Awal Pertemuan

Crane kapal mulai memindahkan container. Satu persatu container diturunkan dan dikeluarkan isinya yang ternyata mereka mengangkut ratusan ribu anak anak kecil berusia sekitar 8 sampai 10 tahun. Anak anak tersebut digiring seperti domba peliharaan memasuki sebuah gerbang.

Dengan mudahnya Sadonz menculik dan merampas anak anak di bawah umur di berbagai penjuru dunia untuk kepentingan mereka pribadi.

Malla yang tengah mengikuti langkah kaki Alex melihat beberapa anak kecil seusianya yang diperlakukan bagai daging daging hewan di pasar. Para prajurit tidak iba sedikitpun untuk melukai bahkan membunuh mereka di tempat jika tidak menurut perintah.

Tidak hanya disitu, para prajurit bahkan dengan kejam langsung membunuh anak anak yang menangis agar yang lain tidak ikut ikutan menangis.

Malla yang berusaha memalingkan wajahnya karena tidak kuat, ditarik Alex dan di paksa untuk melihatnya.

“apa yang kau alami nanti, akan jauh lebih kejam dari ini. Perhatikan dan pelajari apa yang diinginkan dan tidak diharapkan para prajurit agar kau tetap hidup”

Malla yang melihat mayat mayat bocah kecil di seret dan di tumpuk di sebuah mobil pengangkut tampak berlinang air matanya. Tetapi dia sadar bahwa posisinya tidak lebih baik dari mereka hanya karena saat ini dia berdiri di samping para prajurit Sadonz.

Beberapa kekacauan pun mendadak teralihkan saat terdengar suara benturan keras di dalam sebuah container.  Semua mata prajurit mengarah ke sebuah container yang masih menggantung Hook Crane.

Container tersebut mendadak bergoyang karena beberapa benturan keras dari dalam. Hingga dinding container berlubang karena benturan keras yang ke tiga.

Muncullah sesosok anak laki laki yang wajah dan badannya penuh noda darah. Darah dari anak anak lain di dalam container tersebut. tampaklah anak laki laki tersebut memiliki kulit dan mata yang memerah seperti anak yang mengalami tekanan darah tinggi.

Di saat para prajurit lain mengarahkan persenjataannya ke arah bocah tersebut, seseorang prajurit dengan pangkat yang lebih tinggi dengan lantang melarang semua anggotanya untuk tidak melukainya.

“jangan ada yang berani melukainya, dia adalah kartu taruhanku nanti” ucap Vergus dengan bangga melihat apa yang telah dia tangkap ternyata bukanlah anak biasa. Anak yang dalam mode berserk itu tidak lain adalah Yuan. Ketidak mampuannya untuk menjaga Carlla dan anak anak yang lain membuatnya hilang kendali dan membunuh siapapun termasuk bocah bocah yang satu container dengannya.

Tatapan liar Yuan mengarah ke segala arah untuk menyalurkan luapan emosi yang sudah tidak bisa ditahan. Akan tetapi, saat dia mulai menatap ke arah Alex dan Malla, Yuan tampak mulai tenang. Dengan tajam dan emosi yang perlahan lahan berkurang, Yuan menatap ke arah Malla yang ternyata memiliki wajah begitu mirip dengan Carlla.

Seketika itu juga Yuan memperoleh kesadarannya kembali dan menangis kecil sambil menatap Malla dari kejauhan. Vergus yang menyadari itupun langsung mengalihkan pandangannya ke arah dimana Yuan melihat. Saat itu jugalah Vergus langsung mengerti bahwa Yuan bereaksi terhadap bocah kecil di samping Alex.

“sepertinya aku mendapatkan sesuatu untuk memanfaatkanmu dengan mudah” ucap Vergus

 

...****************...

 

“apakah anak tadi, juga peserta?” tanya Malla kepada Alex saat mereka berada di ruang istirahat khusus.

“berharaplah kau tidak bertemu dengannya. Dan perlu kau ketahui, tidak semua anak anak yang dikumpulkan dari berbagai negara kesini adalah anak anak normal. Karena semua prajurit memakai mereka untuk bahan taruhan” jawab Alex

Malla mengangkat dan melihat kedua telapak tangannya yang seperti tangan bocah perempuan manja. Tampak halus dan tidak memiliki bekas perjuangan maupun pengalaman apapun.

“apakah aku bisa melakukannya? Apakah kau sedang mempermainkanku?”

Alex yang melihat nyali Malla semakin menciut dan ketakutan pun langsung menarik kerah bajunya. Gadis kecil tersebut diangkat seperti boneka mainan di depan Alex.

“ini adalah pilihanmu untuk hidup lebih lama lagi. Jikapun kau tidak mampu dan mati mengenaskan, itu sudah sesuai dengan pilihanmu dulu sebelum ku bawa kesini”

Alex menjatuhkan tubuh mungil Malla ke lantai. Hingga Malla meringis kesakitan. Melihat anak di depanya seperti tidak memiliki semangat juang, Alex pun pergi meninggalkannya sendirian di ruang yang dia sewa dengan uangnya sendiri agar Malla tidak disatukan dengan anak anak yang lain.

Di depan kamar, tampak suara sistem bangunan yang memberitahukan bahwa proses pengumpulan oksigen sudah penuh dan bangunan siap untuk masuk lagi ke dalam lautan.

Berbagai guncangan di rasakan oleh semua manusia di dalam bangunan saat dataran luas buatan Sadonz tersebut tengah menyelam masuk ke dalam air.

 

...****************...

Di sebuah sel khusus jauh dari anak anak yang lain. Yuan di tempatkan di ruang isolasi mandiri karena dia dianggap sangat berbahaya dan bisa saja membunuh anak anak yang lain jika tidak terkendali lagi.

Vergus yang merasa bahwa anak yang dia temukan sangat berharga, mendatanginya dan bermaksud untuk membuat perjanjian khusus agar Yuan mau mengikuti perintahnya.

“aku juga melihatnya. anak kecil yang kau lihat tadi, sangat mirip dengan perempuan yang kau kenal”

Yuan menatap vergus dengan rasa benci dan segala amarah yang dia miliki, akan tetapi, dia sama sekali tidak menunjukan bahwa dia mampu mengontrol dan memasuki mode berserk sesuka hatinya meskipun dia berharap saat ini bisa membunuh Vergus.

“dengar, bagaimana jika kau menuruti semua keinginanku dan terus hidup sebagai peserta ujian sekaligus calon Sadonz Weapon kedepannya nanti? Sebagai gantinya, aku akan memfasilitasi anak tadi, agar dia bisa bertahan hidup. Tentu saja itu tergantung dari kemampuannya. Aku hanya akan memberinya kesempatan untuk lebih memiliki peluang”

Melihat Yuan yang tidak memperdulikan, Vergus pun mulai geram dan meninggalkannya.

“apa yang harus aku lakukan?” tanya Yuan

Tampak senyum senang di wajah Vergus saat mendengar jawaban Yuan.

 

...****************...

Alex yang berjalan melewati lorong dengan lantai dan dinding putih dikejutkan dengan sesosok Vergus yang tampak sedang menunggunya.

“apakah jagoanmu bisa bertahan sampai beberapa hari kedepan?” sindir Vergus

Alex yang merasa tidak mengenalnya pun enggan untuk menanggapinya. Dia terus melangkah melewati Vergus.

Vergus melempar sebuah benda kecil seperti tabung seukuran kacamata ke arah Alex. Alex yang sudah bersiaga sekalipun dalam keadaan apapun langsung menangkap dan melihatnya. Betapa terkejutnya Alex mengetahui apa yang di berikan Vergus kepadanya. Sebuah alat simulasi ujian yang hanya bisa dimiliki oleh para prajurit tingkat tinggi untuk mencurangi peluang keberhasilan hidup para pesertanya.

“kau bisa menggunakan itu untuk mengasah kemampuan jagoanmu”

“kenapa kau memberikan ini kepadaku?”

“kau lihat sendiri tadi bahwa anak yang kubawa tidak membutuhkan alat itu” jawab Vergus.

 

...****************...

 

Pintu ruangan Malla terbuka otomatis saat Alex datang dengan membawa benda pemberian Vergus. Tampak Malla yang tengah meringkuk menutup wajahnya dengan kedua lutut. Alex paham bahwa saat ini Malla sedang terguncang dengan apa yang dia lihat saat melihat kekejaman prajurit Sadonz yang tidak ada ampun. Dia juga mengerti Malla juga putus asa dengan apa yang akan menimpanya nanti.

“aku membawa sesuatu yang akan berguna untukmu” ucap Alex

Mendengar ucapan Alex, Malla menoleh ke arah pemuda tampan tersebut dengan mata layu dan ketakutan.

Dengan segera Alex mengeluarkan sebuah alat kacamata dari tabung di genggamannya. Kacamata tebal seperti alat VR langsung dipasangkan ke muka Malla.

“buka kedua matamu dan lihat” perintah Alex

Malla yang bingung mencoba menuruti perkataan Alex karena pemuda itu bilang bahwa dia memiliki sesuatu yang mungkin bisa membuatnya tetap bisa hidup lebih lama.

Begitu Malla sudah memakai kacamata VR tersebut. seketika sebuah cahaya merah menyinari kedua bola mata Malla. Belum sempat Malla melepasnya, cahaya tersebut menyuntikkan sesuatu ke dalam matanya.

Seketika Malla berteriak kesakitan dan membuang jauh jauh kacamata tersebut. Malla tampak berusaha mengusap kedua matanya yang terasa agak perih dan panas sekaligus gatal.

“sedikit rasa sakit itu hanya sementara. Itu adalah proses penanaman chip ke dalam kedua matamu”

Perlahan lahan Malla mulai membuka matanya. Meski masih terlihat kabur dan berlinangan air mata, Malla mulai menyadari ada hal aneh dipandangannya. Dia bisa melihat beberapa menu menu virtual.

“ada beberapa misi misi di dalam simulasi tersebut yang akan dipergunakan untuk menjadi, Sadonz Weapon. Pelajarilah mulai dari yang ringan dulu”

Tanpa menjawab, Malla mencoba memilih milih beberapa perintah dari simulasi di matanya. Saat dia melihat beberapa ujian, dia pun langsung histeris dan ketakutan. Dia tidak menyangka bahwa apa yang akan dia alami nanti benar benar hal yang sangat kejam sekalipun semua pesertanya hanyalah anak anak di bawah umur.

Alex melihat Malla menatapnya dengan kebencian dan ketakutan. Meskipun begitu, Alex sedikit lega ternyata Malla masih memiliki semangat juang dengan mencoba sebuah misi virtual.

“sungguh biadab, kalian benar benar bukan manusia” ucap Malla lirih dengan menguatkan kedua kakinya untuk berdiri.

Meski takut, Malla masih memiliki niat yang kuat untuk mencobanya. Dia tahu ini hanya simulasi yang tidak nyata, tetapi dia juga manusia normal yang memiliki rasa takut jika berhadapan dengan hidup dan mati.

 

...****************...

 

Setelah beberapa hari, semua anak anak yang berada di sel tahanan pun dikeluarkan dan digiring oleh para prajurit. Mereka berjalan berurutan seperti domba yang di giring ke tempat pemotongan.

Tidak sedikit yang memahami akan situasi yang mereka akan alami, namun mereka hanya anak kecil lemah yang tidak memiliki kemampuan untuk bertahan. Terlebih lagi posisi mereka saat ini berada dalam bangunan dan dataran yang berada di dalam lautan.

Di sebuah barisan, tampak Yuan yang digiring juga. Hanya saja dikedua tangannya terbungkus beberapa rantai karena dia dianggap anak yang berbahaya. Dalam pikirannya, dia selalu berharap bisa melihat gadis kecil yang memiliki paras Carlla agar dia bisa sedikit lega.

Setelah beberapa lama mereka berjalan melalui lorong lorong berdinding putih dan berbau darah, tibalah mereka di dalam sebuah ruangan yang sangat luas. Cukup luas untuk menampung sekitar seribu anak anak.

Beberapa anak anak yang lain pun juga dikumpulkan di tempat yang serupa tetapi beda tempat. Di sisi sisi ruangan luas tersebut tampak beberapa ruangan ruangan kecil lagi. Mereka langsung ditarik dengan paksa dan dimasukkan ke ruangan kecil tersebut. tiap ruangan kecil diisi masing masing dua anak.

Yuan yang ditendang hingga tersungkur, menatap ruangan kecil tersebut yang hanya ada dinding dihiasi beberapa kamera tersembunyi dan sebuah senapan mesin di atapnya. Tampak di sisi lain dinding terdapat jam digital yang menunjukkan angka 0:0

Begitu seorang bocah lelaki dimasukkan bersama Yuan, pintupun tertutup otomatis. Tampaklah kedua bocah tersebut kebingungan dengan apa yang akan terjadi. Dan kedua tangan Yuan sepertinya sengaja tidak dibuka ikatan rantainya. Karena mereka beranggapan itu tidak adil karena Yuan anak yang memiliki kemampuan khusus.

Setelah beberapa saat, senapan dari mesin di atap ruangan terlihat bergerak mendeteksi kedua bocah di ruangan. Dan sebuah pisau khas Sadonz pun dikeluarkan dari balik lantai secara otomatis.

“pisau Sadonz adalah benda penting untuk tiketmu menuju tahap ujian selanjutnya. Hanya ada satu anak yang boleh keluar hidup hidup dari ruangan ini. Dan waktu kalian hanya dua menit sebelum senapan otomatis membunuh kalian. Ujian di mulai” ucap seorang operator

Dengan seketika, jam dinding digital pun langsung menghitung mundur dalam dua menit.

Bocah kecil di samping Yuan pun langsung mengambil pisau tersebut dan mengarahkan ke arah Yuan. Dia sadar bahwa ini adalah ujian hidup dan mati. Dia pun bertekat untuk membunuh Yuan yang masih dalam keadaan terikat rantai dikedua tangannya.

“maaf, aku tidak ingin mati!” ucap bocah di depan Yuan sambil mendekat perlahan dengan pisau di tangannya

“kita adalah korban, tidak perlu merasa bersalah dan benci sesama korban” balas Yuan.

Tanpa jawaban, Yuan pun langsung ditikam, itupun dengan mudah Yuan menangkisnya dengan rantai dikedua tangannya. Berkali kali bocah bertubuh kecil tersebut mencoba menusuk dan mendorong Yuan, akan tetapi sebagai seorang keturunan leader RIP, Yuan dengan mudah menghindar dan melangkah agak menjauh.

Batas waktu semakin menipis, Yuan mencoba berpikir dengan keras apa yang harus dia lakukan. Dia sudah berjanji kepada Carlla untuk hidup normal dan tidak menyakiti siapapun. Akan tetapi situasi saat ini benar benar memojokkannya.

Sekalipun Yuan mengakhiri hidupnya saat ini, siapa yang akan membalaskan kematian Carlla dan anak anak Milky Way yang dia rawat?. Begitu yuan teringat gadis kecil berwajah Carlla, Yuan pun langsung membulatkan tekatnya untuk tetap hidup demi melindunginya.

Dengan cepat Yuan mengangkat kaki kanannya dan menginjak pisau di tangan lawannya hingga ke lantai. Belum sempat pisau tersebut dicabut, kedua tangan Yuan yang terbebani rantai berat, menghantam kepala lawanya dengan sangat keras.

Bocah yang berada di depannya berteriak kesakitan, darahnya keluar dari dahi yang lecet karena benturan keras dengan besi rantai.

Tidak membuang waktu lama, Yuan langsung mengambil pisau yang berada di telapak kakinya. Dengan cepat pula pisau tersebut Yuan tikamkan tepat di leher lawanya yang masih belum berdiri.

Pisau yang dirancang khusus tersebut begitu ringan dan tidak bersuara saat menerjang udara. Dengan mudah nya tusukan Yuan menenggelamkan ujung pisau hingga pangkalnya ke dalam leher lawannya.

Bocah malang yang berada di depan Yuan tersebut tampak terkejut dan menggeliat kesakitan.

Melihat lawanya merasa kesakitan, Yuan langsung mengalungkan kedua tangannya dan menarik tusukannya menyamping dengan cepat agar segera terakhiri penderitaan lawannya.

Darahpun langsung mengucur deras dan jatuh menggenangi lantai putih. Yuan yang merasa bersalah kepada Carlla, mencoba untuk tetap tegar dengan menganggap dirinya seekor monster yang tidak menepati janji.

 

...****************...

 

Ribuan prajurit menonton langsung pertunjukan ini dari ruangan masing masing. Tidak sedikit mereka menjadikan acara kejam ini sebagai taruhan untuk memperkaya harta mereka.

Di sisi lain, tampak Malla yang masih menunggu giliran dengan anak anak lain terlihat cemas dan gugup. Dia pun sadar bahwa itu tidak akan membantu apapun. Saat ini dia hanya perlu bersiap dengan apa yang Alex ajarkan selama ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!