk mengikutinya sambil menghindari ledakan ledakan susulan yang menghempaskan semua peserta di dalam pesawat.
Mendengar detik detik bom waktu yang semakin banyak di dalam pesawat, Malla dengan cepat merangkul Ruby dan membawanya melompat keluar disela-sela ledakan di kepala pesawat. Mereka meluncur bebas terjatuh dari ketinggian 2.200 kaki.
Ruby menjerit ketakutan dan memeluk erat tubuh Malla. Malla dengan serius dan waspada melihat ke berbagai arah di mana para peserta lain yang berhasil lolos dari ledakan juga tampak bertaburan bagai lalat untuk terjun ke bawah.
Setelah beberapa saat mengalami ledakan kecil kecilan, semua pesawat mulai meledak habis dan menghancurkan segala isinya.
Semua puing puing mulai bertebaran dan melumat beberapa peserta yang tidak siap dengan situasi.
Mereka yang terburu buru mengembangkan parasutnya, langsung dihantam beberapa baling baling pesawat yang saling bertubrukan.
“jangan kembangkan parasutmu, tetap diam dan ikuti perintahku!” jelas Malla kepada Ruby dipelukannya.
Ruby yang menatap Malla dengan kagum mulai menatapnya dengan penuh rasa. Dia merasa bahwa dia telah menemukan seorang yang sangat istimewa dan bisa melindunginya sekalipun itu bukan lawan jenisnya.
Setelah mereka terjun bebas ke bawah dan melewati beberapa kabut awan, Malla melihat beberapa puncak pegunungan dan disusul sebuah dataran yang sangat luas. Dataran yang tampak hijau tersebut seperti tidak berpenghuni. Karena melihat semua kondisi beberapa bangunan yang sudah tidak terpakai mulai termakan oleh beberapa tumbuhan liar.
“sekarang!”
Mendengar perintah Malla, Ruby segera menekan tombol parasut dengan jarinya. Setelah alat mendeteksi sidik jari dan mengambil DNA di jari Ruby, parasutpun langsung mengembang.
Begitu juga dengan Malla, dia langsung melepaskan Ruby setelah Ruby mengembangkan parasutnya agar tidak mebebani Ruby.
Mereka berdua terjun dengan mulus ke daratan dengan jarak yang cukup berjauhan. Meski mereka berpisah, Malla berniat untuk menyusul Ruby. Karena dia merasa Ruby benar benar gadis yang tidak cukup mampu untuk bertahan diujian ini.
...****************...
Di tempat lain, Yuan yang mau menggunakan parasutnya, didekati oleh 5 orang pemuda. Mereka adalah team A yang memiliki kemampuan khusus dan memiliki niat khusus untuk membunuh Yuan.
Selama Yuan dipindah ke Camp lain, Team A selalu di bayang bayangi kematian. Mereka menganggap Yuan sebagai pengganggu yang telah mengambil posisi nilai mereka.
Pernah mereka menawari Yuan untuk bergabung ke team A, namun Yuan enggan menanggapi dengan kebisuannya. Membuat pemimpin Team A murka dan berniat membunuh Yuan selagi ada kesempatan sekalipun itu mustahil.
Di saat mereka terjun bebas, team A mencoba mendekati Yuan dan memotong parasut Yuan saat mereka berada di atas angin.
Yuan yang mendapat perlawan 5 orang sekaligus di atas udara, membuatnya kewalahan. Parasutnya sempat terebut dan dijatuhkan. Membuat Yuan terjun bebas tanpa parasut.
Melihat Yuan terjun bebas tanpa parasut, team A mulai menjauhinya dan membuka parasutnya agar segera menjauhi Yuan.
Satu persatu team A mulai terjun dengan parasut yang membuat Yuan mulai cemas. Entah apa yang terjadi, salah seorang pemuda dari team A sempat kebingungan dan kesulitan untuk membuka parasut.
Sebuah kesempatan emas kepada Yuan yang dengan cepat dia manfaatkan. Yuan langsung merah kaki pemuda tersebut dan merangkulnya agar mereka sama sama terjatuh ke bawah.
Seketika itu juga parasut mulai mengembang dan membuat mereka berdua terjun lebih cepat dari pemuda lain di team A.
Yuan langsung mengambil pisau begitu juga lawannya, mereka saling beradu pisau di saat mereka terjun.
Tidak diragukan lagi, jika Yuan dengan mudah mengatasinya. Dengan kemampuannya yang semakin meningkat selama 8 tahun ini, Yuan dengan cepat mengakhiri nyawa lawanya dengan pisaunya.
Saat mereka hampir membentur daratan yang berupa hutan, Yuan mengambil tubuh lawanya untuk menjadikan alat menahan benturan. Dengan keras tubuh kedua pemuda tersebut membentur tanah di dalam hutan.
Yuan sempat memuntahkan beberapa darah karena dia sempat cedera karena benturan tersebut meski dia menggunakan tubuh lawanya sebagai penahan.
Merasa sudah selamat, Yuan beranjak dari tanah tempatnya berbaring. Dia menatap ke sekitar dan mendapati beberapa peserta lain yang juga selamat saling berhamburan untuk menjauhinya.
Setelah beberapa lama, alat dari gelang mereka pun menunjukkan sisa sisa peserta dan peraturan selanjutnya.
“saat ini jumlah kalian terlalu banyak untuk ujian selanjutnya. Silahkan berburu sampai memenuhi kuota peserta. Untuk jumlahnya bisa kalian pantau di gelang masing masing. Setelah jumlah memenuhi syarat, pergilah ke utara dan temukan bangunan menyerupai kerajaan. Ujian selanjutnya akan kami umumkan. Sekian dan selamat bermain” jelas operator dari masing masing gelang.
...****************...
Disisi lain, Malla yang mendengar penjelasan operator soal ujian saling membunuh ini langsung bergegas berlari mencari Ruby. Entah kenapa dia merasa ingin sekali melindungi Ruby.
Dalam larinya, Malla melihat beberapa peserta lain yang saling membunuh. Mereka bertarung dengan luar biasa. Bukan seperti pemuda pada umumnya. Mereka yang berhasil melewati berbagai macam ujian hingga sekarang ini bukanlah pemuda biasa, melainkan pemuda yang memiliki kemampuan di atas rata rata seorang prajurit.
Malla melihat sejenak mereka dengan serius. Tampak mereka mampu memainkan pisau pisau mereka dengan lihai seperti memainkan jari jari sendiri.
Setelah beberapa saat, muncul suara suara aneh dari langit. Suara misterius tersebut terdengar ke daratan dan membuat semua peserta menatap langit dengan heran. Setelah beberapa saat suara tersebut, muncullah sebuah sinar yang menembak langsung ke dataran.
Malla dan beberapa peserta yang saling bertarung melihat cahaya tersebut menembak tidak jauh dari tempat mereka berada. Setelah cahaya tersebut hilang, beberapa kepulan asap mulai menyebar ke berbagai arah.
Setelah angin bertiup dan menyapu bersih kepulan asap tersebut, tampak sebuah kotak besi yang menyerupai kubus di mana tembakan cahaya dijatuhkan.
Semua heran dan mencoba mendekati kotak tersebut.
Seketika kotak tersebut bergerak dan mengubah wujudnya menjadi sebuah robot yang memiliki wujud seperti manusia dan setengah badannya menyerupai kaki kuda.
“tentu akan membutuhkan waktu yang lama, maka kami menurunkan hunter untuk memeriahkan suasana.” Ucap operator dari masing masing gelang.
Seketika itu juga semua peserta langsung melompat mundur dan berlari menjauhi mesin yang disebut Hunter tersebut.
Mereka tahu persis bahwa Sadonz tidak akan main main soal teknologi. Mereka menganggap mesin bernama hunter tersebut benar benar mesin pemburu yang sangat berbahaya.
Seperti wujudnya, hunter memiliki kaki menyerupai kuda yang membuatnya bisa berlari dengan cepat layaknya kuda. Sekali hentakan kakinya mampu melontarkannya sejauh 30 meter. Dengan cepat hunter meraih seorang pemuda dan membenturkan tubuhnya ke tanah berkali kali sampai hancur menyisakan tulang tulang yang remuk dibalut beberapa kulit dan daging yang tersisa.
Begitu beberapa pemuda mulai menjauh, hunter mengamil sebuah pipa besi dari punggungnya. Pipa tersebut memanjang layaknya sebuah tombak dengan ujung yang meruncing.
Malla yang melihat ini pun tidak mau membuang waktunya. Dia langsung bergegas berlari menjauh. Saat dia berlari, Malla melihat sebuah tubuh seorang pemuda yang melesat kearahnya dan menabrak ke pohon dengan tombak di dadanya. Tombak tersebut tampak memiliki aliran listrik yang kuat hingga membuat tubuh pemuda tersebut seperti mengalami sengatan arus listrik dan hangus tertahan dipohon.
Malla melihat hunter yang memegang kepala seorang pemuda yang wajahnya sudah hangus. Mesin pemburu tersebut juga melihat ke arah Malla.
Perlahan lahan kakinya yang menyerupai kaki kuda tersebut melompat sejauh 200 meter menuju ke arah Malla. Malla yang melihat dan menyadari bahaya pun langsung berlari secepat yang dia mampu.
Kaki kecil Malla terus berlari menuju ke arah di mana Ruby terjatuh. Tetapi begitu menyadari bahwa Ruby juga bisa menjadi target Hunter, Malla pun mengubah arahnya ke arah yang lain agar Hunter terus mengejarnya.
Lompatan kaki Hunter yang terbuat dari mesin tersebut sangat kuat. Bahkan dengan mudah mesin pemburu tersebut mendahului dan menghadang Malla.
Malla tidak bisa lari lagi, karena dia sadar, tubuh mungilnya tidak mungkin bisa menandingi kecepatan Hunter. Mereka saling berhadapan di sebuah ladang kecil dengan genangan air.
Malla mencium aroma darah di ladang ini. Dia mulai sadar dengan apa yang ada di ladang ini. Puluhan mayat berserakan dan genangan air pun terlihat seperti kolam darah.
Sesaat kemudian, muncullah sesosok pemuda yang terbangun dari tidurannya digenangan air penuh darah. Pemuda yang terlihat santai dan tatapan yang sangat dingin.
Malla mengenali tatapan mata yang tajam dan dingin tersebut. pemuda itu tidak lain adalah Ice. Seorang anak yang dulu pernah dia temui di kandang milik Vergus. Seorang bocah yang menggantung teman teman satu kandangnya.
Wajah Ice tampak menyeringai penuh rasa kebahagiaan. Dia sempat tiduran digenangan air karena merasa bosan dengan lawan lawan yang dengan mudah dia tumbangkan di ladang ini. Tetapi saat ini merasakan semangat tempur lagi saat melihat Malla. Seorang yang pernah dia puja tersebut telah memotivasinya untuk tetap bertahan dipelatihan Sadonz ini.
Malla merasa bingung dan terjebak, saat ini di hadapannya ada Hunter yang siap mencincangnya, sedangkan di samping kanannya tampak Ice yang sedang menatapnya dengan tatapan haus darah.
Malla dengan cepat mencabut pisau Sadonz di paha kirinya. pisau tersebut dia hunuskan ke arah Ice akan tetapi, tatapannya mengarah ke Hunter yang berada di depannya.
Di gelang tangan para peserta, tampak jumlah peserta yang mulai turun drastis. Saat ini, Malla hanya bisa bertahan hidup selama sisa peserta ujian memenuhi target untuk ujian selanjutnya.
Seketika itu juga Malla dikejutkan oleh Ice yang sudah berlari dengan cepat hingga berada di samping kanannya tanpa dia sadari.
Tangan Malla dengan sendirinya bergerak ke arah posisi bertahan. Seketika itu juga Malla sadari bahwa Ice sudah melayangkan pisaunya hingga pisau mereka saling bertemu dan menimbulkan suara benturan benda tajam yang cukup nyaring.
Malla tetap dalam posisi bertahan dan menahan kuatnya serangan Ice hingga dia sedikit terpental ke arah kiri beberapa langkah.
Di hadapan hunter, Malla berusaha untuk tetap bertahan dari serangan Ice yang tidak terkontrol. Membuat Malla bingung untuk membaca setiap serangan Ice.
Dengan kelincahan yang Malla miliki, saat ini Malla bisa dengan mudah untuk terus menghindar dan bertahan. Akan tetapi, semua itu tidak bertahan lama. Ice dengan mudahnya mulai mengikuti gerakan Malla dan mulai dengan mudah menyusul kecepatan gerak Malla.
Malla pun dalam hati berpikir, pemuda bernama Ice ini benar benar menakutkan. Dia mampu dengan cepat menyesuaikan dirinya dengan lawannya. Bahkan pemuda ini cukup mampu dengan mudahnya mengungguli setiap orang yang dia lawan dalam hitungan beberapa detik.
Dan lagi, kali ini naluri Malla mulai mendapati tanda bahaya, dia dengan cepat dan tanpa dia sadari sudah menggerakkan tubuhnya untuk lebih menunduk. Saat itu juga terlihat Hunter yang hendak menusuknya dengan tombak besi, sudah berada di atasnya dan siap untuk menombak sekali lagi dari atas.
Ice yang merasa terganggu, dia langsung menyerang Hunter, namun Hunter dengan mudah menangkap leher Ice dan melemparnya hingga membentur sebuah pohon besar.
Tangan kiri Hunter mengarah ke langit dan saat itu juga sebuah tombak besi sepanjang 2 meter terbang menuju telapak tangan Hunter.
Ice yang melihat ini pun langsung sadar bahwa dia akan menjadi target Hunter. Sebelum Hunter melempar tombak ke arah Ice, Ice dengan cepat menghindar dan berlari memutar disela-sela pepohonan untuk mendekati Hunter.
Tampak wajah Ice yang sedikit lebih bersemangat menghadapi Hunter daripada melawan Malla. Pemuda tersebut menggenggam erat pisau Sadonz dan berlari mendekati Hunter dari belakang di saat mesin tersebut kebingungan mendeteksi Ice yang berlarian disela-sela pepohonan pinggir ladang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments