Cari Mati

Pagi ini Haikal mengawali harinya dengan memberikan tugas tambahan di kelas mahasiswa baru, karena dosen yang bersangkutan sedang berhalangan hadir.

"Selamat pagi semua". Sapanya ketika sampai di kelas.

"Selamat pagi kak". Jawab semua mahasiswa kompak. Ada sepasang bola mata indah milik Aninda yang sedang mengawasi gerak-gerik nya. Ketika maniknya bertemu dengan manik Anin seketika Anin langsung melemparkan senyuman semanis mungkin.

"Semangat banget gue hari ini kalau yang gantiin pak Bimo modelan bening gini". Ucap salah seorang mahasiswa.

"Wuuuuuuuu". Semua mahasiswa bersorak.

"Sudah, sudah tenang, hari pak Bimo berhalangan dan beliau menyuruh saya untuk memberikan tugas ini ke kalian jadi silahkan di kerjakan dan saya yang akan mengawas". Ucapnya lagi dengan senyuman ramah yang mampu menghipnotis banyak wanita.

"Saya rela deh ujian atau di kasih tugas tiap hari asal yang ngasih kak Haikal". Lagi-lagi ucapan dari salah satu mahasiswa itu mampu membuat suasana riuh.

"Kak, bagi nomor HP dong siapa tau kita cocok".

"Kak, kok senyumnya manis banget kayak madu".

"Kak, kriteria cewek idamannya kayak gimana sih?".

"Kak jangan ramah-ramah kesemua orang dong kan aku cemburu".

Haikal hanya menghela nafas dan menggeleng kan kepalanya mendengar para mahasiswi itu terus menggodanya.

Ayo semangat ngerjainnya jangan ribut lagi". Jawab Haikal.

Suasana menjadi hening ketika semua mahasiswa mengerjakan tugas dari dosen, tanpa sengaja manik Haikal menatap seorang gadis cantik yang sempat di kaguminya beberapa Minggu yang lalu, dia adalah Aninda.

Perasaan nyaman hadir ketika dia menatap wajah cantik itu tapi seketika semua kata-kata dari sahabatnya langsung membuatnya sadar dan langsung membuang pandangannya. Haikal tidak ingin konsentrasinya untuk belajar dan menyelesaikan kuliah tepat waktu akan terganggu hanya karena urusannya dengan seorang gadis.

Bruuuk....

"Maaf kak aku nggak sengaja". Ucap Anin padahal dia memang sengaja menabrak lelaki di hadapannya.

"Oh, ya nggak apa-apa kok. Kamu nggak apa-apa?". Tanya Haikal.

"Nggak apa-apa kak, kakak gimana?". Anin memasang senyuman mautnya membuat jantung Haikal berdetak kencang.

"Aku juga nggak apa-apa".

"Oh ya, kakak ini kak Haikal yang Asdos itu kan?".

"Iya, aku Haikal".

"Kenalin kak aku Aninda". Menyodorkan tangannya dan disambut oleh Haikal.

"Kakak pinter banget ya, aku banyak pelajaran yang nggak aku paham, kakak mau nggak bantu aku?". Kali ini nada bicara Anin seperti seorang anak kecil yang sedang memohon.

"Emmmh gimana ya". Haikal ragu karena takut dengan ancaman dari sahabatnya untuk menjauhi Anin.

"Please kak". Anin sekarang bahkan berani memegang tangan Haikal yang membuat Haikal salah tingkah.

"Emmh boleh deh, nanti kalau aku ada waktu kosong ya". Ucapnya menarik tangannya yang di pegang Anin.

"Oke, makasih ya kak". Ucap Anin kegirangan.

"Aku duluan ya Nin, soalnya di tungguin dosen ada hal yang harus di bicarakan". Haikal lalu beranjak.

"Iya kak, sekali lagi makasih ya". Tersenyum kecut.

Liat, emang ada cowok yang bisa nolak gue. Gumamnya dalam hati.

"Jadi dia target baru loe". Suara seseorang di belakang Anin membuatnya menoleh kebelakang.

"Diam loe, gue lagi nggak mau berdebat sama loe". Jawabnya ketus.

"Gue tau siapa loe Anin, dari dulu kita selalu satu sekolah, loe bukan orang yang percaya cinta apalagi jatuh cinta jadi gue tau loe cuma mau main-main sama kak Haikal kan".

"Bukan urusan loe". Jawabnya ketus.

"Tentu urusan gue karena gue nggak mau loe cuma manfaatin kak Haikal cuma buat bahan kesenangan loe aja". Ucap seorang gadis yang ternyata adalah Maya.

"May, stop ngurusin hidup gue ya, gue muak tau nggak". Ucap Anin dengan kesal.

"Gue juga nggak mau ngurusin hidup loe asal loe jauhi kak Haikal".

"Emang loe siapanya dia? Pacarnya?". Tanya Anin ketus.

"Gue orang yang care sama dia. Jadi stop semua obsesi gila loe itu karena kak Haikal orang baik dan dia mahasiswa yang pintar kalau loe nargetin cowok brengsek gue sih nggak masalah". Ucap Maya lantang.

"Nggak usah sok ceramahin gue ya, siapapun yang gue mau harus gue dapat dan loe bisa gue usir dari kampus ini sekarang juga, jadi jangan ikut campur". Ucap Maya ketus dan meninggalkan Maya.

Aku akan pastikan kali ini rencana loe gagal Aninda. Gumam Maya.

"Maaf ya lama tadi gue ketemu dosen dulu, ya udah yuk ke kantin kali ini gue yang bayarin ya". Ucap Haikal pada kedua sahabatnya.

"Wih pak Asdos lagi dapat banyak dapat rezeki nih kayaknya dari dosen". Jawab Nino.

"Lumayanlah, pokoknya kali ini gue yang bayarin, yuk buruan laper gue". Ajak Haikal.

"Enak juga ya punya otak encer kayak loe, ada gunanya juga". Celetuk Rian.

"Emang otak Loe nggak bisa di pake dalam hal apapun". Jawab Nino.

"Bisa dong, modusin cewek-cewek cantik misalnya otak gue bekerja dengan baik tuh". Rian cengengesan.

"Dasar loe, cewek aja yang ada di pikiran loe. Buruan mau ikut nggak ni?". Ujar Haikal.

"Oke deh ayo". Ucap Rian dan Nino kompak. Mereka pun berjalan beriringan menuju kantin.

Sesampainya di kantin mereka memesan makanan dan mencari bangku yang kosong untuk mereka duduki.

Tiba-tiba seseorang berjalan kearah mereka dan berkata "Kak, aku duduk disini ya, nggak ada kawan jadi males duduk sendirian". Ujar Anin dengan senyuman manis dan langsung duduk tanpa menunggu jawaban mereka.

"Hai, kak Haikal". Sapa Anin ramah kearah Haikal.

"Hai". Jawab Haikal dengan senyum kecut.

"Eh, Anin kok tumben sendirian?". Tanya Nino terbata.

"Nggak sendiri lagi kok, kan ada kakak-kakak yang nemenin aku. Lagian kak Nino sama kak Rian kayak baru kenal aja sama aku, kan dari SMP kita udah satu sekolah". Jawab Anin.

"Hehe, iya sih cuma dari dulu kita nggak akrab gitu". Jawab Nino salah tingkah. Rian hanya terdiam tidak menanggapi ucapan dari Anin karena dia memang tidak suka dengan kehadiran Anin di sana.

"Dulu nggak akrab sekarang kan bisa kita akrab, apalagi aku mau di ajarin banyak pelajaran nanti sama kak Haikal jadi kita akan sering bareng, ya kan kak?". Tanya Anin ke Haikal yang tampak tak percaya kalau mereka sedang duduk bersama Anin.

"Eh, iya". Jawab Haikal dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Seketika mendengar penyataan dari Anin membuat Rian dan Nino saling berpandangan dengan tatapan yang sulit di artikan.

Cari mati ini anak. Gumam mereka kompak.

***Hai READERS yang baik hati jangan lupa like dan komen untuk masukan tentang novel aku yaa* 🤗💖**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!