Alex memarkirkan mobilnya di depan gedung tempat Milla bekerja. Dia berjalan dengan suasana hati yang penuh kebahagiaan. Selain bisa memiliki mobil bagus, dia juga memiliki banyak uang dari hasil kemenangan yang Malla peroleh.
Dengan ringannya dia berjalan sambil membawa beberapa bungkusan makanan. Dia tidak sabar untuk menghabiskan waktunya bersama Milla. Kondisi Malla yang saat ini tengah dirawat Milla adalah sebuah alasan yang menguntungkan bagi dirinya, karena dia bisa lebih dekat dengan Milla.
Di dalam ruangan perawatan, Milla terlihat mengawasi dan mencari tahu tentang kondisi Malla yang tertidur beberapa hari semenjak ujian terakhir kalinya.
Apa yang Malla tunjukkan, sangat membuat Milla penasaran, apa yang Malla miliki di dalam tubuhnya hingga dia sampai kehilangan begitu banyak tenaga hingga sampai tidak sadarkan diri berhari hari.
“aku membawakan pesananmu” ucap Alex
Belum sempat Milla menjawab, seseorang masuk ruangan dengan tiba tiba. Seorang pria dengan jas mewah. Setelan baju yang menunjukkan bahwa dia bukan orang yang memiliki pangkat yang rendahan.
Pria tersebut langsung mengeluarkan tab berisi beberapa video dari hasil pertandingan yang Malla lakukan.
“aku sudah memotong dan memanipulasi beberapa bagian agar nampak seperti hal yang wajar.” Ucap pria tersebut yang tidak lain adalah bagian dari pasukan revolusi sebagaimana Alex dan Milla
Alex dan Milla yang melihat rekaman yang terjadi di dalam danau langsung menunjukkan perubahan wajah yang sangat sangat tidak percaya. Mereka sama sekali tidak percaya dengan apa yang telah mereka lihat.
Milla melihat rekaman tersebut sampai tangannya yang memegang tab tampak gemetaran. Wajahnya seperti orang yang ketakutan.
Sedangkan Alex, dia memalingkan pandangannya ke arah Malla yang masih tertidur di ranjang. Dia pun sama halnya dengan Milla, tidak percaya bahwa gadis kecil ini benar benar memiliki sesuatu yang sangat tidak wajar untuk seukuran bocah kecil.
“tugasku selesai untuk masalah ini, kau masih mengingat nomor keuanganku kan?” tanya pria tersebut kepada Alex
Melihat Alex yang tidak peduli dan terpaku menatap Malla, pria berjas mewah tersebut mengambil bungkusan makanan di meja dan melemparkannya ke kepala Alex. Hingga membuat makanan mahal yang Alex bawa tercecer ke lantai.
Anehnya, baik Milla maupun Alex sama sekali tidak peduli, mereka masih terdiam dan memandangi Malla yang tertidur.
Merasa kedua temannya sudah tidak bisa di ajak mengobrol, pria berjas itupun pergi meninggalkan mereka berdua dengan wajah kecewa.
“apakah dia masih bisa disebut manusia?” tanya Milla
“aku tidak tahu, jawab Alex”
Apa yang sebenarnya terjadi, kepada Malla di danau?, apa yang sebenarnya Vergus maksud dengan kata monster?
...****************...
Berhari hari berlalu, Malla masih tertidur di ruang perawatan. Beberapa mesin berwujud manusia tampak berkali kali memeriksa kondisi dan mencatat segala reaksi yang Malla lakukan di tiap tidurnya.
Hingga waktu 30 hari berlalu, mata Malla mulai terbuka, dia melihat kesekelilingnya yang hanya ada beberapa mesin dan peralatan medis. Dia juga melihat beberapa robot pelayan menghampirinya dan memberinya air minum.
Setelah menegak minuman cukup banyak, Malla mulai beranjak dari ranjang dan berjalan perlahan lahan mendekati jendela.
Dia menghirup dalam dalam nafasnya. Saat ini dia hanya mencium aroma obat obatan tanpa ada tercium sedikitpun aroma darah. Hal yang membuatnya teringat di saat masih hidup bersama ibunya. Hanya ada bau obat obatan yang menemaninya.
Setelah beberapa lama Malla melamun, dia melihat dikejauhan jarak pandangnya yang mulai semakin meningkat. Bahkan dia mulai bisa mendengar beberapa orang yang mengobrol meski jarak mereka hampir satu kilometer.
Suara suara asam lambung yang melilit perut Malla pun mulai mengaburkan lamunannya, Malla perlahan dan dengan lembut memegang perutnya yang kelaparan.
Karena sudah terbiasa berada di dalam ruangan Milla, Malla tidak kesulitan untuk mencari beberapa makanan darurat yang Milla simpan. Dengan lahap dia memakan makanan di dalam kaleng tersebut. sebuah makanan yang biasa para prajurit simpan dan bawa dalam medan peperangan.
Malla memakannya di sudut ruangan dengan meringkuk. Dia pun dikejutkan dengan cahaya lampu ruangan yang mulai bercahaya terang. Hingga Malla memicingkan kedua matanya agar dapat melihat dengan jelas sesosok orang yang berada di balik cahaya lampu ruangan.
“aku sudah bilang beberapa kali, soal makanan, kau bisa mendapatkan yang jauh lebih baik dari makanan kaleng tersebut” ucap Milla
Malla yang mengetahui Milla sedang memergokinya makan makanan kaleng, langsung meringkukkan badannya lebih erat. Dia tidak rela jika ada yang sedang mengganggunya saat lagi makan.
Milla dengan segera memeriksa seluruh tubuh Malla dengan cahaya dari alat di genggamnya. Sebuah cahaya kebiruan yang bisa memeriksa hingga sampai kedalaman tubuh manusia tersebut langsung mengurai segala informasinya ke dalam tab milik Milla.
“normal, tidak ada masalah, meski aneh jika kau tertidur sampai sebulan”
“sebulan?” tanya Malla heran
“iya, kau tertidur selama sebulan”
Malla yang sempat terheran dengan apa yang terjadi pun tidak terlalu memikirkannya. Dia dengan cepat pula memakan lagi makanan kalengnya.
“apakah aku melakukan hal yang aneh selama sebulan tersebut?” tanya Malla
“hanya tertidur”
Mendengar jawaban Milla, Malla pun langsung lega. Dia sempat berpikir bahwa dia bisa saja melakukan hal yang di luar kesadarannya lagi seperti halnya saat ujian terakhir.
“adakah hal yang perlu ku ketahui? Mungkin sedikit rahasia yang kau simpan?” tanya Milla
Malla pun menjawabnya dengan menggelengkan kepala. Dia tidak ingin baik Milla maupun Alex akan menjauhinya jika tahu ada yang tidak beres dengan dirinya.
“persiapkan dirimu, Alex bilang, dia memiliki pelatihan khusus untukmu sekarang”
“sekarang?” tanya Malla heran
“yup, sekarang”
“tapi kalian tahu aku baru sadar kan?”
“maksudmu baru bangun dari tidur kan?” tanya balik Milla
...****************...
Di luar, gedung, Malla berjalan perlahan mendekati area parkiran mobil. Dia menatap langit langit ruangan yang sangat besar hingga dapat menampung sebuah pemukiman buatan sebesar ini. Begitu canggihnya peradaban milik Sadonz ini. Hingga mereka mampu membuat sebuah kehidupan di dalam lautan.
Jauh mata Malla memandang, dia melihat beberapa bangunan bangunan besar yang memproduksi peralatan perang.
Jauh disisi lain, Malla melihat barisan mobil pengangkut barang yang berjalan membawa ratusan ribu mayat anak anak untuk dibawa ke dalam mesin peleburan. Tampak dari sela sela pintu mobil tersebut yang memperlihatkan beberapa tangan tangan kecil yang saling bertumpuk.
Di sisi lain, Malla juga melihat beberapa kampung kecil yang diisi oleh ratusan ribu anak anak didik Sadonz.
Mereka adalah anak anak yang tidak beruntung. Dengan kata lain, mereka tidak memiliki nilai yang bagus dan dianggap sebagai korban selanjutnya nanti di saat ujian.
Tidak beberapa lama, sebuah mobil tak beroda datang menghampiri. Mobil tersebut melayang setinggi 30-50 cm dari lantai. Tampak wajah senyum Alex tertuju ke arah Malla
“lihat apa yang baru ku miliki dan tebaklah, apa yang akan kau dapatkan nanti”
“kemanakah kita?”
“apa yang orang inginkan jika akan mati?” tanya Alex
Malla hanya terdiam dan enggan untuk berpikir dengan pertanyaan aneh Alex. Dia hanya menuruti untuk masuk ke dalam mobil dan duduk dengan tenang di samping Alex.
“berfoya foya” jawab Alex
Mereka pun melaju dengan kencang menggunakan mobil baru yang Alex beli menyusuri seisi daratan buatan di dalam Camp Sadonz.
Berjam jam mereka habiskan untuk berbelanja dan makan makanan enak. Semua hasil dari kerja keras Malla seperti tidak ada habisnya. Semua yang mereka inginkan bisa terbeli di dalam Camp ini.
Sama halnya kehidupan luar. Di Camp ini juga memiliki kota kota besar dan kota kecil yang nampak seperti desa desa pada umumnya.
“kau tampak seperti orang gila. Apakah ini adalah tujuanmu sebenarnya? Memanfaatkanku demi uang saja?” tanya Malla
Alex pun membuka kacamata hitamnya dan menatap Malla dengan sinis.
“bukankah kau juga menikmati hasilnya?” tanya Alex sambil melihat ke kursi belakang mobil yang berisi banyak tumpukan makanan dan snack pilihan Malla
Merasa malu, Malla menggiring pembicaraan ke arah lain.
“Milla bilang hari ini akan ada pelatihan khusus” tanya Malla
“benar, sebuah pelatihan yang tidak biasa. Atau bisa dibilang ini adalah pelatihan mental yang perlu kau pahami denga segera.”
“pahami soal apa?”
“soal situasimu yang jauh lebih baik dari situasi peserta lainnya” jawab Alex
...****************...
Alex membawa Malla dengan mobilnya menyusuri jalanan sepanjang puluhan km. Dari sepanjang perjalanan, Malla hanya melihat tumpukan benda benda berat seperti halnya mesin mesin tempur yang sudah usang dan tidak terpakai.
Sejauh mata memandang di langit langit hanya ada ribuan robot robot kecil yang berlalu lalang memperbaiki atap langit langit yang terbuat dari metal.
Beberapa robot sekecil lalat, berhamburan dan memeriksa siapapun yang melintasi jalanan.
Setelah beberapa waktu, Alex memarkirkan mobilnya di depan sebuah perkampungan kecil. Kampung buatan ini tampak begitu tidak terawat.
Meski belum memasuki kampung lusuh tersebut, Malla mencium aroma yang tidak dia harapkan. Aroma darah dan aroma busuk mayat tercium oleh indra penciumannya yang tajam.
“tempat apa ini?” tanya Malla
Alex yang mendengar pertanyaan Malla tampak enggan menjawabnya. Terlihat jelas wajah keraguan yang tersirat di muka Alex.
“kau akan mengetahuinya”
Alex berjalan mendahului Malla menuju sebuah gerbang besi. Gerbang satu satunya untuk memasuki kampung busuk tersebut hanya dijaga oleh seorang prajurit.
“berhenti, wilayah ini hanya yang memiliki izin..”
“Vergus mengundangku” jawab Alex sebelum penjaga menyelesaikan kata katanya.
Dengan patuh, penjaga tersebut langsung memindahi tubuh Alex dan memeriksa daftar tamu yang diizinkan untuk memasuki kampung.
“silahkan berjalan ke lorong utama kanan kampung. Ruang temu ada di lantai 3”
Tanpa menunggu penjaga selesai bicara, Alex langsung bergegas memasuki kampung. Pintu dari besi bergeser dengan sendirinya. Selayaknya penjara, kampung ini memiliki banyak tempat kurungan yang tidak memiliki atap. Hanya beberapa kamera pengawas.
“nikmati liburanmu. Ada banyak binatang mengenaskan di kebun binatang ini. Kau bisa melihatnya di sisi kiri perkampungan. Aku akan pergi ke ruang temu. Kita bertemu lagi di gerbang 1 jam lagi” perintah Alex kepada Malla.
Malla tampak menurut mengambil arah bersimpangan dari arah Alex. Dia berjalan perlahan menyusuri kurungan kurungan hewan yang ternyata hanya diisi oleh anak anak didik Sadonz.
Beberapa kurungan terdiri dari puluhan hingga ratusan anak anak. Mereka tampak seperti hewan yang akan di korbankan keesokan harinya. Berbeda sekali dengan Malla yang benar benar diurus oleh Alex, semua anak anak yang tidak terpilih, maupun yang memiliki kualitas nilai rendah, akan diperlakukan layaknya hewan disini.
Malla terus melangkahkan kaki kecilnya ke arah sebuah kurungan yang tampak sepi. Berbeda dengan kurungan sebelumnya yang dia lalui. Kurungan kali ini tampak sepi dan hanya tampak satu anak lelaki yang bersandar di dinding besi dengan beberapa lukanya di perut dan tangannya yang masih basah.
Dengan tajam anak lelaki tersebut memandangi Malla. Malla yang terganggu dengan pandangan bocah tersebut melempar pandangannya ke arah lain. Betapa terkejutnya Malla saat melihat anak anak lain di ruangan sepi tersebut ternyata sudah tergantung dibeberapa rumah rumahan kecil.
Rumah yang seperti gubuk itu tampak penuh dengan mayat mayat anak kecil yang sudah berbau busuk digantung sedemikian rupa seperti mainan.
Dari situlah Malla sadar bahwa bocah kecil yang terluka dan menatapnya dengan tajam tersebut telah membunuh teman teman satu kandangnya sendiri.
Malla merasa bahwa bocah yang menatapnya dengan tajam bagai hewan buas ini benar benar seekor binatang.
“bagaimana kau bisa melakukan ini? Ini bukan ajang ujian di mana kita harus membunuh untuk selamat” tanya Malla
Anak dingin tersebut pun langsung melangkahkan kakinya berjalan menuju tempat Malla. Malla yang melihatnya dari jarak 20 meter tersebut langsung merasakan hal yang tidak wajar. Seluruh panca indranya seperti memberitahukan kepada dirinya bahwa apa yang dia lihat saat ini bukanlah anak normal.
Setelah mereka saling bertatap muka dalam jarak dekat dan hanya terhubung pagar teralis besi.
Setelah bertatapan dari jarak dekat baru Malla sadari bahwa anak di hadapannya ternyata tidak semenakutkan seperti yang dia duga.
Anak tersebut memang tampak dingin, akan tetapi dia tampak berwajah dan menatap Malla dengan hangat. Sebuah tatapan kagum dan tatapan seorang penggemar kepada idolanya.
“aku melihatmu sebelumnya, kau luar biasa. Aku akan menjadi sepertimu dan akan berada di tempat yang lebih baik dari kandang ini.” Ucap bocah tersebut
Malla mengambil sebungkus kue rasa jeruk dari tas kecil di punggungnya. Dengan genggaman kecilnya, Malla mengarahkan kue tersebut ke anak di depannya.
“berusahalah. Kau akan menjadi lawan yang sangat kuharapkan. Karena aku benci perilaku burukmu”
Anak tersebut langsung tersenyum tipis dan mempertemukan kepalannya ke kepalan tangan Malla. Seketika kepalan tangan mereka saling bertemu itulah Malla menjatuhkan roti lantai. Dengan cepat anak kecil tersebut langsung menangkap dan memakannya.
Malla yang tidak tahan dengan bau busuk di tempat inipun memilih untuk segera meninggalkannya.
“Malla, itu namamu kan? Aku Ice, ingat baik baik namaku. Aku akan berada di hadapanmu suatu hari nanti” ucap bocah menakutkan tersebut.
Ini pertemuan pertama Malla dengan seorang yang akan menjadi bagian dari perjalanan hidupnya.
...****************...
Langkah langkah kaki Malla telah membawanya di sebuah ujung kampung. Tampak hanya ada sebuah kandang khusus yang sengaja dipisahkan dari kandang kandang lain.
Kandang khusus ini tampak sepi. Malla hanya melihat seseorang bocah yang diikat kedua tangannya selayaknya seorang hewan yang di salib.
Malla yang berusaha melihatnya dengan jelas mulai mendapati apa yang ada di hadapannya ini adalah bocah yang bernama Yuan.
Kedua tangan Yuan seperti di lukai dengan sengaja agar darahnya terus menerus menetes ke lantai.
Entah apa yang terjadi, pintu teralis besi yang mengurung Yuan tiba tiba terbuka begitu Malla mendekatinya.
Yuan yang mendengar pintu terbuka pun perlahan mulai membuka matanya. Betapa terkejutnya ia saat melihat Mallla berada di hadapannya saat ini.
Dengan sekuat tenaga, Yuan berteriak histeris. Dia merasa bahwa saat ini mereka benar benar sedang di jebak.
Teriakan teriakan Yuan terdengar dengan jelas oleh Malla, dengan inderanya yang tajam, Malla mampu mendengar dan merasakan rasa kesakitan yang luar biasa Yuan alami. Rasa sakit hati dan ketakutan itu bercampur aduk menjadi satu.
“Vergus!! Ini tidak seperti perjanjian kita sebelumnya!!” teriak Yuan
Di balik kamera pengawas, Vergus tampak terlihat tertawa dengan ringan.
“saat ini adalah saat yang tepat untuk menguji siapa yang menjadi monster sesungguhnya jika Malla dan Yuan saling berhadapan. Benar kan Alex?” tanya Vergus e pria yang duduk di kursi tamu yang tidak lain adalah Alex
Apakah Alex sengaja mengumpankan Malla demi keinginan Vergus??
Malla yang berada di hadapan Yuan tampak bingung dan tidak paham apa yang sedang terjadi. Dan sesaat kemudian pintu teralis besi pun tertutup dengan sendirinya. Mengurung Malla dan Yuan berdua di dalam kandang hewan.
Sementara Yuan sendiri tampak arah dan putus asa dengan apa yang akan Vergus perbuat. Dia tidak menyangka bahwa dia akan di tipu oleh Vergus. Semua yang dia lakukan selama ini sebetulnya demi keselamatan dan perkembangan Malla agar Malla bisa bertahan hidup di Sadonz ini. Akan tetapi semua itu tampak sia sia. Karena mereka hanyalah binatang peliharaan yang bisa di adu dan disembelih sesuka hati oleh pemiliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments