tiga hari sudah Sarah dirawat di rumah sakit. dia masih enggan menerima Ardi sebagai tamunya. bahkan Ardi adalah salah satu orang yang di larang untuk menjenguknya
pagi ini jadwal terapi sarah terapi kakinya setelah operasi pasca tabrakan kala itu.
"Bu Sarah... sudah siap?? kita keruang terapi sekarang ya Bu.." ujar seorang suster.
"iya sus" jawab Sarah pelan.
setibanya di ruang terapi, sesak terasa di dalam dada.. tak menyangka ia akan menjadi Sarah yang sekarang. tak dapat berjalan karena kebodohannya menangisi orang yang menyakiti hatinya.
setelah bersusah payah melakukan terapi kaki, Sarah merasa menyerah dengan takdirnya.
"apa saya bisa sembuh dok?? apa bisa berjalan lagi? saya kira nggak, saya ga sanggup"
tangis Sarah pecah saat ia merasa sakit yang luar biasa dikakinya. semakin ia mencoba menggerakkan, kakinya semakin sakit.
"ibu merasa sakit di kaki ibu???" tanya sang dokter.
"ya,"
"itu artinya kemungkinan untuk sembuh besar Bu, karna sel-selnya kemungkinan masih berfungsi.. hanya beberapa bagian saja memang membutuhkan waktu penyembuhan." jelas sang dokter..
tangis Sarah tak terbendung, sebatang kara, tak ada yang menemani. hanya ada Sintia itu pun tak sepenuhnya, karna ia mempunyai kewajiban untuk suami dan anaknya.
"sabar Bu Sarah, ini masih awal. baru beberapa hari pasca operasi, nanti kita jadwalkan lagi. biar sakit pasca operasinya hilang dulu" jelas dokter membuat Sarah terdiam.
apa dia harus berujung di kursi roda??? membayangkannya saja sudah pilu apa lagi harus menjalankannya.
.
.
🍂🍂🍂
.
.
driit
driiiittt
driiiittt...
gawai Sarah berbunyi, ada beberapa panggilan tak terjawab
mama Lidia call
"hallloo mah, assalamualaikum.."
"SARAAAAAHH.. Sarah, waalaikumussalam nak, Sarah gimana keadaan kamu?? mama baru denger kamu kecelakaan sayang, apa yang sakit,?? Sarah, hallo...." cuitan sang penelpon tak membiarkan Sarah menjawab sedikitpun pertanyaannya.
begitulah mama Lidia, adik kandung dari sang ibu yang menyayanginya seperti anak sendiri. namun apa daya, mama Lidia harus menetap di Denmark mengikuti suaminya.
"mama tau aku kecelakaan dari mana ma??" tanya Sarah bingung.
"kemarin mama telpon rumah, kamu ga ada katanya kamu lagi pergi, terus mama telpon kamu ga bisa-bisa. terus mama coba hubungi suami kamu tadi pagi. dia yang bilang kamu kecelakaan.. gimana ceritanya sih nak?? qo bisa sampe hilang kendali begitu???"
mama tau aku kecelakaan dari mas Ardi, apa mas Ardi cerita tentang masalah perceraian kemama??
"mas Ardi, cerita apa aja kemama??" tanya Sarah pada sang mama
"Ardi cuma cerita kamu kecelakaan tiga hari lalu karna ban mobilmu selip, qo bisa sih sar?? mama tau banget kamu lho.. ga mungkin kamu ga urus mobil kamu." ringkas mama lidia
"iya mah, mama ga usah khawatir.. aku baik-baik aja.." ucap Sarah menenangkan mama Linda.
"nggak, enak aja tenang-tenang.. hari ini mama pulang ke Indonesia. mama mau liat keadaan kamu"
"ma, Sarah ga apa-apa ko... mama jangan ngerepotin diri sendiri deh aakkhhh.. Sarah kan kuat.. kata om Marius, aku kan bubbles, anggotanya the power puff girls." ucap Sarah sembari tersenyum,
tapi tak terasa justru lelehan air mata membasahi pipinya.
teringat akan masa-masa kecilnya dulu saat dimanja oleh orang-orang tercintanya.
"sar, mama tau kamu ga baik-baik aja nak, serapat apa pun kamu menutupinya, dari hembusan nafas kamu aja mama tau kamu sakit (hati)"
"ya sakit lah ma, kaki aku patah, kepala aku pitak sebelah terus di jait, masa ga sakit" ujar Sarah mencoba membuat mama Lidia tertawa
"hati kamu, hati kamu yang ga baik-baik aja"
deeeeeeegggg
mungkin jika mama Lidia ada disini, tumpah ruah sudah pelukan dan tangisan Sarah
"maaaahhh"
"sar, tunggu mama pulang."
tak hentinya Ari mata jatuh dari mata Sarah seraya panggilan dengan mama Lidia di matikan.
.
.
🍂🍂🍂
.
.
kurang lebih enam belas jam mama Lidia mengudara dari Denmark menuju Indonesia. lelah sudah tak dirasa saat sampai di bandara. tujuannya adalah melihat keadaan putri kecilnya. putri dari kakak kesayangannya. harta satu satunya yang masih tersisa.
mama Lidia mempunyai dua orang anak laki-laki dari pernikahannya dengan Marius sang suami. namun anak-anak dari mama Lidia tak terlalu dekat dengan Sarah karna jarak dan waktu mereka berbeda.
matahari nampak malu-malu menampakkan dirinya saat mama Lidia sampai di rumah sakit. wanita paruh baya yang masih energik itu memasuki gedung dengan percaya diri berbekal alamat yang diberikan Sarah.
toook,
toookk,
toooookk..
"assalamualaikum..." salam mama Lidia sambil memutar handle pintu
"waalaikumussalam.... mamaaaaaaa.... mama bener Dateng??? maaaaaaa..." Sarah merentangkan tangannya berharap pelukan sang mama,
bagai mimpi, mamanya benar-benar datang menemuinya
bisa dihitung jari mama Lidia mengunjunginya. terakhir saat wafatnya sang ibu, mama Lidia pulang dan berlama-lama di Indonesia. setelah itu, mama Lidia hanya menghubungi Sarah via telpon, atau video call.
"iya sayang... mama datang, mama sudah janji kan.. mama akan temenin kamu sampe pulih Sarah.. mama janji"
bag mendapat oase di Padang pasir.. mama Lidia membuat Sarah tak hentinya mengucap syukur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments