Sandiwara

Saat mengantarkan Anin ke kelasnya Haikal berpas-pasan dengan Maya yang juga hendak masuk ke kelasnya.

Maya menatap Haikal penuh tanda tanya, namun Haikal tidak menanggapi tatapan Maya tersebut dan meneruskan langkahnya.

"Sayang, selamat belajar, aku ke kelasku dulu ya". Ucapnya kepada Anin dengan nada bicara yang dibuat semanis mungkin.

"Iya sayang, bye". Anin melepaskan pegangannya di lengan Haikal lalu menatap sinis Maya yang berada di hadapannya.

"Permainan apa lagi ini Anin?". Tanya Maya menarik tangan Anin yang hendak meninggalkannya.

"Lepasin gue, dan asal loe tau hidup gue sama sekali nggak ada hubungannya sama loe jadi stop ngurusin hidup gue". Jawab Anin ketus.

"Gue kan udah bilang, jangan kak Haikal Anin, masih banyak cowok ganteng dan kaya di luar sana. Kak Haikal nggak pantas loe mainin".

"Asal loe tau ya May, Haikal itu bukan untuk gue mainin, gue sama dia serius dan kami akan menikah".

"Apa? Loe benar-benar nggak waras lagi kayaknya Nin, loe pikir menikah itu permainan sampai loe mau main-main sama pernikahan, loe boleh nggak punya hati tapi jangan sampai loe nggak punya otak juga mau mainin pernikahan".

"Loe jaga ya omongan loe gue nggak terpengaruh lagi apapun yang akan loe bilang, gue sama Haikal akan segera menikah".

"Anin". Maya meninggikan suaranya.

"Kenapa hah?. Kenapa loe begitu peduli sama Haikal, loe suka sama dia, iya?". Tanya Anin.

"Iya, gue suka sama dia dan gue nggak akan ngebiarin loe nikah sama dia". Jawab Maya lantang.

"Haha, kasian banget ya loe May, kemarin aja loe bilang kalau gue yang menyedihkan karena gue nggak punya kasih sayang dari keluarga gue, tapi loe liat sekarang, loe yang menyedihkan karena cowok yang loe suka nggak suka sama loe dan malah mau nikahin gue, sedih banget sih loe". Ucap Anin dengan nada mengejek.

"Udah lepasin gue, gue muak ngomong sama cewek nggak tau diri kayak loe". Anin menghempaskan tangannya yang di pegang oleh Maya dengan kasar.

"Anin apapun rencana loe gue bakal batalin itu, gue yakin kak Haikal nggak mungkin bener-bener mau nikahin loe tanpa paksaan". Gumam Maya dalam hati.

°°°°°

"Loe apaan Kal?". Tanya Rian geram melihat tingkahnya bersama Anin tadi.

"Apaan gimana?". Tanya Haikal datar.

"Apa maksudnya tadi itu?". Tanya Rian lagi.

"Itu?. Ya itu tadi gue sama Anin ke kampus bareng, emang ada masalah?".

"Wah bener-bener ni anak udah kagak waras". Celetuk Nino.

"Kalian denger ya gue sama Anin sekarang sepasang kekasih, jadi kalian bakal liat gue tiap hari bareng sama Anin". Ucap Haikal.

"Loe sehat kan?". Tanya Nino sambil memegang kening Haikal dengan punggung tangannya.

"Apaan sih No". Haikal langsung menepis tangan Nino.

"Haikal, mendingan loe jauhin si Anin, loe tau kan kalau loe udah berurusan sama dia bakal panjang buntutnya kedepan". Ucap Rian.

"Gue nggak bisa lepas dari Anin lagi Yan, gue bakal nikah sama Anin begitu kuliah gue selesai". Ucap Haikal datar.

"Apa?". Teriak Nino.

"Tapi kenapa sampai kayak gini sih Kal, bukannya loe udah ngelakuin apa yang di perintah sama Anin buat nembak dia dan dia juga nolak loe didepan semua orang". Ucap Rian lagi.

"Gue cinta sama Anin, kami saling mencintai".

"Bohong, kak Haikal bohong kan?". Tanya Maya tiba-tiba datang menghampiri mereka.

"Maya". Seru Haikal.

"Kak, kak Haikal nggak perlu pura-pura di depan kami semua disini karena kami yang lebih kenal Anin. Kami udah kenal dia sejak SMP jadi sangat nggak mungkin kalau Anin cinta sama orang lain selain dirinya". Lanjut Maya lagi yang berdiri tepat didepan Haikal.

"Iya, Maya bener Kal, kami kenal Anin sejak dulu jadi nggak mungkin dia mau gitu aja jadi pacar loe apalagi sampai nikah segala, dia deket sama cowok aja nggak pernah karena dia merasa kalau dia mampu melakukan segalanya sendiri". Rian menimpali.

"Kal, lebih baik jujur aja deh sama kita loe di apain sama Anin?. Loe di pelet ya". Celetuk Nino yang membuat Rian menjitak kepalanya.

"Aaaw. Sakit Yan". Nino meringis kesakitan.

"Makanya ngomong jangan ngawur loe".

"Udah ya, terserah kalian percaya apa nggak gue nggak peduli, gue cuma mau tegasin ke kalian kalau gue sama Anin pacaran dan nggak lama lagi kita bakal nikah". Ucap Haikal tegas lalu meninggalkan mereka semua.

Maafin gue temen-temen, gue harus bersandiwara di depan kalian semua karena gue harus nepatin janji gue sama Anin. May, maafin aku ya, aku nggak bermaksud bohongin kamu. Gumam Haikal dengan wajah sedih.

Nggak, ini nggak bener pasti ada sesuatu yang di sembunyikan oleh kak Haikal dan aku harus cari tahu itu. Kak Haikal nggak mungkin mencintai Anin. Gumam Maya yang masih mematung di tempatnya kemudian dia menghela nafas dengan kasar dan memilih untuk mengejar Haikal agar mendapatkan penjelasan yang lebih jelas.

"Kak Haikal". Maya memanggil Haikal. "Aku mau ngomong serius sama kakak". Lanjut Maya lagi.

"Ada apa lagi May?. Semua kan udah jelas semua tadi". Jawab Haikal.

"Aku nggak tau apa yang udah Anin lakukan untuk mengancam kak Haikal, tapi yang jelas aku akan mencari tahu itu semua karena aku nggak akan ngebiarin kak Haikal menikahi Anin, apalagi dalam keadaan terpaksa karena aku yakin kak Haikal sama sekali tidak mencintai Anin". Ucap Maya lirih dan tanpa terasa air matanya menetes di pipi. Haikal yang menyaksikan hal itu merasa sangat bersalah kepadanya apalagi Maya karena telah bebohong pada orang-orang yang peduli padanya.

May, jangan bersikap seperti aku akan semakin merasa bersalah. Batin Haikal.

"May, udah lah nggak usah di bahas lagi, ini hidup aku dan kamu nggak usah ambil pusing tentang hidup aku".

"Baik, aku nggak akan ikut campur tentang kehidupan kakak kalau memang kakak benar-benar mencintai Anin". Maya menghapus kasar air matanya.

"Aku cinta sama Anin May". Ucap Haikal datar.

"Pandang mata aku dan katakan kalau kakak memang benar-benar mencintai Anin". Ujar Maya, namun Haikal hanya diam membuang pandangannya kearah lain. "Ayo bilang ke aku kakak cinta sama Anin dan hubungan kalian ini bukan karena keterpaksaan".

"May, berhentilah mem...". Pembicaraan Haikal langsung di potong oleh Maya.

"Cukup, itu sudah cukup kak, aku udah tau jawabannya, aku merasa kecewa banget sama kakak, karena kakak mau melakukan sandiwara sebesar ini. Kakak nggak sendiri, kakak punya kak Rian dan kak Nino yang akan selalu bantuin kakak kalau kakak kesulitan dan kakak punya aku kak, kakak bisa bilang ke aku apapun karena aku akan selalu ada untuk kakak". Ucap Maya yang lagi-lagi menumpahkan air matanya.

"May".

"Kakak udah membuat hatiku hancur karena tidak bisa mempercayai aku untuk mendengarkan masalah yang kakak hadapi sehingga kakak lebih memilih sandiwara konyol ini". Maya menghapus air matanya lalu pergi meninggalkan Haikal.

Apa kakak nggak tau kalau hatiku lebih hancur lagi mendengar kakak akan menikahi Anin. Gumam Maya yang terus melangkah meninggalkan Haikal.

Bodoh, aku memang terlalu bodoh, hanya karena aku tidak ingin menyusahkan Rian dan Nino aku mengambil keputusan sebesar ini di hidupku tanpa meminta pendapat mereka. Maya, Rian, Nino maafi aku, tapi semua udah nggak bisa di ulang lagi. Batin Haikal yang menatap kepergian Maya tanpa bisa menahannya.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!