4. Risma rasa Sarah 2

"Ris, cukup! jangan bikin aku kesal. Bisa kutinggalkan kamu sendiri sekarang juga kalau kamu bicara lagi." Ujar Ardi mulai kesal melihat tingkah istri barunya.

"Apa? mas ngancem aku? mau aku aduin sama ibu mas? terus biarin aku pergi, biar aku bawa anak ini"

celoteh Risma makin membuat kuping Ardi panas, bagaimana tidak, dia selalu saja membuat bayi yang ada dalam perutnya sebagai tameng.

"kita mulai semuanya tidak secara baik Risma. Dan tadi kamu bilang apa? Malam pertama? Bukan. Ini bukan malam pertama kita, liat ada bayi di perut kamu dan artinya kita pernah berbuat hal menjijikan sebelum ini."

Risma kaget bukan kepalang saat mendengar kata-kata Ardi. Dia kira Ardi adalah laki-laki yang bisa ia jinakkan dengan mudah, ternyata salah. Ardi keras. Itu yang Risma tidak tau.

"Layani aku sebagai suamimu sekarang! Seperti saat malam itu kau melayani aku."

"Kamu yang maksa aku malam itu mas. Kamu yang bawa aku ke kamarmu malam itu"

"Tapi kamu mau kan?? heh, ~senyum Ardi getir ~ Ingat Risma, aku mabuk, bukan pingsan bahkan buta. Samar bisa kurasakan pelayanmu malam itu, sekarang layani aku seperti kau melayani aku malam itu."

Tak terasa butiran air mata lolos dari mata indah gadis 22tahun itu. Gadis yang usianya terpaut jauh dengan Ardi. Yang emosinya masih labil, namun sudah di dewasa kan oleh pergaulan.

Tak ada pergerakan risma Ardi pun memaksa, mencium, mencumbu dengan kasar bahkan kadang dengan paksaan.

Entah sudah berapa kali Ardi menyebut nama Sarah dalam pergaulan mereka. Ya, betapa Ardi mencintai istri pertamanya itu. Bahkan saat Risma yang memberikan nikmat dunia saja, Sarah lah yang di sebut namanya.

Hancur lebur hati Risma, sehancur hati Sarah. Karmanya tak menunggu esok.

Dejavu mungkin yang Risma rasakan tapi kali ini sangat sakit. Karna statusnya adalah istri dari Ardi.

.

.

.

.

.

.

.

🍂🍂🍂

Pagi menjelang, Ardi tak ada di tempatnya saat Risma bangun.

Panik, itu yang Risma rasakan, pasti Ardi sudah pulang kerumah Sarah pikirnya. Tak ambil banyak pikir, Risma segera bergegas. Baru turun dari ranjang, Ardi sudah memasuki kamar, ternyata ia melakukan ritual mandinya.

Takut Ardi akan lebih mencintai Sarah. Itu yang ditakutkan Risma.

Risma bertekad merebut Ardi sepenuhnya dari Sarah. Bahkan Risma ingin dialah satu satunya istri Ardi

"Mas udah mandi" tanya risma lembut.

"Iya"

"Mau dibuatkan kopi atau teh manis hangat?"

"Ga usah, aku mau pulang."

Deeegg

"Mas, tolong lah hargai aku. Tinggallah disini dulu, kita baru saja menikah kemarin mas." Pinta Risma

"Aku ingin melihat keadaan Sarah" jawab Ardi ringan.

"Mba Sarah baik-baik aja. Buktinya aja semalam dia masih video call mas, mukanya masih full make up. Itu berarti dia ga kenapa-kenapa."

"Kamu ga tau siapa Sarah. Aku tau betul Sarah pasti terluka."

"Terus kamu pikir aku ngga? Pemaksaan kamu semalam, dan bayang-bayang istri pertama kamu itu bisa bikin aku gila mas." Risma mulai meracau dan tak bisa lagi menahan tangisnya.

"Aku sakit hati mas, kamu selalu nyebut nama mba Sarah. Bahkan saat aku layani kamu diranjang. Cuma mba Sarah yang kamu ingat. Mana ada kamu anggap aku."

Ardi hanya terdiam mendengar curahan hati istri keduanya. salah memang ia rasakan. Tak sedikitpun ia menoleh pada Risma, walaupun ia tau bahwa perempuan itu sedang mengandung anaknya. Buah dari kesalahannya. Semua yang Ardi lakukan hanya demi sang jabang bayi, tak lebih.

"Aku tau aku salah, tapi kamu juga salah. Apa salah aku mengandung anak ini?"

Tangis Risma makin meledak-ledak mungkin karna hormon ibu hamil yang lebih sensitif.

Ardi maju mendekati Risma, rasa bersalahnya kini tumbuh, saat tangan kekar ardi mencoba merangkul tubuh kecil gadis berambut sebahu itu. Risma merasakan sakit pada perut bagian bawahnya.

"aaawww... aawwwww.. aaaaaakkkkkkhhhh... perut aku, perut akuuuuuuuu" Risma mengaduh mencoba menahan sakit perutnya.

"kenapa ris? kenapa perut kamu?" tanya Ardi panik.

"Sakkiiiiiit" Risma hanya bisa merintih menahan sakit.

"Kita kedokter ya, kita berangkat."

Ardi yang panik langsung membawa tubuh mungil Risma dan membungkus tubuh polos Risma dengan selimut karna tubuh Risma hanya dibalut daster satin tipis.

Sepanjang jalan Risma tak henti mengaduh, panik, sakit, yang ada di pikiran Risma adalah "bagaimana jika anak ini gugur?? tak ada lagi senjata untuk mengikat Ardi."

Tangisnya tak henti, keringat dingin sudah membasahi seluruh tubuh Risma.

"Sabar Risma, sabar ya sayang." Ardi mencoba menenangkan istri mudanya sambil menggenggam tangan risma.

Bagaimanapun ia lah yang bersalah atas kejadian ini.

"Maasss, saakkit. bayi akkuu"

.

.

.

.

Sesampainya di rumah sakit Risma langsung dibawa keruang tindakan karna takut terjadi hal yang tidak diinginkan terjadi pada kandungannya.

Panik, Ardi bingung harus mengabarkan siapa.

Sarah.

Ya, hanya Sarah yang ada dipikiran Ardi saat itu.

tuuuutt

tuuut

tuuuutt..

"Hallloo."

"Sar, Risma masuk IGD. perutnya sakit tadi sampe pingsan."

Kaget bukan main Sarah dibuatnya.

Maksudnya apa Ardi menghubungi Sarah, Sarah bukan dokter, apa lagi pemilik rumah sakit. Dia pun bingung apa yang harus ia lakukan.

"Terus aku harus apa??" tanya Sarah bingung

"Ya ga tau... aku juga bingung"

Huuuuuuffftttt

Jika panik begini otak cerdas Ardi tak bisa di gunakan sepenuhnya. Sarah memejamkan matanya seraya memijat keningnya, berharap meredakan otaknya yang pusing.

"Tenang dulu, kamu tarik nafas yang panjaaaaaang, buaaaang. tarik nafaaass, buang. okeeey, sekarang kamu duduk terus ceritain apa yang terjadi" Ujar Sarah pada Ardi mencoba menenangkan.

"Tadi pagi aku berdebat dengan Risma"

"haaaaahh?" Kaget Sarah keheranan, bisa bisanya bertengkar setelah malam pertama.

"Dengerin aku dulu, aku mau pulang kerumah kamu, mau cek keadaan kamu, tapi Risma cegah aku. Aku ttp mau pulang dan dia nangis Di marah-marah trus perutnya sakit, terus badannya dingin dan hampir hilang kesadaran" Jelas Ardi.

"Terus kamu langsung bawa ke rumah sakit??" tanya Risma.

"iya. tapi sar, Risma eeeemmpphh anu ris-maaaaaaaa." ucap Ardi ragu.

"Risma apa?"

"Cuma pake selembar baju" jawab Ardi pelan-pelan malu.

"astaghfirullah! mas ardiiiiiiii ya ampuuuuunnn. bisa bisanya kalian berantem setelah adegan dewasa. ga habis pikir akuuuuuuuu." Omel Risma pada suaminya

bisa bisanya ia bertengkar hebat setelah melakukan adegan dewasa.

"Sekarang urus administrasi istrimu, terus kirim alamat rumah sakitnya. nanti aku kesitu bawa baju. ga malu apa sama perawat." Ocehan Sarah yang masih ingin mengeluarkan kata-kata mutiara khas wanita sedang ngomel.

"Iya sar, terimakasih ya sayang"."

"Udah gausah sayang-sayang! baaay! assalamualaikum."

"waalaik,"

Tak sempat Ardi membalas salam Sarah sudah menutup telponnya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!