Alex menyadari ada notifikasi di peralatan genggamnya yang menunjukkan bahwa uang taruhannya telah naik menjadi berlipat ganda setelah Malla memenangkan ujian pertamanya.
Begitu banyaknya yang menaruh uangnya kepada lawan Malla, hingga Alex pun tidak percaya dengan apa yang dia terima ternyata jauh lebih banyak dari apa yang dia perkirakan.
Perlahan Alex mulai bangkit dari duduknya dan berjalan melewati beberapa bocah yang hilang rasa kehidupannya karena menunggu giliran untuk mati.
Alex menatap Malla dari dari belakang yang berjalan lemah menuju ruangannya. Baju dan wajah Malla yang masih penuh noda darah menyadarkan Alex untuk melakukan apa yang seharusnya seorang manusia perlakukan kepada hewan peliharaannya.
Di dalam ruangan, Malla tampak sedang bersiap dan mencoba melihat lihat misi misi virtual dari mata VR nya.
“kau harus bersihkan tubuhmu dulu” ucap Alex
Merasa ucapan tidak di balas dan tidak dipedulikan, Alex menarik lengan Malla dan dengan tegas pula Malla langsung membalasnya dengan pukulan telak ke wajah Alex dengan melompat.
“kau lihat apa yang sudah terjadi, apa aku ada kemungkinan selamat di ujian selanjutnya nanti jika tidak berusaha keras?!”
“dengar, ada hal yang tidak kau ketahui dalam pelatihan yang Sadonz ciptakan ini. Pertama, mereka akan membuatmu hilang rasa kemanusiaan. Kedua, apa yang kau lakukan dan rasakan, akan membuatmu semakin tenggelam dalam perangkap mereka yang sesungguhnya. Bisa dibilang, semangat dan usahamu untuk bertahan hidup adalah keinginan mereka untuk mencipta mesin pembunuh sejak usia dini.”
“lalu apa yang harus ku lakukan? Semua yang kulihat di dalam mata VR ku hanya ada kegiatan membunuh dan bertahan hidup. Apakah aku harus menikmati pemandian air panas dan makan sementara aku tidak tahu apa yang akan terjadi kepadaku nanti?”
Dengan lembut Alex menyentuh paras mungil Malla yang terlihat lusuh dan kusam penuh bercak darah yang mulai mengering.
“sesuai rencana awal, bertahan sebisa mungkin dan tetap kondisikan dirimu sebagai manusia normal selama berada disini. hingga tiba waktunya kami akan memberikan hak hidupmu”
Mendengar ucapan Alex, Malla seketika mengingat ucapan ibunya sebelum meninggal. Ucapan yang menyuruh Malla untuk menjadi seorang malaikat apapun yang terjadi.
Melihat Malla yang sudah mulai tenang, Alex langsung mengangkat dan memikulnya di pundak. Dengan langkah langkah panjangnya, Alex membawa Malla ke tempat pengobatan dan perawatan dengan uang yang baru dia dapatkan.
Di dalam sebuah ruangan, Malla melepas semua bajunya yang penuh darah kering. Dia melihat kedua tangannya yang masih gemetaran meskipun dia sudah tidak berada dalam kondisi mempertahankan hidupnya. Dia sadar bahwa anggota tubuhnya tidak bisa dibohongi bahwa apa yang akan terjadi nanti kedepannya bukanlah hal yang semudah apa yang sudah dia capai hari ini.
Air hangat mengalir dan menghujani tubuh kecil Malla hingga darah kering di wajah dan rambutnya mulai luntur ke lantai dan berakhir ke lubang pembuangan. Dengan perlahan, Malla masukkan tubuh kecilnya ke sebuah bak mandi yang sangat besar.
Perlahan lahan pula dia mulai menenggelamkan wajahnya hingga masuk ke dalam air sepenuhnya. Sempat terpikir olehnya, mungkin sebaiknya dia mati tenggelam dan tidak perlu lagi khawatir dengan apa yang akan terjadi nanti. Dia pun juga sepakat dengan pikiran buruknya untuk mati tanpa rasa sakit jika dia menghirup banyak banyak air ke dalam paru parunya.
Perlahan lahan pandangan Malla mulai terpejam dan kesadarannya pun mulai menghilang.
Di alam bawah sadarnya, Malla melihat ibunya sedang melukis sebuah pohon kecil di depan rumah. Malla pun tampak menyadari dirinya sedang berada di sebuah ranjang kecil yang memiliki roda di ke empat kakinya. Dengan perlahan Malla mengulurkan tangannya untuk meraih bahu ibunya.
“kau sudah bangun” tanya ibunya kepada Malla
Seketika itulah Malla langsung menangis dan berteriak dengan apa yang sudah dia alami.
“aku bermimpi ibu bunuh diri dan ayah tidak peduli. Bahkan ayah menyuruh orang orang aneh untuk membawaku ke tempat yang tampak bagai tempat pemotongan daging hewan”
Ibu Malla pun meletakkan kuas di jari jarinya ke meja dan beranjak mendekati Malla yang tampak lumpuh dan terbaring lemah.
Dengan lembut ibu Malla meletakkan wajah cantiknya yang mulai tampak bersedih ke wajah putrinya. Dengan lembut dan penuh penyesalan ibu Malla mulai tenggelam dalam sedihnya.
“ibu tidak akan meminta maaf, karena ibu tahu bahwa apa yang sudah ibu lakukan ini bukanlah hal yang pantas untuk seorang ibu lakukan. Ibu dengan pengecutnya memilih untuk meninggalkanmu sekalipun ibu tahu kau akan berada dalam kondisi yang sangat menyiksa.”
Dengan rasa penuh tanda tanya, Malla pun mulai menyadari bahwa apa yang sudah dia katakan ke ibunya bukanlah sebuah mimpi. Dia sadar bahwa apa yang sedang dia alami saat ini adalah mimpi yang sesungguhnya. Perlahan lahan, Malla mulai bisa menggerakkan anggota badanya dan mulai berada dalam kondisi setengah sadar.
“dengar permohonan terakhir ibu, tetaplah menjadi seorang berhati malaikat apapun yang terjadi kepadamu”
Setelah ibunya mengatakan hal tersebut, Malla mulai tersadar dan mendapati tubuhnya berada di dalam ruangan perawatan. Dia pun melihat Alex yang sedang memakan beberapa buah buahan di samping tempat dia sedang berbaring saat ini.
“memilih bunuh diri adalah pilihan tepat, akupun juga melakukan hal yang sama waktu berada di sini seusiamu” ucap Alex
Malla melihat seorang wanita dengan pakaian seperti seorang dokter tengah memeriksa tubuh kecilnya.
“akan tetapi, semua yang itu hanya ada dalam angan saja, karena aku terlalu takut untuk mati. Berbeda dengan situasi mu saat ini yang di mana ada seorang lulusan dari camp ini untuk membimbing mu” lanjut Alex
“benar, percayalah bahwa Alex adalah pembimbing yang akan memanfaatkanmu untuk memperbanyak uangnya. Kau tahu berapa yang dia dapat dari kemenanganmu kemarin?” balas wanita berpakaian seorang dokter kepada Malla yang ternyata adalah anggota pasukan revolusi. Seperti halnya Alex, dia juga dikirim untuk menjaga kesehatan fisik dan mental Malla di dalam camp pelatihan.
“aku merasa memberikanmu banyak bagian dari semua yang ku dapat, kenapa aku merasa kau seperti tidak merasa puas dengan itu?” tanya Alex
“aku tidak akan merasa puas jika kau tidak membawaku pergi dari sini dan hidup sebagaimana janji kita dulu sewaktu masih muda di neraka ini” jawab wanita di depan Alex
Wanita bernama Milla yang berpakaian dokter ini sama halnya dengan Alex, dia juga mantan dari para anak anak didik Sadonz yang diselamatkan pasukan revolusi. Sejak saat itu, mereka menyerahkan segala kehidupannya sebagai anggota pasukan revolusi untuk menyelamatkan anak anak didik Sadonz lain.
Melihat Alex yang terdiam dan terpojokkan dengan ucapan Milla, Malla pun langsung memohon kepada Milla untuk menolongnya agar bisa keluar dari camp ini segera mungkin.
“kau tahu bahwa dataran ini berada di dalam lautan tengah tengah samudra. Terlebih lagi jika harus menaikkan dataran camp ini harus mengambil alih dulu kendali yang di jaga dengan ketat. Mereka bukan prajurit biasa. Mereka prajurit khusus yang memiliki perlengkapan dan teknologi yang jauh lebih maju dari dunia luar sana” jelas Milla
Mendengar bahwa keinginannya sangat mustahil untuk dipenuhi, Malla mulai meringkukkan tubuhnya di ranjang perawatan dan memalingkan wajahnya.
“tidak ada yang mustahil, untuk sementara jalankan sesuai rencana awal. Aku akan terus membimbingmu” jawab Alex
“kenapa kalian memilihku? Aku anak biasa yang menghabiskan hidupku hanya di ranjang saja. Aku bukan anak penting yang memiliki sesuatu yang pantas untuk disebut berharga.”
“ini berhubungan dengan kemampuan mu untuk bisa berjalan dengan tiba tiba. Sementara kau di vonis akan mati dalam beberapa hari lagi oleh ayahmu sendiri.”
“kalau begitu, cukup lumpuhkan aku dan kembalikan kehidupanku sebelumnya. Jikalau aku mati, setidaknya aku mati di ranjang dan rumah ku sendiri”
“Malla, ada sesuatu yang ayahmu tanamkan kepada dirimu. Apapun itu, mereka yang menginginkannya setuju dan menganggap bahwa yang ada di dalam tubuhmu ini sesuatu yang sangat istimewa” jelas Milla
“apa itu?” tanya Malla
“ayahmu yang memiliki proyek ini menamakan sebagai project D. Project ini di kembangkan oleh Sadonz kepada para anak anak didik mereka. Akan tetapi, semua yang mereka dapat hanya kegagalan. Ayahmu yang memimpin project D ini ternyata menyembunyikan sesuatu . dia dengan sengaja tidak mengembangkan dengan benar sebagaimana perintah Sadonz. Begitu Sadonz menyadari kelakuan ayahmu, mereka segera menjemput keluargamu. Merasa dalam bahaya, ayahmu menyembunyikan project D ini kepada putrinya yang sedang sekarat. Alhasil, semua yang dia lakukan ternyata berhasil. Kami dari pihak pasukan revolusi segera menyusun rencana untuk menyembunyikanmu agar tidak jatuh ketangan Sadonz” jelas Alex
“apakah aku akan menjadi super hero layaknya tokoh komik dan film?” tanya Malla
“mungkin”
“apakah aku akan mempercayai itu?”
Melihat wajah kesal Malla yang seperti anak yang tengah di bujuk dengan dongeng murahan, Milla duduk di ranjang Malla. Dengan lembut Milla memegang telapak tangan Malla.
“apapun yang terjadi, bukankan lebih baik kau tetap berusaha bertahan hidup agar suatu hari nanti bisa menemui ayahmu? Di saat itu aku sarankan kau memukul dan menyiksanya dengan kejam sampai kau terpuas kan. Katakan bahwa ayahmu adalah pria pengecut dan berhati busuk” ucap Milla
“apakah dia masih hidup?”
“alasan dari ideku ini bukankah karena dia masih hidup?”
“diama keberadaannya sekarang?” tanya Malla
“mungkin sedang minum teh hangat dengan para pasukan revolusi disuatu tempat. Sementara mereka sedang menikmati itu semua, kita disini berusaha mati matian bertahan hidup bagaikan tikus got. Diam diam dan sembunyi dari kucing kucing Sadonz”
Mendengar penjelasan Milla, Malla pun langsung beranjak dari ranjangnya. Dengan sekuat tenaga, dia berdiri dan menggerakkan anggota tubuhnya untuk memastikan bahwa dia masih cukup kuat untuk berlatih.
“kau masih memiliki waktu beberapa jam untuk istirahat. Aku akan menyesuaikan jadwal latihan mu nanti. Jangan memaksakan diri” jelas Alex
“aku butuh makan” jawab Malla
...****************...
Di dalam restoran, beberapa prajurit yang merayakan kemenangan dari hasil taruhan tampak sedang mabuk-mabuk an. Mereka tertawa gembira sebagaimana orang dimabuk harta.
Malla berjalan tepat di belakang Alex. Mereka duduk di sudut ruangan yang sudah di pesan Alex.
Di meja dan kursi serba putih tersebut seperti sedikit bergerak dengan secara otomatis untuk menyesuaikan dengan bentuk tubuh para pelanggan.
Malla yang merasa kagum pun seperti anak anak pada umumnya yang menggoyangkan kedua kakinya. Sesekali dia melihat kursinya yang bergerak dengan sendirinya menyesuaikan diri agar tubuh kecilnya bisa merasakan posisi duduk yang nyaman.
Tidak lama kemudian, muncul sebuah papan dengan layar LED di balik meja. Malla memperhatikan Alex yang tampak sedang memilih menu di papan LED tersebut.
“nikmatilah apa yang sudah kau hasilkan. ini adalah tempat termahal disini. semua menu disini bukanlah menu yang bisa kau makan di dunia luar sana” jelas Alex
Malla pun mulai menekan nekan papan tab di depannya. Dengan teliti dia memilih sesuatu yang dia anggap enak. Karena merasa semua menu adalah makanan istimewa, tanpa sadar Malla ternyata hampir memesan semua menu yang ada.
Setelah menunggu beberapa menit, sebuah hidangan mulai dibawa seorang robot pelayan. Dengan lembut bak manusia normal, robot wanita tersebut juga menyambut dan memberi kata kata sebagaimana para pelayan normal berikan kepada pelanggannya.
Alex melihat Malla tampak begitu sedikit berseri, merasa lega. Begitu ia mulai menikmati makanan yang dia pesan, puluhan pelayan pun datang dengan berbaris menunggu giliran untuk menyajikan masakan yang Malla pesan.
“berapa banyak yang kau pesan?” tanya Alex keheranan
“90% dari menu” jawab Malla
Seketika itulah sendok di jari Alex terjatuh ke piringnya. Dia tidak menyangka jika Malla ternyata masih memiliki rasa dendam kepadanya.
Berbeda dengan Malla, dia tampak seperti pemulung kelaparan. Memakan segala makanan yang disajikan dengan rakus. Meski tubuhnya kecil, nafsu makan Malla seperti hewan buas pemakan daging.
Jauh dari Alex dan Malla, tampak terlihat Yuan yang duduk di samping Vergus menatap lurus ke arah Malla. Tatapannya cukup lembut dan penuh kebahagiaan melihat Malla yang masih hidup.
Hampir 30 menit berlalu, Malla masih terlihat rakus memakan semua yang dihidangkan. Sedangkan Alex tampak sedang menghitung jumlah pengeluaran dan sisa saldo uangnya. Dia juga menghitung berapa uang yang akan dia keluarkan untuk para pasukan revolusi lain yang saat ini berada dalam camp.
Sesekali Alex melihat ke arah Malla, saat itu juga dia merasa bahwa Malla seperti tidak sadarkan diri dengan apa yang sudah dia perbuat. Alex merasa bahwa Malla seperti sedang di kendalikan oleh sesuatu yang tidak dia pahami.
Dengan secepat yang Alex mampu, Alex menghunuskan pisau daging ke arah telapak tangan Malla yang sedang meraih daging di piring. Saat itu pulalah tangan Malla yang lain juga bereaksi dengan cepat menghunus garpu ke arah lengan Alex tepat di mana arteri lengan Alex.
Alex yang mengetahui hal ini pun langsung terkejut. Bagaimana bisa Malla mengetahui di mana letak vital sebuah aliran darah.
Alex juga melihat kondisi Malla yang tampak seperti anak yang baru sadar dari tidurnya. Malla tampak bingung dan gemetaran menjatuhkan garpunya.
Disisi lain, Yuan dan Vergus yang melihat pun juga tampak sedikit tertarik. Vergus dengan cermat memperhatikan wajah gelisah Malla dan memahami bahwa Malla memiliki kondisi di mana dia memiliki keistimewaan.
“apakah kau memiliki dua kepribadian?” ucap Vergus pelan
Yuan yang mendengar ucapan Vergus meskipun sedikit samar pun juga mulai khawatir. Dia khawatir jika vergus punya keinginan untuk mempertemukan dirinya dengan Malla.
Seorang bocah yang dia harapkan untuk tetap hidup, apakah mungkin akan bertemu dengannya suatu hari nanti di dalam sebuah ruangan tertutup untuk saling membunuh?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments