Kesulitan

Di dalam ruangan, ribuan anak dikumpulkan bersamaan dengan beberapa prajurit yang sekaligus sebagai pelatih khusus mereka yang dianggap memiliki nilai dan kemampuan yang cukup menjanjikan mulai berjalan memisahkan diri ke arah sebuah tempat yang memiliki fasilitas untuk menonton.

Beberapa robot pelayan datang dan memberi mereka beberapa menu untuk menikmati pertunjukan mematikan ini.

Sedangkan para anak anak, mereka digiring di tepian kolam yang menyerupai danau buatan.

Salah seorang prajurit langsung melempar seorang anak kecil ke dalam danau. Begitu dilempar, suara dari radio pun menggema di seluruh isi ruangan.

“ujian kali ini adalah bertahan hidup selama 5 menit. Bagi mereka yang selamat duluan, akan melawan peserta yang selamat berikutnya. Ujian dimulai sekarang dan selamat menikmati pertunjukan ini”

Begitu suara di radio selesai mengumumkan, sebuah ubin dari sisi danau mulai terbuka. Tampaklah sesosok buaya yang cukup besar untuk ******* anak usia 10 -15 tahun datang menghampiri peserta pertama.

Merasa gugup dan tidak siap dengan apa yang akan di hadapi, peserta pertama ini mulai berenang ketepian. Begitu tangannya menyentuh sisi danau, beberapa peluru langsung menembus telapak tangannya hingga hancur.

Teriakan kesakitan yang beradu dengan rasa ketakutan itu mulai terdengar begitu menyayat hati para peserta lainya. Mereka sadar bahwa siapapun yang tidak mengikuti aturan ujian, akan langsung dibunuh.

Peserta pertama yang berusaha menutupi darahnya agar tidak menetes pun merasa kewalahan. Darah tidak berhenti mengucur dari salah satu telapak tangannya yang hancur.

Aroma darah yang menyatu dengan air mulai membuat hewan karnivora tersebut merasa semakin beringas.

Belum sempat buaya menghampiri, sesosok hewan buas lainya langsung menerkam kaki anak peserta pertama tersebut dari bawah air. Berbeda dengan cara buaya bergerak. Hewan yang menyeret anak tersebut bukanlah buaya, melainkan seekor hiu yang diam diam sudah dilepaskan tanpa sepengetahuan siapapun. Ini yang membuat anak anak lain semakin menciut nyali mereka. Mereka merasa pasrah. Mereka tidak mengira bahwa mereka harus diuji dengan cara yang lebih sulit dari ujian saling membunuh.

Perlahan peserta pertama yang berusaha menyelamatkan diri pun mulai nampak ke permukaan air. Dia berusaha berenang sekuat tenaga meski sebelah kakinya sudah hancur karena gigitan hiu. Bahkan dia tidak bisa berteriak karena rahangnya juga berdarah dan hampir lepas dari wajahnya.

Darah semakin mewarnai air danau di mana anak tersebut berada. Seketika tubuhnya dilahap dua predator air dengan sekali terkaman. Beberapa potongan tubuh yang tersisa pun tidak luput dari santapan buaya hingga menyisakan air berwarna semerah darah.

Mengetahui peserta pertama telah tewas, tanpa aba-aba, seorang prajurit langsung menyeret seorang bocah laki laki peserta ke dua.

Seperti peserta pertama, yang kedua kali ini juga dilempar ke danau seperti melempar sampah.

Tubuh bocah peserta kedua ini tampak begitu ringan dan mudah mengapung di air. Dai tampak seperti sudah terbiasa dengan air. Bahkan dia tampak begitu tenang meski sudah tahu ada 2 predator berbahaya di danau tersebut. entah berada di mana yang jelas, dia tampak sudah siap akan apapun yang terjadi.

Begitu hiu mulai menerkamnya dari bawah air, peserta kedua dengan mudahnya dia merasakan gerakan hewan tersebut dari bawah tubuhnya. Dengan sigap dia menaruh kaki kakinya di kepala hiu tersebut hingga dia bisa dengan mudah ikut terlontar ke permukaan udara sekaligus menghindari terkaman gigi hiu yang tajam.

Meski hiu tersebut gagal menerkam, tubuh bocah peserta kedua tersebut seperti tidak bisa dikendalikan saat berada di udara. Bahkan dia juga menyadari ada seekor buaya yang sudah siap melahapnya tepat di bawahnya.

Dengan sigap, peserta kedua ini berkelit dan merangkul leher buaya tersebut. dia dengan lincah menghindari terkaman buaya dan hiu ganas dengan menggunakan tubuh buaya yang lebih mudah dipegang daripada kulit licin hiu.

Peserta kedua memanfaatkan tubuh buaya untuk menghindari gigitan hiu yang menyerangnya secara bertubi tubi. Dia juga bisa mengarahkan kepala buaya untuk tujuan dia bergerak.

Para peserta lain dibuat kagum oleh peserta kedua ini. Dia seperti sudah terbiasa dengan apa yang dia lakukan. Begitu juga seorang prajurit yang melatinya secara khusus. Dia menyebutkan dan menyombongkan anak didiknya di hadapan prajurit lain bahwa anak didiknya ini hidup di wilayah danau yang memiliki buaya buas yang kesehariannya dia ternakan untuk kebutuhan sehari hari penduduk sekitar.

Beberapa menit berlalu, peserta kedua masih bertahan dengan cukup kuat di punggung buaya. Tidak hanya memiliki kemampuan bergelut dengan buaya, peserta ke dua ini cukup kuat menahan nafas di dalam air.

Buaya yang mulai menyelam ke dasar danau cukup membuat peserta kedua sedikit kewalahan. Bocah kecil itu cukup kesulitan jika terus menerus merangkul punggung buaya dan menahan nafas di kedalaman. Dia tidak cukup yakin akan bisa mengambil nafas di permukaan jika buaya masih tetap di dasar danau.

Dengan ketrampilan yang dia miliki, dia keluarkan pisau Sadonz dari sarung pisau di pahanya. Dengan cepat pula dia tusuk kan pisau tajam tersebut. dengan mudahnya pisau itu tenggelam seutuhnya di punggung buaya.

Buaya liar tersebut menggeliat dan lebih kencang berenang di dalam air. Naluri hewan buasnya semakin menjadi, begitu peserta ke dua semakin menekan pisaunya ke bawah hingga kulit buaya teriris selebar 15 cm.

Hiu yang mencium aroma darah pun langsung mendekati buaya. Sesuai rencana peserta ke dua, hiu tersebut menerkam buaya. Peserta kedua pun tidak membuang kesempatan. Dia bergegas melepas dan berenang ke permukaan air tanpa gangguan.

Peserta kedua muncul di permukaan danau diiringi air berwarna merah darah. Hiu terus menerkam dan bertarung dengan buaya di dalam air. Peserta kedua pun melirik ke arah jam digital di dinding yang menunjukkan bahwa dia sudah mencapai batas waktu yang ditentukan.

Dengan nafas lega bocah peserta ke dua ini berenang ketepian dan meraih batu-batuan. Dengan sisa sisa tenaga yang dia miliki, peserta ke dua ini melompat ketepian dengan cepat pula dia berlari ke lantai bertuliskan angka 2 yang cukup besar. Tempat diaman dia harus menunggu lawannya nanti.

Tanpa mendengar suara operator, dengan sigap pula peserta ke dua ini duduk bersila kaki dan mengatur pernafasannya sambil memulihkan staminanya.

Alex yang melihat inipun langsung menoleh ke arah Malla. Disaat mereka saling bertatap mata dalam kejauhan, Alex memberi isyarat dengan bahasa tubuhnya agar Malla menirukan apa yang dia lihat.

Alex berharap, bahwa Malla menjadi peserta yang paling akhir agar dia cukup banyak melihat peserta peserta lain yang berhasil bertahan hidup.

Akan tetapi, semua itu tidak akan terjadi. Karena Malla langsung di seret seorang prajurit dan dilempar ke danau. Hal ini membuat Alex mengumpat keras hingga memberi kesan buruk kepada prajurit prajurit yang tidak jauh darinya.

Berbeda lagi dengan Vergus. Dia semakin bersemangat melihat Malla, dia merasa bahwa Malla adalah anak yang istimewa.

“kita lihat, apakah kau benar benar istimewa?” gumam Vergus.

Yuan yang melihat ini pun tidak luput dari rasa penasaran. Dia penasaran dengan anak yang bernama Malla ini. Selain dia mirip Carlla, dia juga mampu menarik perhatian Vergus. Orang yang memiliki mata setengah mesin ini cukup pintar menilai sesuatu. Itu dikarenakan mata mesinnya yang dibuat khusus oleh Sadonz, memiliki kemampuan untuk melihat apa yang tidak bisa lihat oleh mata telanjang.

Malla yang terjatuh ke dalam air, berusaha mencari pisau Sadonz yang dia selipkan di paha. Merasa bahwa dia kehilangan pisau, Malla berusaha berenang ke tepian.

“apa yang kau lakukan?!!” teriak Alex dari kejauhan

Teriakan Alex tersebut langsung membuat Malla sadar bahwa dia harus bertahan sekalipun tidak memiliki apapun. Bahkan Malla sempat melihat mesin senapan di atap ruangan yang mengarah lurus kearahnya dan siap menembak jika Malla berani ke tepian sebelum waktu ujian habis.

Malla yang bingung pun mencoba berpikir dengan cepat, apa yang harus dia lakukan. Dia pun akhirnya sadar bahwa hewan buas di dalam ujian ini bisa menerkamnya dari mana saja dan membuatnya dalam kesulitan jika dia tidak mengetahui di mana lokasi hewan tersebut.

Malla memasukkan wajahnya dan mencoba melihat ke dalam air. Ajaib dan sungguh di luar dugaan, perlahan lahan penglihatannya mulai menyesuaikan diri dan tampak dengan jelas dia melihat apapun isi di dalam danau ini.

Tampak begitu tenang dan tidak menunjukkan tanda tanda hewan buas di sekitarnya. Perlahan lahan, Malla mulai mengganti arah penglihatannya memutar untuk mencari keberadaan hewan yang akan menjadi lawannya.

Betapa terkejutnya Malla begitu mengetahui bahwa seekor hiu sedang berada di hadapan wajanya dengan mulut terbuka lebar. Gigi tajam dan masih memiliki bercak darah tampak memiliki sisa sisa daging buaya yang baru dia makan.

Dengan cepat Malla mengayunkan kedua tangannya ke rahang hiu tersebut hingga dia memiliki tumpuan untuk kedua tangannya agar bisa menekan dan menghindar gigitan hiu.

Di ruang tunggu, Alex begitu gelisah. Dia tidak menyangka bahwa Malla begitu terpojokkan oleh situasi.

Begitu Malla lolos dari maut, dia langsung bersiap. Dia tahu bahwa hiu tersebut akan kembali secepatnya dari arah manapun untuk melahapnya.

Sesuai dugaan Malla, hiu tersebut datang dari belakannya dan membuat situasi Malla semakin kesulitan. Gadis malang ini tidak cukup cepat untuk menghindari serangan kedua ini. Dia merasakan gigi gigi tajam hiu tersebut tenggelam di lengan kirinya.

Alex langsung bertekuk lutut dan putus asa melihat tubuh kecil Malla di seret hiu dan dibawa ke dalam air.

Malla yang masih memiliki kesadaran dan rasa takut akan kematian, berusaha memukul hiu tersebut dengan tangan kanannya. Meski tahu itu tidak akan berasa dan membuat hiu tersebut melepaskan gigitannya, Malla masih berusaha untuk terus memukulnya.

Begitu nafasnya mulai tidak terkendali, Malla tersadar dan mengetahui bahwa di dasar danau tempat dia berada ini terdapat pisau milik peserta pertama yang sudah tewas. Dengan cepat dia meraih dan menusukkannya ke arah mata hiu tersebut.

Malla terus menerus menusuk mata dan muka hiu agar dia bisa segera terlepas. Namun semua itu membuat hiu tersebut semakin liar dan semakin kencang menyeret malla ke dasaran danau.

Darah hiu yang keluar itupun mulai terbawa oleh air dan hinggap di hidung hidung hiu lainnya.

Sebelum Malla kehabisan oksigen, dia menyadari ternyata di dasar danau terdapat banyak hiu yang siap menerkam siapapun yang berada di danau ini.

Merasa tidak memiliki harapan untuk tetap hidup, Malla pun memilih untuk merelakan dirinya mati di mulut hewan hewan Sadonz ini.

Sekalipun dia takut dan berpikir pasti akan menyakitkan rasanya jika gigi gigi tajam hiu hiu tersebut mengoyak sekujur tubuhnya, Malla tidak memiliki keputusan dan ide lain. Dia serahkan dirinya dengan sukarela. Dan yang ada di pikirannya saat ini, dia berharap mungkin bisa bertemu dengan ibunya.

Di luar, tempat di mana para peserta lain berada. Ratusan prajurit dibuat kagum dengan munculnya air berwarna darah dari kedalaman danau. Meski tampak tenang, air tersebut seperti mengisyaratkan bahwa telah terjadi hal yang tidak diinginkan di dasar danau sana.

Alex yang melihat inipun langsung bertekuk lutut kesekian kalinya. Dia berpikir, mungkin ini adalah akhir dari bocah yang dia latih selama ini.

Sisi lain, di mana Yuan yang juga merasakan hal yang sama, emosi dan rasa sedihnya kian menjadi. Kesepakatan yang dia buat dengan Vergus seperti tidak ada hasilnya.

Mata Yuan yang sebelumnya hanya sebatas mata anak kecil, sekarang berubah agak kemerahan dan semakin memerah. Detak jantungnya pun semakin terpacu dengan sangat kencang. Urat urat nadinya mulai nampak di sekujur tangan dan lehernya.

Beberapa anak yang mengetahui kondisi Yuan langsung menyingkir menjauhinya. Mereka semua tahu bahwa peserta yang bernama Yuan ini adalah monster yang menakutkan.

Tatapan Yuan mengarah ke Vergus yang tidak jauh dari tempat Alex berada. Tatapan kebencian itu serasa akan meledak saat ini juga.

Akan tetapi, Yuan akhirnya tersadar, bahwa Vergus seperti tetap fokus menatap ke arah danau, tempat di mana Malla berada. Yuan melihat sikap Vergus yang seperti melihat sesuatu yang luar biasa itupun akhirnya paham. Tatapan Vergus yang seperti itu adalah tatapan serupa saat pria setengah mesin tersebut menatapnya.

Dengan kata lain, Vergus yang memiliki mata dari mesin ciptaan Sadonz tersebut melihat apa yang tidak dilihat oleh orang orang lain.

Yuan pun mulai melempar pandangannya ke arah danau. Darah yang bercampur air semakin banyak mengalir perlahan dari dasar. Dan beberapa saat kemudian disusul sebuah mayat hiu. Mayat hiu tersebut terapung dengan kondisi tubuh penuh lubang lubang yang sangat besar. Bahkan lebih besar dari lengan Malla. Apa yang sebenarnya terjadi, di dasar danau sana. Hanya Vergus yang bisa melihatnya.

Tidak beberapa lama kemudian, mayat puluhan hiu hiu pun juga nampak bermunculan ke permukaan dengan kondisi serupa. Badan tidak utuh dan seperti ada bekas lubang lubang yang sangan besar di anggota badan mereka.

Ribuan peserta dibuat kagum dengan pemandangan yang tidak bisa mereka pahami ini. Mereka yang berpikir bahwa Malla mati, ternyata salah.

Tubuh kecil Malla pun tampak terlihat mengambang di permukaan danau. Wajah bahagia dan terharu Alex pun juga tampak memberitahukan kepada semua bahwa dia sangat sangat tidak percaya dengan apa yang baru dia lihat. Malla tampak terbatuk dan memuntahkan beberapa air dari mulutnya.

Wajah Malla tampak bingung, dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, dia hanya berusaha tetap waspada meski melihat semua hiu hiu yang ada di danau sudah mati mengambang.

Begitu melihat waktu yang sudah habis, Malla langsung bergegas berenang ke tepian dengan sisa sisa tenaganya. Dengan susah payah dia berusaha menggapai batu untuk menarik tubuhnya ke tepian danau hingga akhirnya dia jatuhkan tubuhnya yang kelelahan di tanah sambil menatap langit langit ruangan.

Belum sempat dia mengambil nafas dengan teratur, peserta kedua yang menjadi lawannya tidak mengulur waktu. Dengan cepat peserta kedua tersebut berlari mendekati Malla yang masih terbaring kelelahan sambil menusukkan pisau tajamnya ke leher Malla.

Malla yang masih kelelahan dikejutkan dengan pisau Sadonz yang sudah menempel di kulit lehernya. Dia merasakan betapa dingin dan tajamnya ujung pisau tersebut saat menyentuh kulitnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!