"Anin, di hadapan semua orang aku ingin mengatakan sesuatu". Ucap Haikal di hadapan banyak orang, lalu dia menggenggam tangan Anin. "Aku mencintaimu, maukah kamu menjadi kekasihku?". Sambungnya lagi.
Suasana menjadi hening sesaat mata memandang ke arah mereka banyak dari para wanita yang merasa sangat iri kepada Anin karena dia mampu menaklukkan hati seorang Haikal yang terkenal tidak pernah mendekati seorang wanita pun. Anin memasang senyum keangkuhan diwajahnya.
"Kalian semua lihatkan bagaimana gue bisa mendapatkan Haikal dengan mudah". Ucapnya seluruh orang yang berkumpul disana. "Terbukti nggak ada yang nggak bisa gue dapatkan dalam hidup gue".
"Wah, bener-bener gila si Anin, kasian gue liat si Haikal di gituin". Ucap Nino kepada Rian.
Anin lalu tersenyum sini dan mendekat kearah Haikal. "Maaf ya Haikal, sebaiknya kamu ngaca dulu siapa kamu dan siapa aku, kamu bukan levelku". Ucapnya lalu pergi dari hadapan Haikal dengan angkuh. Haikal menggepalkan tangannya, rahangnya tampak mengeras menahan amarah tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Deg....
Ya Tuhan kenapa harus seperti ini, kamu merasa sangat puas kah Anin?. Gumam Haikal.
Semua mata memandang kearah Haikal yang masih mematung disana. Banyak gadis-gadis yang merasa kalau Anin sangat keterlaluan, sama halnya dengan Nino dan Rian yang tidak tega melihat Haikal, sedangkan para lelaki menertawakan dan mencibir Haikal yang bermimpi sangat tinggi. Namun Haikal hanya memasang wajah datarnya seolah tidak terjadi apa-apa.
"Woi, bangun udah pagi jangan kebanyakan mimpi". Ucap Aldi. Haikal pergi tanpa melihat sekelilingnya lagi.
"Loe nggak apa-apa bro?". Tanya Nino.
"Gue nggak apa-apa kok". Jawab Haikal menggelengkan kepala.
"Gue nggak nyangka si Anin se gila itu, hanya untuk mendapat pengakuan dari orang-orang kali dia bisa dapat semuanya dia tega mempermalukan loe di depan umum". Ujar Rian.
"Gue sumpahin dia beneran cinta sama loe". Celetuk Nino.
Haikal hanya diam tidak mengerti sama sekali perkataan dua sahabatnya.
"Loe lihat sendiri kan mudah banget buat gue dapetin si Haikal itu". Ujar Anin pada Nita.
"Loe tega banget sih, gue nggak nyangka loe bakalan nolak Haikal, biasanya target loe juga loe pacarin walaupun cuma 1 bulan". Jawab Nita.
"Nggak mau gue pacaran sama dia, gila loe".
"Loe nggak takut karma apa, dari dulu kerjaan loe cuma mainin hati orang, suatu saat kalau loe jatuh cinta malah orang itu yang bakal nolak loe".
"Jangan ngawur".
"Loe kelihatan nya puas banget kali ini". Ucap Maya yang menghampiri Anin.
"Nggak usah ikut campur". Jawab Anin ketus.
"Emang loe bahagia bisa ngelakuin ini semua, apa yang loe dapat cuma tepuk tangan dan pengakuan hebat dari orang-orang, untuk apa?".
"Bahagia atau nggak bukan urusan loe, hidup gue cukup bahagia karena apa yang gue mau bisa gue dapat".
"Loe kenapa ngotot banget sih selalu sok-sok ngebelain dia. Loe suka sama dia?". Tanya Anin.
"Iya, gue suka sama dia terus ada masalah sama loe, gue nggak akan biarin loe deketin dia lagi". Jawab Maya.
"Ya udah loe ambil aja sana, gue juga nggak tertarik sama sekali sama dia, gue bisa dapat yang lebih dari dia sekarang juga kalau gue mau".
"Loe bisa dapat semuanya kecuali kasih sayang dan cinta, loe nggak punya itu sama sekali di hati loe".
"Alah, gue mendengar tentang kasih sayang dan cinta, gue nggak butuh itu semua". Jawab Anin cuek.
"Beneran loe nggak butuh, loe gadis yang paling menyedihkan yang gak dapat kasih sayang dari kedua orang tuanya dan loe nggak punya saudara sama sekali, loe hidup sebatang kara dan uang yang lu punya nggak bisa membeli itu semua". Ucap Maya lantang.
"Loe berani banget ya". Tangan Anin bergerak untuk menampar Maya tetapi ada tangan lain yang menahan tangannya.
"Jangan main tangan kalau kamu nggak mau semua orang tau kelakuan orang terpandang seperti kamu ternyata sangat kasar". Ucap pemilik tangan itu yang ternyata adalah Haikal. "Ayo, semuanya sekarang adalah kelas saya". Sambungnya lagi.
Maya merasa sangat bahagia karena melihat lelaki yang di cintainya membela dirinya. Sedangkan Anin menatap Haikal dengan tatapan tajam penuh amarah kemudian menarik tangannya dengan kasar.
Beraninya kamu membela perempuan ini di depan semua orang, kamu sudah membuat aku malu Haikal. Gumam Anin di dalam hatinya.
"Kak Haikal". Panggil Maya ketika kelas mereka sudah selesai.
"Iya, ada apa?".
"Makasih ya kak tadi udah tolongin aku".
"Oh, iya itu udah kewajiban aku menjaga agar nggak ada mahasiswa yang berantem".
"Tapi tetep aja Anin pasti udah nampar aku kalau kakak nggak datang, dan sebagai ucapan terimakasih aku, aku akan traktir kakak makan di cafe langganan aku, disana makanannya enak-enak banget, kakak mau kan?". Ajak Maya.
"Nggak perlu, aku ikhlas kok bantu kamu tadi". Jawab Haikal.
"Nggak pokoknya nggak ada penolakan, ayo ikut kita naik mobil aku aja ya". Maya sudah melangkah terlebih dahulu tetapi Haikal masih mematung di sana.
Maya menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang. "Ayo". Ucapnya sambil menarik tangan Haikal.
"Oke-oke, aku ikut tapi aku yang bayar".
"Gak masalah, terserah kakak yang penting kita makan sekarang, soalnya aku udah lapar banget, hehe". Ucap Maya sambil tersenyum yang menampakkan deretan giginya.
Aku nggak akan nyerah gitu aja kali ini kak, aku pasti akan dapetin kakak. Gumam Maya sambil tersenyum.
Tanpa mereka sadari Anin sedang memperhatikan mereka dari jauh. Ada rasa kesal di hatinya kenapa dia tidak pacaran saja dengan Haikal untuk membuat Maya sakit hati.
"Enak kan kak?". Tanya Maya ketika mereka sudah berada di sebuah cafe yang cukup nyaman.
"Enak". Jawab Haikal singkat sambil terus memghabiskan sisa makanannya dengan terburu-buru karena makan berdua dengan Maya seperti ini membuat Haikal sangat canggung apalagi Haikal ingin sekali cepat pulang dan menemani ibunya di rumah.
"Kakak nggak apa-apa kan?". Tanya Maya kemudian.
"Oh soal itu, aku apa memangnya aku terlihat menyedihkan ya?".
"Nggak sih, aku malah merasa kakak nggak ada beban apa-apa".
"Iya memang benar aku nggak punya beban apa-apa, aku hanya nggak mau bermasalah dengan siapapun selama aku kuliah, aku mau kuliahku selesai tepat waktu sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh beasiswaku".
"Sekarang aku yang salut sama kakak, selain pinter kakak juga kuliah dengan beasiswa tanpa menyusahkan orang tua kakak, terus kakak juga bisa mengatur dan mengendalikan diri kakak dengan sangat baik".
"Hehe, kamu berlebihan".
"Nggak dong, aku nggak berlebihan semua gadis yang ada di kampus kita juga salut sama kakak dan aku adalah salah satu gadis yang beruntung yang bisa makan berdua dengan kakak seperti ini".
"Kamu bisa aja".
"Mulai sekarang kita teman kan kak?".
"Kita bahkan udah terlihat akrab kamu baru ngajak aku temenan".
"Nggak masalah kan, ayo kita salaman tanda kalau kita udah jadi temen". Maya mengulurkan tangannya ke depan dan disambut oleh Haikal.
"Setuju". jawab Haikal.
Tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata bagaimana perasaan Maya saat ini dia sungguh sangat bahagia karena bisa dekat dengan Haikal.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments