"Lakukan apapun yang masuk mau di hidupku, aku hanya ingin melihat ibuku sembuh". Ucap Haikal datar saat bertemu dengan Anin di kampus.
"Bagus, kakak memang udah membuat keputusan yang benar". Jawab Anin.
"Aku akan menikahimu tapi jangan pernah campuri kehidupan pribadiku, begitu juga dengan apa yang tidak akan pernah mencampuri urusan pribadimu".
"Oke, aku setuju".
"Dan aku tidak akan pernah bisa dipaksa untuk memberikanmu seorang anak kita hanya akan menikah tetapi kita tidak akan pernah melakukan kewajiban kita sebagai sepasang suami istri".
Apa?. Sombong sekali dia, kamu pikir kamu bisa menolakku di ranjangmu, bahkan semua lelaki menginginkan nya. Oke, aku akan ikuti semua permainanmu Haikal. Gumam Anin.
"Aku setuju tapi aku ingin di depan semua orang kita menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai sangat bahagia karena akan segera menikah, dan setelah menikah berakting lah seolah-olah kita sangat bahagia dan saling mencintai".
"Hahaha, Anin kamu sedang membeli cintaku". Ucap Haikal dengan tawa yang mengejek.
"Terserah apapun yang kamu katakan aku tidak peduli, lakukan aja yang aku inginkan".
"Oke, Baiklah aku akan berakting sebaik mungkin sebagai kekasih dan suamimu nanti, tapi dengarkan aku baik-baik Anin, kamu tidak akan bahagia meskipun udah melakukan semua ini".
Anin berlalu begitu saja tanpa menjawab perkataan Haikal lagi. Karena dia tahu bahwa yang dikatakan oleh Haikal adalah hal yang benar, dan hatinya sakit saat mendengarkannya tetapi dia tidak ingin bangun dari mimpinya untuk segera memiliki keluarga terutama seorang anak.
Operasi pencangkokan ginjal Bu Siti berlangsung dengan dan kondisi Ibu Siti berangsur membaik. Seminggu pasca operasi Bu Siti diizinkan pulang oleh dokter, tentu saja Anin juga ikut mengantarnya pulang ke rumah. Dia terlihat sangat tulus saat memberi perhatian kepada Bu Siti tetapi di mata Haikal semua itu hanyalah sandiwara yang sedang dimainkan dengan sangat baik oleh Anin.
"Makasih ya nak, kamu udah repot-repot antarin ibu sampai ke rumah, maaf rumah kami seperti ini adanya". Ucap Siti saat tiba di rumah sederhananya.
"Nggak apa-apa Bu, lagian aku kan juga akan segera jadi menantu ibu". Jawab Anin sambil membantu Siti berbaring.
"Ibu beruntung karena Haikal mendapatkan wanita yang tepat untuk dijadikan istri". Ucap Siti lagi sambil tersenyum lembut.
Anin yang merasa sangat beruntung Bu, karena bisa mendapatkan dan merasakan kasih sayang seorang ibu lagi. Justru Haikal pasti yang sangat merasa hancur karena harus menikahiku. Gumam Anin membalas senyuman Siti.
Kamu memainkan peranmu dengan sangat baik Anin, bahkan aku sulit untuk membedakannya, aku bahkan berharap kamu tidak sedang bersandiwara. Hah, sungguh konyol bukan harapanku ini, baiklah aku juga akan memainkan peranku dengan baik di depan semua orang. Gumam Haikal yang tanpa sadar tersenyum bahagia melihat kedekatan Anin dan ibunya.
Melihat anaknya tersenyum bahagia ke arah Anin, membuat Siti yakin bahwa anaknya memang sangat mencintai calon menantunya itu.
Sepertinya kamu memang sedang jatuh cinta, ibu tidak menyangka kamu sudah begitu dewasa dan sebentar lagi kamu akan menikah. Gumam Siti.
°°°°°
Hari ini Haikal akan kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa di kampus karena keadaan ibunya juga semakin membaik.
"Bu, Ibu nggak apa-apa kalau aku masuk kuliah hari ini?". Tanya Haikal.
"Nggak apa-apa kok sayang, Ibu merasa keadaan Ibu semakin membaik sekarang, kamu pergi kuliah aja jangan terlalu lama libur nanti beasiswa kamu bermasalah lagi". Jawab Siti.
"Tapi ibu yakinkan enggak apa-apa?". Tanya Haikal lagi yang memang mencemaskan kesehatan ibunya.
"Nggak apa-apa sayang, percaya deh sama ibu". Jawab Siti dengan sangat lembut.
"Ya udah kalau gitu Haikal berangkat ya Bu".
"Iya, hati-hati sayang".
Haikal pun menuju pintu untuk segera berangkat ke kampus tetapi tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.
Tok, tok, tok...
Haikal membuka pintu dan melihat Anin sudah berada di depan pintu rumahnya.
"Assalamualaikum". Ucap Anin dengan sangat sopan.
"Walaikumsalam, eh ada nak Anin, ayo masuk dulu nak". Jawab Siti antusias melihat bahwa Anin yang datang.
"Nggak usah masuk lagi Bu, Anin kesini mau menjemput kak Haikal, Oh ya gimana keadaan ibu?". Tanya Anin.
"Alhamdulillah keadaan ibu sudah semakin membaik nak".
"Alhamdulillah, kalau gitu kami berangkat dulu ya Bu, ayo kak". Ucap Anin dengan sangat manis.
"Kamu harusnya tidak perlu jemput aku, aku bisa pergi sendiri". Jawab Haikal.
"Kalau pergi sama aku kan lebih baik. Kami pergi dulu ya Bu". Anin langsung merangkul lengan Haikal dan menariknya menuju mobil.
"Iya hati-hati ya".
"Nih kakak yang nyetir". Ucap Anin lagi sambil memberikan kunci mobilnya.
Haikal sama sekali tidak menjawab karena dia tidak ingin berdebat dengan Anin.
Suasana di dalam mobil sangat hening tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir mereka karena memang tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, mereka sudah sepakat dengan permainan ini.
Tiba di halaman kampus mobil Anin langsung diparkirkan oleh Haikal di tempat biasa. Semua mata membulat sempurna saat melihat sepasang manusia itu turun dari mobil bahkan Haikal terlihat bahagia dan membukakan pintu mobil untuk Anin.
Baiklah saatnya kita bermain-main Anin. Gumamnya melihat semua orang menatap ke arahnya.
"Ayo turun sayang". Ucap Haikal sangat lembut.
"Makasih ya sayang". Jawab Anin dengan senyum yang tak kalah manis.
*Gila, itu si Haikal sama si Anin Kenapa bisa romantis gitu".
"Itu Anin kan yang lagi gandengan sama Haikal nggak salah lihat gue".
"Ternyata mereka berdua serasi ya, yang satunya ganteng banget yang satunya cantik banget".
"Kok bisa sih mereka mesra gitu, bukannya si Anin udah nolak cintanya kak Haikal ya".
"Hebat banget Haikal kenapa ya Anin bisa takluk sama si Haikal, padahal selama ini banyak cowok yang ngejar cinta si Anin tapi cuma si Haikal tu kayaknya yang berhasil".
"Si Anin kan selama ini paling anti deket sama cowok kok bisa sih gandengan sama Haikal".
Begitulah bisik-bisik para mahasiswa yang melihat Anin dan Haikal bergandengan.
"Eh, bro liat itu apaan? apa mata gue udah nggak bener ya?". Tanya Nino menepuk punggung Rian dan menunjuk ke arah Anin dan Haikal.
"Haikal, Anin?". Ucap Rian tak percaya.
"Jadi itu beneran si Haikal sama Anin, gila ya si Anin permainan apalagi yang sedang dilakukannya?". Tanya Rian lagi.
"Wah ini nggak bener, No, pasti si Anin nih biang keroknya. Kita harus cari tahu".
"Bener-bener aneh ya si Anin, kemarin pas Haikal nembak dia ditolak, eh tahu-tahunya sekarang mereka gandengan, maunya apaan sih tu anak?. Untung cantik".
"Loe ya cantik aja yang ada di pikiran loe". Ucap Rian dengan toyoran di kepala Nino.
"Aw, sakit tau". Nino meringis kesakitan.
"Yuk kita cari tau, si Haikal udah menuju kelas kita tuh". Ajak Rian menarik tangan Nino.
***Bersambung*....
Hai, READERS yang udah mampir di novel aku, makasih ya, jangan lupa ritualnya dong like, comment dan vote yaa say 💖🤗**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments