ketukan palu hakim di meja sidang menandakan resminya Sarah menjadi seorang janda. resmi pula Sarah lepas dari genggaman Ardi dan bayang-bayang keluarga toxicnya itu.
akhir pekan ini juga jadwal Sarah melepas alat bantu di kakinya. artinya Sarah memasuki babak baru untuk terapi berjalan tanpa alat bantu.
jadwal kontrol yang satu hari dengan sidang putusan perceraian membuat Sarah lelah.. untung saja keadaan jalan saat itu tidak macet, Sarah masih mempunyai waktu beberapa menit sebelum masuk keruang dokter.
"aku ketoilet sebentar ya sar"
"iya sin, aku di sini aja."
sepeninggalan Sintia ke toilet, ada seorang anak kecil menghampiri Sarah. usianya mungkin sekitar empat tahun. anak kecil itu lucu menggunakan baju berwarna biru seperti princess di film animasi.
"Tante robot??" tanyanya tiba-tiba membuat Sarah kaget, mungkin anak itu melihat kakinya yang memang seperti robot
"bukan sayang, Tante bukan robot"
"tapi kenapa kakinya banyak besinya, kan yang kakinya besi itu robot"
Sarah tersenyum sambil membelai wajah lucu gadis kecil di hadapannya
"begini sayang, kaki Tante sedang sakit, tulang keras di dalam kaki Tante patah kemarin, jadi harus di kasih besi seperti ini biar tulangnya bisa kuat lagi" jelas Sarah
"mangkanya Tante minum susu biar kuat kaya Cleo"
"nama kamu Cleo??"
gadis kecil itu mengangguk mengiyakan.
"boleh pegang?"
"boleh, tapi pelan-pelan ya..."
Cleo mengelus besi-besi itu takjub.. ia juga mengelus kaki Sarah..
ngilu rasanya tapi ia tahan takut si kecil ketakutan
"cllleeeeeeeeyy... cleeoo.. noooo..."
teriak seorang..
kaya kenal, tapi dimana ya??
"sorry.... maaf, maafkan putri saya" ujar pria tampan di hadapan sarah.
"tidak apa-apa tuan.. anak anda sudah meminta ijin dan saya mengijinkannya." jelas Sarah takut si kecil terkena marah
"dad, Tante itu sakit.. kasian... clay mau kasih Tante susu biar tulangnya kuat lagi" celoteh menggemaskan itu membuat Sarah ingin mencubit papanya.. eeehh, pipinya..
"boleh, nanti kita beli dulu susunya buat Tante..... eeemmmm clay tau namanya??"
"nooo, clay belum kenalan"
"okey, setelah kenalan, kita pulang. kau sudah terlalu lama disini princess.."
"Tante, siapa nama Tante? clay mau beli susu buat Tante" tanya gadis menggemaskan itu
"nama Tante Sarah"
"okey Tante Sarah, clay mau beli susu dulu.. bay Tante Sarah..."
"bay Cleo... see you..."
gemas...
seandainya Sarah langsung hamil saat menikah dengan Ardi, mungkin anak mereka seumuran dengan gadis kecil itu.
namun bukan hanya itu yang ada di pikiran Sarah.
pernah ketemu dimana ya???? aku yakin pernah ketemu, tapi dimana???
"sar, ayo.. kamu udah di panggil"
tepukan Sintia yang baru saja kembali dari toilet itu membuyarkan pikiran Sarah..
pembukaan alat penunjang kaki Sarah berjalan lancar.. kini Sarah hanya di bantu dengan tongkat agar kakinya terlatih berjalan..
"permisi nyonya Sarah, maaf ini ada titipan susu dari gadis kecil bernama Cleo " ujar seorang suster saat Sarah keluar ruang periksa dokter.
"cleey.. manis sekali, dia menepati janjinya. (gumam Sarah) baik sus, terimakasih banyak"
"sama-sama nyonya, saya permisi" ujar sang suster mengundurkan diri
"siapa Cleo?? anak kecil?? qo bisa kenal kamu??" tanya Sintia bingung
"iya tadi pas kamu ke toilet, ada anak kecil nyamperin, dia tanya akubrobot apa bukan, karna kaki aku banyak besi katanya. terus dia bilang aku harus banyak minum susu biar tulangnya kuat seperti dia."
"ooowwwhh.. sama siapa anak kecil td, ga mungkin sendiri kan??"
"sama papanya, hebat ya, anaknya di didik buat nepatin janjinya. tapi kayanya dia buru-buru jadi di titip ke suster." ujar Sarah sambil tersenyum.
"papanya ganteng sar???"
"hhuuuuuuuuussss kamu... lumayan sih, separuh bule" jawab Sarah sambil tersenyum
"eeeeehhhhh iiyyyaaa... aku pernah ketemu papanya di toko sin.. di pernah pesen kue dadakan di toko, terus Ardi Dateng sama Risma. Risma minta kue yang di pesen si tuan bule, ga tau malu banget ikhh"
"lah kamu belum cerita kalau kamu ketemu Ardi"
"aaaakkhhh udah ga penting" ujar Sarah jadi bad mood karna ingat kejadian itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments