Dengan secepat yang Malla mampu, dia berusaha langsung menghindar. Alhasil, pisau peserta ke dua langsung tenggelam di pundak Malla.
Merasa gagal mengincar leher, peserta kedua menarik genggaman pisaunya agar luka di pundak Malla melebar dan segera bisa mengakhiri nyawanya.
Malla yang mengetahui itupun dengan sigap menggenggam genggaman pisau milik lawan. Mereka saling beradu dan berebut pisau.
Karena kalah kekuatan, Malla berusaha menendang tanah dan batu-batuan untuk mengimbangi tarikan lawan agar lukanya tidak melebar.
Hingga akhirnya, Malla memanfaatkan batu di sekitar untuk membuat lawanya terjatuh kebelakang tanpa dia sadari.
Meski pisau berhasil tercabut, Malla merasakan perih yang luar biasa di pundaknya. Bahkan pandangannya mulai agak kabur karena kehabisan banyak darah sewaktu melawan hiu tadi.
Dengan sisa sisa tenaga yang dia miliki, Malla berusaha untuk tetap tenang dan bersiap-siap dengan apa yang akan lawanya lakukan.
Posisi yang tidak menguntungkan ada pada Malla, dia tidak memiliki memegang pisau. karena pisaunya ikut terlempar dan hilang di danau saat dia dilempar prajurit.
“apa pisaumu hanya untuk makan?!!” bentak Alex kepada Malla dar kejauhan
Malla yang mendengar itu serasa ingin sekali memukul Alex. Dia masih sempat untuk mengajak ribut sementara posisinya saat ini sedang dalam bahaya.
“pakai pisaumu!” lanjut Alex
“percayalah, jika aku masih hidup nanti, kau yang akan ku bunuh selanjutnya!” jawab Malla
Malla pun sampai melempar tatapan penuh kekesalan ke pada Alex, saat itu dia melihat Alex sedang menggunakan bahasa isyarat kepada Malla untuk menggunakan pisau. Dan Malla baru sadar, bahwa pisau yang hilang tadi, sudah berada disarung pinggangnya.
Malla tidak tahu bagaimana pisau tersebut sudah kembali kepadanya karena terakhir kali yang dia ingat, pisau tersebut terlempar ke dasar danau. Kuncinya ada kepada saat dia berada di dasar danau. Saat di mana dia menyerahkan dirinya untuk mati. Semua hal keanehannya adalah pada saat itu terjadi. Namun, Malla sendiri tidak mengingatnya.
Belum sempat Malla memikirkan apa yang dia lakukan tadi saat berada di dasar danau, peserta kedua langsung menabrak tubuh kecil Malla. Tabrakan yang sangat keras itu membuat tubuh mungilnya terlempar cukup jauh. Baju basahnya yang ternoda darah mulai tercampur dengan tanah tanah berbau busuknya dedaunan.
Belum sempat Malla berdiri sambil memegangi perutnya, peserta kedua langsung merangkul tubuhnya dari belakang dan menjatuhkannya lagi ke tanah. Peserta kedua juga tidak akan mau melepas Malla, dia dengan cukup lihai memainkan kuncian kuncian kepada tubuh Malla agar gadis kecil tersebut tidak banyak melakukan perlawanan.
Merasa dalam bahaya, Malla berusaha melawan dengan apapun yang ada di dalam pikirannya. Dia tidak cukup kuat untuk melepas rangkulan lawan kedua, akan tetapi, dia masih bisa berusaha untuk membenturkan kepala belakannya ke wajah peserta kedua.
Dengan sekuat tenaga dan harapan terakhir, benturan ke 2 tersebut tidak mengenai wajah lawan, akan tetapi mengarah ke pinggiran lantai tempat diama mereka seharusnya bertarung. Benturan keras kepala belakang ke lantai tersebut, membuat Malla langsung tidak sadarkan diri.
Hal ini membuat Alex semakin menggila, dia mengumpat beberapa kali melihat kecerobohan Malla.
Lawan Malla pun juga tampak bingung, dia tidak paham dengan kondisinya saat ini. Apakah ini muri keberuntungan atau kecerobohan Malla sendiri. Tetapi semua pikiran itu tidak dia bawa terlalu lama, dengan cepat dia hunuskan dan tusukan pisaunya ke leher Malla.
Beberapa prajurit dan anak anak peserta lain pun merasa heran dengan apa yang dilakukan peserta ke dua. Dia tampak sedang menusuk leher Malla akan tetapi tusukannya itu seperti sengaja di hentikan.
Lain halnya dari posisi peserta ke dua sendiri, dia sudah yakin dan dengan kuat juga menusukkan pisaunya ke leher Malla yang pingsan, akan tetapi, pisaunya seperti tertahan sesuatu yang keras dari balik kulit leher Malla.
Merasa ada yang aneh, peserta kedua mengungkit dikit ujung pisaunya dan mengintip apa yang bisa dia lihat dari balik kulit leher Malla.
Mata peserta kedua tampak terbelalak tidak percaya, dia dengan mata kepala sendiri melihat lapisan tulang dari balik lapisan kulit leher Malla. Sesuatu yang seharusnya tidak mungkin bisa manusia miliki.
“apa kau sedang bermain main dengan gadis itu?!’ bentak pelatih peserta kedua dari kejauhan.
Vergus yang melihat ini pun semakin terkikih. Dia bahkan tertawa. Karena dia yang paling tahu apa yang sedang terjadi dari pada semua yang melihat keanehan ini.
Merasa di desak pelatihnya, peserta kedua langsung menggunakan seluruh tenaganya untuk menekan tikaman ke leher Malla.
Belum sempat, peserta kedua melakukannya, tubuh Mlla menggeliat seperti hewan. Dengan kuat juga anggota badan Malla menekuk dan melepaskan dirinya dari cengkeraman peserta kedua.
Semua orang di ruangan dibuat terheran dengan perilaku Malla yang sejatinya masih pingsan tersebut.
Malla di bawah alam sadarnya bergerak merangkak menjauh dari peserta kedua dalam posisi badan terbalik. Bahkan anggota tubuhnya pun tampak seperti bertekuk selayaknya boneka kayu. Dengan gerakan gerakan patahnya, tubuh Malla menggeliat dan berdiri seperti boneka mainan. Tangan tangannya pun tampak seperti berputar mematahkan tulang persendiannya.
Mata putihnya yang menunjukkan ketidak sadaran diri, mengarah lurus ke arah lawanya. Peserta kedua yang melihat tingkah aneh Malla pun langsung merangkak mundur perlahan lahan. Dia merasa bahwa Malla kali ini bukanlah Malla yang sebelumnya. Naluri manusianya menunjukkan rasa ketakutan yang luar biasa dengan apa yang dia hadapi saat ini.
Semua mata prajurit dari yang melihat langsung di dalam ruangan maupun yang menontonnya dari layar TV pun juga tamak seperti melihat hantu. Mereka merinding dengan sesuatu yang baru kali ini mereka lihat selama ini.
Kesunyian seluruh ruangan yang tadinya riuh oleh teriakan para pelatih pun mulai memudar oleh suara batuk batuk kecil Malla. Malla mulai membuka matanya dan mendapati kesadarannya kembali. Dia menatap bingung dengan apa yang ada di hadapannya saat ini
Malla bingung dengan apa yang lawannya lakukan. Dia melihat lawannya seperti ketakutan dan menjaga jarak. Sementara semua mata dari para peserta maupun para prajurit menatap lurus kearahnya.
Malla yang tidak tahu apa yang sudah terjadi, menoleh ke arah Alex. Dia mendapati hal yang sama kepada wajah Alex. Wajah yang menunjukkan rasa ketakutan dan keheranan.
Tiba tiba kepala Malla menjadi pusing, dia merasakan rasa sakit yang luar biasa di kepalanya. Bahkan dia juga merasakan rasa agak nyeri dikedua telinganya. Pandangannya yang berkunang-kunang dan agak memudar itupun mulai kembali jernih lagi.
Malla juga mulai mendengar sesuatu yang sebelumnya tidak dia dengar, pendengarannya berubah menjadi sangat tajam. Dia dengan mudah mendengar detak jantung lawan yang menunjukkan bahwa lawannya saat ini sedang ketakutan. Bahkan dia juga mendengar suara dedaunan yang berguguran ke tanah.
Indra penciuman Malla pun juga mulai semakin kuat. Entah apa yang terjadi, dia tidak paham dengan situasi yang dia alami saat ini. Yang dia perlu pikirkankan, bagaimana dia bisa selamat. Keinginan untuk hidup Malla mulai kembali lagi dan semakin menguatkannya untuk tetap bertahan apapun yang akan terjadi.
“seperti ujian sebelumnya, kami tidak akan mengulanginya lagi. Setiap ujian memiliki batas waktu yang ditentukan dan jika kalian tidak ada yang menang, kalian akan dimatikan.” Ucap seorang operator dari balik layar.
Mendengar dan melihat batas waktu di jam digital di dinding ruangan yang semakin menipis, peserta kedua langsung berlari memutar dan mencoba mendekati Malla dari balik malik pepohonan.
Lawan memanfaatkan pepohonan untuk mendekati Malla. Lawan pun sadar bahwa saat ini lawannya bukanlah manusia normal, akan tetapi sesuatu yang jauh lebih di luar nalar.
Kedua mata Malla melirik ke berbagai arah untuk menemukan di mana lawan berada. Meski pandangannya tajam, tetapi itu sia sia, karena lawannya cukup tangguh dan memiliki pengalaman berburu sebagaimana dia berasal.
Meski indera penglihatan Malla begitu tajam, dia tidak perlu memanfaatkannya karena dia cukup mampu untuk mendengar suara langkah kaki kecil yang beradu dengan dedaunan kering di tanah.
Malla mendengar dengan jelas suara langkah kaki dan jantung lawan yang semakin berdetak kencang pertanda sang lawan sedang menyerang.
Dengan mudah Malla menghindari tikaman lawan yang muncul tiba tiba dari balik pohon. Anehnya, Malla menghindar secara tidak sengaja, bahkan dia merasa seperti tubuhnya bergerak sendiri.
Malla melompat mundur dengan tidak beraturan, bahkan dia sampai terjatuh di lantai karena terpeleset.
Lawan yang tidak mau kehilangan kesempatan, langsung menerjang dan menikam Malla.
Tikaman tikaman lawan dengan mudah Malla hindari, bahkan gerakan gerakan kaki Malla jauh lebih lincah dan cepat dari sebelumnya.
Malla yang terheran dengan kondisinya saat ini dengan sengaja melompat lompat untuk merasakan kaki dan otot otonya di hadapan lawannya.
Semua prajurit yang melihat pun tampak terkejut, tubuh mungil Malla tampak terlihat ringan dan lompatannya melebihi 2 meter.
Dengan cepat, Malla mengambil pisau dan menerjang dada lawan. Lawan yang terkejut pun tidak sempat menghindari terjangan Malla yang begitu cepat. Pisau Malla tampak tenggelam sepenuhnya di dada lawan.
Sang lawan yang terkejutpun berusaha untuk menusuk balik wajah Malla yang tepat di hadapannya. Namun, genggaman pisau di tangan lawan tampak enggan untuk bergerak. Lawan melihat wajah Malla yang sekilas berubah menakutkan. Kedua matanya memutih seperti orang kehilangan kesadaran. Senyumnya menyeringai seperti menikmati tikaman ke arah korbannya.
Yang lebih aneh lagi, pisau di genggaman lawan terasa berat untuk digerakkan. Pisau tersebut seperti ingin bergerak dengan sendirinya tanpa menghiraukan pemiliknya.
Lawan yang merasa putus asa, mencabut tusukan Malla dan menjauhinya dengan tubuh sempoyongan.
Sesekali sang lawan melihat wajah Malla yang kembali lagi seperti gadis lugu sama halnya di awal ujian tadi. Kali ini mental lawan benar benar sudah hancur. Dia sudah tidak memiliki harapan untuk menang maupun selamat di hadapan Malla. Gadis aneh yang misterius.
Sang lawan yang melihat jam digital yang menunjukan angka tersisa 10 detik, mencoba mengulur waktu dengan menjauhi Malla. Akan tetapi, dia baru menyadari bahwa Malla sudah berada di hadapannya dengan menerjang sambil menggerakkan kakinya kuat kuat hingga terjangannya bagai peluru yang ditembakkan ke tubuh lawan.
Tusukan tusukan hinggap dengan cepat seperti mesin. Tangan kecil Malla bergerak layaknya mesin yang tidak memiliki rasa lelah.
Tikaman tikaman semakin cepat dan membuat lawan kesulitan bergerak hingga akhirnya tersungkur. Saat tersungkur itulah sang lawan melihat wajah menakutkan Malla untuk kedua kalinya di penghujung akhir hidupnya.
Begitu waktu telah habis, senapan otomatis mulai mengarah ke Malla. Setelah para juri memastikan bahwa lawan sudah mati, Malla akhirnya dinyatakan sebagai pemenang.
Rasa kebahagiaan alex terima dengan begitu riangnya. Dai bahkan sampai memeluk pelatih lawannya yang murung karena kalah taruhan.
Sama halnya dengan Milla yang menonton dari ruangan kerjanya. Dia bernafas lega melihat Malla yang sudah dia anggap adik sendiri masih bisa hidup sejauh ini.
Nafas lega Yuan hembuskan juga. Dia tahu bahwa suatu hari nanti, jika point Malla terlalu tinggi hingga menyusulnya, bisa bisa dia akan menjadi lawannya yang berarti itu sama halnya mengingkari kesepakatannya dengan Vergus.
...****************...
Di dalam sebuah ruangan, Vergus memakan sebuah roti berisi daging di hadapan Yuan. Tidak perlu diperjelas bagaimana Yuan bisa selamat dari ujian, karena dia adalah pemegang point tertinggi saat ini.
Dengan tatapan penuh pertanyaan, Yuan bertanya-tanya dalam hatinya, apa yang Vergus lihat dari Malla. Dan bagaimana bisa Malla tampak seperti memiliki keanehan.
“tanyakan, aku tidak suka tatapanmu kepadaku” ucap Vergus
“apa yang kau lihat di dalam danau tadi?” tanya Yuan
“monster” jawab Vergus
“sepertiku”
Vergus menatap Yuan dengan serius. Matanya yang sebelah terbuat dari mesin tersebut menatap tajam dan lurus ke arah Yuan. Dengan cepat, vergus membalikkan badan Yuan dan merampas pisau Sadonz milik Yuan yang berada disarung pahanya.
Dengan cepat pula Vergus menancapkan pisau tersebut ke meja hingga beberapa hidangan makanan tampak terceceran di lantai.
“kau perlu tahu batasan batasan yang bisa ku sebut dengan monster” jelas Vergus
Tangan Vergus bergerak kecil kecil an ke arah pisau Yuan dari jarak 3 meter. Anehnya, pisau Yuan yang tertancap di meja pun tampak bergerak mengikuti gerakan jari Vergus.
Yuan yang melihatnya pun terheran. Bagaimana mungkin manusia bisa menggerakkan benda tanpa menyentuhnya.
“keistimewaan pisau Sadonz adalah apa yang terkandung dalam pembuatannya. Pisau ini memiliki kadar logam misterius dari dasar lautan yang mereka sebut sebagai Adamantium. Kadar logam mistik ini memiliki koneksi yang kuat dengan mereka yang memiliki kadar logam tersebut di dalam tubuhnya”
“lalu apakah Malla juga memiliki kadar logam aneh tersebut dalam dirinya?”
“itulah pertanyaanku. Sadonz memiliki program project D. Sebuah percobaan kepada para Sadonz Weapon dengan menanamkan logam tersebut ke dalam manusia. Dan hanya orang orang yang menjadi bagian dari percobaan Sadonz tersebut yang bisa melakukannya. Akan tetapi hari ini ada seorang anak kecil yang serupa dari itu semua”
“mungkinkah dia adalah bagian dari Sadonz itu sendiri..”
“tidak!, project D hanya diberlakukan kepada mereka yang sudah terlatih dan akan menjadi Sadonz Weapon. Mereka memiliki pisau khsus yang berbeda dari pisau mainan para pemula” jelas Vergus
Sambil mengeluarkan pisau Sadonznya yang berwarna hitam pekat. Pisau tersebut seperti berbising selayaknya serangga. Sama halnya pisau milik Gin. salah satu tokoh di Milky Way sebelumnya.
Hal ini membuktikan bahwa Gin dan Vergus adalah hasil uji coba project D milik Sadonz. Alasan yang menjelaskan kenapa Gin begitu kuat di dalam cerita dan kenapa Widyari melarangnya menggunakan pisau hitamnya. Karena pisau tersebut sangat berbahaya bagi siapapun sekalipun penggunanya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments