Pria tua itu tiba-tiba menghentikan Imbran dan berkata, "Nak, ini kartu namaku. jika suatu saat kamu mau jual obat herbal langka lagi di masa depan, langsung telepon aku saja. Masalah harga itu gampang. Oh iya. Siapa namamu?"
Imbran mengambil kartu nama yang diserahkan oleh pria tua itu dan mengamatinya. Ternyata, pria tua ini bernama Topan naratama.
"Namaku Imbran Baskara," kata Imbran setelah mengamati dengan seksama kartu nama itu.
"Namaku Silvia naratama." Gadis yang hanya menonton di samping barusan menjadi sedikit penasaran tentang Imbran. dan Dia juga memperkenalkan dirinya.
"Pak Topaan, Jika tidak ada urusan lain lagi, aku akan pergi dulu." Imbran tidak ingin berlama-lama di sana setelah uangnya masuk ke rekening dia dengan segera ingin pergi dari situ tanpa memperdulikan silvia
"Silvia, tolong antar nak Imbran untukku." Topan berkata pelan"
"ya kek"
Setelah mendapatkan dua ginseng berusia 100 tahun, Topan yang sangat mencintai obat-obatan herbal tentu tidak akan membuang waktu lagi untuk berbasa-basi terlalu lama kepada Imbran. Dia akan mengeringkan dua ginseng tanpa kerusakan agar bisa disimpan dengan lebih baik.
"Nona Silvia, kenapa kamu melihatku dengan tatapan aneh?" tanya Imbran setelah sampai di luar toko.
Silvia menatap Imbran sepanjang waktu ketika mengantarnya keluar. Imbran tidak akan berpikir bahwa Silvia jatuh cinta pada pandangan pertama pada dirinya bukan.
"Aku pernah lihat banyak penggali ginseng, tapi mereka berbeda dengan kamu," kata Silvia
"Berbeda? Apanya yang beda Nona? Bukannya sama-sama punya dua mata dan satu hidung?" Awalnya, Imbran ingin menyangkal bahwa dirinya adalah penggali ginseng, tetapi dia merasa Silvia sangat menarik. Jadi, dia ingin menjailinya.
"Beda, dong. Jari-jari penggali ginseng itu kasar, kapalan dan tidak halus kayak kulit kamu," jawab Silvia dengan wajah serius.
Imbran merasa geli sendiri mendengar jawaban Silvia. Pria jantan sepertinya malah dikatai berkulit halus oleh seorang gadis belia. Imbran pun tampak jengkel dan berkata, "Baiklah, aku bukan penggali ginseng. Aku hanya mendapatkan dua ginseng itu secara kebetulan. Kalau tidak ada urusan lain, aku pergi dulu, ya."
Imbran benar-benar takut Silvia akan berkomentar-panjang lebar apa lagi jika dia tinggal lebih lama bersamanya.
"Kenapa kamu buru-buru pergi?
Memangnya kamu takut untuk bicara dengan seorang gadis cantik sepertiku? Jangan-jangan kamu tidak suka cewek, tapi suka...
"Aahhh
Silvia berteriak di tengah kalimat dan segera menjauhkan diri dari Imbran.
"Jangan membual. Aku masih ada urusan dan harus pergi dulu. Benaran, deh, kenapa gadis-gadis sekarang memikirkan hal yang tidak-tidak?" Imbran menatap Silvia dengan perasaan tidak berdaya.
"Cih, siapa tahu?" Silvia menunjukkan ekspresi tidak percaya.
Saat ini, taksi pun datang. Imbran mengabaikan Silvia dan langsung pergi Meninggal seorang gadis yang kesal.
Melihat Imbran mengabaikan dirinya dan pergi begitu saja, Silvia mengentakkan kakinya dengan keras. Dia berbalik untuk menghadap kakeknya dengan wajah cemberut.
"Kakek, dia hanya mendapatkan dua ginseng ini secara kebetulan," kata Silvia dengan ekspresi kesal.
Silvia merasa emosi saat memikirkan penampilan Imbran yang tidak ingin tinggal bersamanya seolah-olah ada sesuatu yang kotor di tubuhnya.
Setiap wanita sangat memperhatikan kecantikannya. Silvia pun merasa dirinya cukup cantik. Dia tentu saja jengkel karena diperlakukan seperti itu oleh Imbran.
"Kamu benaran berpikir begitu?" Topan tiba-tiba mendongak ketika dia sedang membersihkan kotoran di ginseng dengan hati-hati. Lalu, dia pun tersenyum misterius.
"Bukankah memang begitu?" jawab Silvia.
"Kalau dia hanya mendapatkan dua ginseng ini secara kebetulan, apakah Kakek akan beri dia kartu nama dan berbicara padanya seperti itu?"
tanya Topan dengan tenang sambil melihat ginseng di tangannya.
"Apakah ada alasan lain kek?" Silvia menatapi kakeknya dengan mata lebar.
"Ginseng ini sepertinya baru saja digali dari lumpur, tapi tidak ada hasil ginseng di tempat kita. Apalagi Kakek belum pernah melihat tanah yang seperti di akar ginseng ini. Yang paling penting adalah penampilannya. Dia sama sekali tidak punya ekspresi lain ketika mendengar itu adalah ginseng berusia 100 tahun, seolah-olah itu hanya dua lobak biasa. Artinya, dia sudah lama tahu ini adalah ginseng berusia 100 tahun. Hanya ada satu alasan kalau dia tetap ingin menjualnya. Dia bisa mendapatkan ginseng berusia seratus tahun lagi. Menurutmu, apakah pantas Kakek memberikan kartu nama pada orang seperti ini?"
Topan memandangi cucunya yang polos sambil tersenyum.
"Kakek, benarkah begitu?" Silvia masih tidak percaya.
Bagaimanapun juga, ginseng berusia 100 tahun bukanlah lobak biasa yang mudah ditemui.
"Kakek tidak akan salah menilai orang. Ada orang-orang yang berbeda dengan kita para orang biasa," kata Topan dengan penuh arti. Dia sepertinya sedang sentimental atas sesuatu.
Silvia mengangguk dan tidak berbicara lebih lanjut.
Namun, dia membulatkan hatinya. Jika dia bertemu dengan Imbran lain kali, dia pasti harus memberinya sedikit pelajaran. Imbran benar-benar jahat sampai berani membohongi dirinya.
***
Tepat setelah Imbran pergi seseorang muncul di halaman belakang.
mendengar langkah kaki silvia segera
Melihatnya, dan dia segera berlari ke sana dengan penuh semangat dan memeluk orang itu. Dia berkata dengan gembira, "Kak Salsa, akhirnya kamu datang juga untuk bermain denganku. Bagus sekali!"
"Sudah sebesar ini masih saja suka bermain. Anak cewek harus kalem. Kalau tidak, tidak ada cowok yang menyukaimu," jawab Salsa sambil tersenyum.
Jika Imbran masih di sana, dia pasti akan mengenali bahwa orang ini adalah teman barunya, Salsa Lunar.
"Apa bagusnya para cowok sialan itu? Aku tidak sudi." Silvia pun cemberut karena kesal.
Salsa tidak terlalu memikirkan ucapan silvia. Dia berjalan ke arah Topan sambil menarik tangan Silvia.
"Kakek Topan baru saja mendapatkan ginseng berusia 100 tahun Loh kak?
Serius?" tanya,
Reysa dengan penuh semangat.
"Tentu saja, Kakek 'kan bukan Silvia yang tidak dapat diandalkan." Topan mengambil kesempatan untuk menjahili cucunya yang terlalu polos.
"Kakek, aku tidak mau peduli lagi dengan
Kakek!" ujar Silvia. Dia cemberut lagi.
Salsa tersenyum karena pertengkaran kecil mereka. Namun, Salsa menjadi sedikit murung karena memikirkan nasib kakeknya sendiri.
"salsa, kali ini Kakek mendapatkan barang bagus untukmu. Ginseng itu bukan hanya ginseng berusia 100 tahun, tapi kualitasnya juga tertinggi di antara ginseng berusia 100 tahun. Meskipun tidak bisa menyembuhkan penyakit kakek mu kita juga bisa mengulur waktu sebanyak mungkin," kata Topan sambil tersenyum.
"Terima kasih banyak, Kakek Topan. Omong-omong, berapa harga ginseng berusia 100 tahun?" Suasana hati Salsa menjadi lebih baik karena apa yang dikatakan Topan.
"Bagaimanapun, sangat sulit untuk bisa membiarkan kakeknya hidup lebih lama.
"Totalnya ada dua. Kakek terima dengan harga delapan miliar rupiah per satunya. Kakek Tidak akan ambil untung dari kamu. Kakek jual satu ginseng padamu dengan harga yang sama saja," ujar Topan dengan serius.
"Kakek Topan tahu aku tidak kekurangan uang. Aku juga tidak mau Kakek Topan rugi. Aku beli satu ginseng dengan harga sepuluh miliar rupiah. Kakek Farhan jual saja dua-duanya padaku." Salsa ingin membeli dua ginseng berusia 100 tahun milik Farhan.
"Salsa, ini bukan masalah uang. Kamu juga tahu ginseng berusia 100 tahun sangat langka di dunia. Kakek punya kebutuhan untuk menyimpan satu ginseng. Mohon maklumi. Jangan khawatir, Kakek pasti akan menyimpan untukmu kalau ada ginseng berusia 100 tahun lagi kedepan nya."
Topan teringat pada Imbran. Dia percaya Imbran masih memiliki ginseng Liar yang berusia tua.
"Kalau begitu, terima kasih, Kakek Topan." Salsa memahami maksud Topan dan tidak memaksanya.
Setelah tinggal sebentar di Apotek Pratama, Salsa pergi keluar dan menelepon Imbran.
(To Be Continued)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments