Sejak kematian suaminya Lestari sama sekali tidak lagi bisa di ajak komunikasi dengan baik, dia tidak pernah merespon apapun yang di bicarakan oleh lawan bicaranya. Dia menghabiskan waktu hanya dengan duduk termenung di atas kasurnya.
"Mi, ayo kita makan dulu, mami tidak makan apa-apa beberapa hari ini kan?". Anin menghampiri ibunya yang betah di kamar sejak kematian sang ayah.
"Sebenarnya apa salah Anin mi, apa yang salah biar Anin bisa memperbaiki semuanya yang penting kita bisa kembali seperti dulu lagi. Kalian bertindak dan bersikap seolah-olah Anin nggak penting di hidup kalian, kenapa mi?, jawab Anin". Kali ini suara Anin sangat keras karena rasa kecewa di hatinya.
Tidak ada jawaban, Lestari hanya diam dengan tatapan kosong tanpa menoleh kearah Anin.
Hari ke hari di lalui Anin tanpa perhatian dan kasih sayang lagi dari Lestari yang mengalami depresi berat. Dokter pun tidak dapat membantu banyak karena tubuh Lestari sama sekali tidak merespon apapun pengobatan yang diberikan oleh dokter kepadanya.
Tubuh Lestari tampak sangat kurus dengan berbagai alat medis yang terpasang di tubuhnya untuknya bertahan hidup.
"Kenapa papi sama mami sangat jahat kepadaku Bu?". Tanya Anin kepada Marta yang sedang berdiri di sampingnya memandang tubuh Lestari yang lemah tak berdaya di atas kasur.
"Jangan bicara seperti itu non, mami sama papi non Anin sangat sayang kepada non Anin". Jawab Marta.
"Sayang seperti apa yang coba mereka tunjukkan kepada Anin Bu?. Bahkan Anin belum curhat sama mami tentang bagaimana rasanya jatuh cinta untuk pertama kalinya, aku juga belum minta izin kepada papi untuk kencan pertamaku, tapi mereka udah menghancurkan hatiku untuk tidak pernah percaya dengan namanya cinta dan kasih sayang bu. Aku ingin menikmati masa mudaku dengan di dampingi oleh kedua orang tuanku Bu". Ucap Anin dengan nada bicara yang keras dan cucuran air mata yang meleleh di pipinya
Bu Marta langsung memeluk tubuh Anin mendengarkan perkataannya itu.
"Ibu tidak tahu harus mengatakan apa kepada non Anin, tapi ibu janji non, ibu tidak akan pernah meninggalkan non Anin sendirian". Ucapnya sambil mengelus pundak Anin.
"Bu, aku tidak punya siapa-siapa lagi sekarang Bu, aku sebatang kara, hidupku sangat menyedihkan Bu". Ucap Anin lagi dalam pelukan Marta.
"Jangan bicara seperti itu non, ibu akan selalu ada untuk non Anin, nona tidak akan pernah ibu biarkan sendirian". Ucap Marta mencoba menenangkan Anin.
"Ibu janjikan Bu, kalau ibu tidak akan pernah ninggalin aku, aku takut Bu, aku sangat kesepian sekarang". Tanya Anin menyakinkan dirinya sendiri.
Marta melepaskan pelukannya lalu menghapus air mata Anin. "Ibu janji non, sepanjang hidup ibu akan di abdikan untuk nona Anin". Ujarnya lagi.
"Makasih ya Bu, sekarang cuma ibu yang Anin punya di hidup Anin". Ujar Anin yang kembali memeluk Marta dengan sangat erat.
Tiiiiiit......
Suara pada layar monitor yang terpasang pada tubuh Lestari yang menandakan bahwa semua tanda vital nya (vital sign) sudah tidak lagi berfungsi. Lestari telah menghembuskan nafas terakhir nya sebulan setelah suaminya meninggal dunia. Tidak ada pesan dan tidak ada kesan yang di dapat oleh Anin dari kematian kedua orang tuanya yang ada hanya siksaan batin yang akan di kenangnya seumur hidup.
Duka yang sangat mendalam di rasakan oleh Anin saat itu karena dalam waktu yang tidak lama dia harus kehilangan kedua orang tuanya dalam dengan cara yang tragis bahkan kuburan sang ayah pun belum kering.
Sejak saat itu Anin yang dulunya ceria dan manja berubah menjadi Anin yang dingin, mandiri, angkuh dan sombong. Hanya kepada Marta dia bisa berkomunikasi dengan baik dan seperti biasanya sampai akhirnya Lila juga bisa menjadi orang kepercayaannya sekaligus sahabat dan juga kakak baginya.
Anin akan melakukan apapun yang membuatnya bisa bersenang-senang, semua bisa di lakukan apalagi dengan harta kekayaan melimpah dan juga kekuasaan yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Flashback off.....
"Ternyata seberat itukah selama ini beban yang di rasakan dan di alami oleh nona Anin ya Bu?". Ucap Lila dengan wajah sedih dan air mata yang menetes di pipinya.
"Semua orang tidak pernah tahu seperti apa perasaan nona Anin selama ini, karena nona Anin menyuruh saya menutupi semuanya dari orang-orang karena ini memang aib bagi keluarganya. Tidak ada yang mengertinya Lila, dan saya menceritakan kepadamu karena nona Anin sangat dekat dengan nona, jadi saya sangat berharap nona bisa mengertinya jika kelak saya sudah tidak ada di dunia ini saya bisa tenang karena nona Anin ada yang menjaga". Jawab Marta panjang lebar.
"Ibu jangan bicara seperti itu Bu, saya juga tidak bisa menjaga nona Anin sendirian saya juga butuh dukungan ibu".
"Tapi semakin hari ibu semakin tua dan lemah, bahkan ibu berpikir jika saja nona Anin suatu saat bisa menikah dengan lelaki yang mencintainya dan akan menjaganya seumur hidupnya pasti ibu akan lebih tenang, tapi melihat trauma yang begitu dalam yang di alaminya ibu rasa nona Anin sangat tidak mungkin untuk jatuh cinta". Wajah Marta terlihat sangat sedih membayangkan jika dia meninggal dunia maka Anin hanya akan tinggal sendirian.
"Tidak ada yang tidak mungkin Bu, saya yakin suatu saat trauma itu pasti bisa sembuh dan nona Anin bisa jatuh cinta seperti sewajarnya dan dia akan cintai oleh seorang lelaki dengan sepenuh hatinya karena nona Anin gadis yang baik Bu". Jawab Lila meyakinkan Marta.
"Ya, ibu juga berharapnya seperti itu nona, semoga ada lelaki baik yang akan mencintainya dan menjaganya seumur hidup tanpa mengulang lagi trauma masa lalunya itu". Ujar Marta lagi.
"Semoga aja ya Bu, dan saya akan membantu nona Anin untuk menemukan cinta sejatinya". Jawab Lila penuh keyakinan.
Aku yakin kalau tuan Haikal adalah lelaki yang tepat untuk nona Anin, tapi kalau sikap nona Anin seperti ini maka mustahil kalau tuan Haikal bisa jatuh cinta padanya. Nona Anin harus sembuh dari traumanya dulu agar dia bisa membuka hati menerima cinta hadir di hidupnya. Batin Lila dalam hatinya.
Lila ternyata memang bisa di andalkan dalam segala hal karena dia bahkan sudah tau semua tentang hal dengan sangat baik. Layaknya asisten pribadi dala sebuah novel Lila juga ternyata juga begitu cepat, tepat dan tanggap hanya saja perbedaannya Lila adalah seorang wanita.
Pagi itu Lila beranjak meninggalkan rumah Anin dengan rasa sedih mendalam mendengar cerita dari Bu Marta. Dia berangkat ke kantor dan mengurus semuanya karena Anin masih harus kuliah untuk aktif bekerja di perusahaan nya.
Lila juga berpikir mungkin keputusan Anin untuk memaksa Haikal menikahinya adalah keputusan yang baik, kerena dengan seringnya mereka bersama rasa cinta mungkin akan tumbuh di hati mereka berdua.
***Bersambung*....
Kadang-kadang pikiranku buntu mau bawa cerita ini kemana, hehe 🙉 tapi karena hobiku adalah nulis jadi ku akan tetap semangat 💪
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Stefanie Petta
seru kak ceritanya...ayo semangat kak episode selanjutnya sangat aq nantikan
2020-07-11
1