Hiruk pikuk acara pesta pernikahan Anin dan Haikal telah berakhir, keduanya merasa sangat kelelahan karena banyaknya tamu yang menghadiri pesta tersebut. Kini mereka sudah berada di dalam kamar. Sama seperti sebelumnya Haikal langsung menuju kamar mandi untuk mengganti baju dan membersihkan diri kemudian dia shalat isya.
Sedangkan Anin masih sama seperti tadi dia sangat kesusahan membuka gaun yang dikenakannya. Haikal yang baru keluar dari siap menunaikan kewajibannya itu, melihat Anin kesusahan seperti itu langsung memijat keningnya.
Ya Allah, apa aku harus membuka bajunya lagi kali ini?. Sungguh ini cobaan yang sangat berat di hidupku. Gumamnya dalam hati dan melangkah cuek kearah sofa.
"Haikal, bantu aku dong, kamu tidak liat aku sangat kesulitan membuka gaun ini?". Ujar Anin kesal karena melihat Haikal yang tidak mempedulikannya.
"Kamu ini selalu aja membuat aku kerepotan". Jawab Haikal dengan langkah terpaksa untuk membantu Anin membuka gaunnya.
Sama seperti sebelumnya Haikal merasa sangat gugup dan dengan susah payah menelan ludahnya ketika melihat punggung putih mulus milik istrinya itu.
Harusnya memang ini yang kulakukan di malam pertama ku kan?. Membuka seluruh bajunya dan membawanya ke ranjangku. Hah, Aku bisa gila jika terus menghadapi keadaan seperti ini. Gumam Haikal.
Kenapa dengan jantungku, kenapa berdetak begitu cepat?. Aku belum pernah sedekat ini sebelumnya dengan seorang lelaki apalagi hanya berdua aja di dalam sebuah kamar. Aku benar-benar sangat gugup, padahal aku sendiri kan menginginkan hal ini. Apa semua orang yang akan menghadapi malam pertama akan merasa begini. Anin tak kalah gugup ketika jari-jari Haikal tanpa menyentuh punggungnya sehingga menimbulkan aliran semacam sengatan listrik.
"Udah ni, kamu tarik aja sendiri, aku mau tidur dulu". Ujar Haikal.
"Iya-iya. Apa kamu mau tidur di sofa lagi?". Tanya Anin melihat Haikal menuju sofa.
"Terus aku harus tidur dimana?".
"Di ranjang dong, kita kan udah suami istri jadi apa salahnya tidur di ranjang yang sama".
"Aku tidak mau".
"Kenapa? kamu takut ya kalau...".
"Tidak, aku tidak takut".
"Kalau kamu emang tidak takut, ya udah tidur aja di ranjang lagian ranjangnya besar jadi cukup untuk kita berdua. Badan kamu akan sakit semua kalau kamu tetap tidur di sofa".
"Oke, kalau gitu aku tidur di ranjang". Jawab Haikal beranjak dari sofa menuju ranjang dan merebahkan tubuhnya di atas kasur yang berukuran king size itu.
Apa yang akan terjadi malam ini?. Haikal memaksakan untuk memejamkan matanya meski dia tidak mengantuk.
Setengah jam kemudian Anin keluar dari kamar mandi dengan memakai baju tidur lengkap dan sebuah handuk kecil di tangannya untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Rencana yang sudah dirancang oleh Anin untuk menggoda Haikal dia lupakan begitu saja bahkan saat ini dia merasa sangat takut jika Haikal bener-bener meminta haknya sebagai suami.
Haikal yang belum juga bisa tidur mengintip dari balik selimut menutupi seluruh tubuhnya dari rambut hingga kepala, dia baru menyadari jika istrinya sangat cantik alami bahkan tanpa make-up sekalipun. Harum tubuh Anin sangat jelas tercium di hidungnya sehingga membuat tubuhnya terasa panas meskipun AC di dalam kamar itu sudah di atur pada suhu 16°c.
Perlahan Anin merebahkan tubuhnya di ranjang Haikal seolah merasakan setiap gerakan yang dilakukan oleh istrinya. Tanpa di sadari olehnya ada sesuatu yang membuat bagian bawah celananya terasa sesak.
Ya Allah, jangan sampai adik kecilku ini sampai tidak tahan dan minta keluar dari sarangnya untuk mencari teman bermain. Gumam Haikal sambil komat-kamit dalam hati mengucap istighfar.
Ketika Anin melirik ke arah Haikal dia sangat terkejut karena melihat Haikal tidur mematung seperti mayat yang ditutupi oleh kain putih, ternyata Anin memiliki trauma jika melihat orang tidur seperti itu dia langsung terbayang kematian papa dan mamanya dulu. Anin langsung spontan menarik selimut putih itu dan mendekatkan tubuhnya lalu memeluk Haikal.
"Haikal, kamu kenapa?, Haikal jangan tinggalkan aku, hiks, hiks, hiks". Ucapnya dalam dekapan Haikal.
Haikal sangat kaget, dengan spontan dia membuka matanya dan mencoba melepaskan Anin dari dalam pelukannya namun dia tidak mampu karena Anin memeluknya dengan sangat erat. Jantung Haikal rasanya ingin copot saja di tambah lagi dengan sesuatu yang tegang di bawah sana, membuatnya semakin salah tingkah.
Anin lepasin aku sekarang juga sebelum aku menerkam mu. Gumam Haikal.
"Anin, lepaskan aku, kamu kenapa sih?. Aku kan udah pernah bilang jangan paksa aku seperti ini".
"Haikal kamu tidak apa-apa?". Tanya Anin bangkit dari dada Haikal, wajah mereka sangat dekat saat ini.
"Aku kenapa?. Terus kamu kok malah nangis?". Tanya Haikal bingung.
"Heeem, aku pikir kamu tadi....". Anin menjauhkan tubuhnya dari Haikal dan menghapus air matanya.
"Kamu pikir aku udah tidak napas lagi". Haikal langsung memotong perkataan Anin. "Kamu doain aku cepat mati ya?. Kamu belum genap 24 jam nikah sama aku udah doain aku cepat mati aja". Gerutu Haikal.
"Bukan gitu cuma aku hanya tidak bisa liat orang tidur dalam posisi seperti tadi. Pokoknya kamu jangan tidur gitu lagi ya". Protes Anin.
"Aneh, memangnya kenapa kalau aku tidur seperti tadi?. Lagian aku udah biasa tidur gitu". Ucap Haikal berbohong padahal dia hanya tidak ingin melihat wajah Anin berada didekatnya tetapi yang terjadi malah sebaliknya Anin malah memeluknya dengan sangat erat.
"Aku takut, pokoknya kamu tidak boleh tidur dengan posisi yang seperti tadi. Kamu boleh tidur terlentang tapi jangan ditutupin sampai ke ujung rambut kamu".
"Ya udah terserah kamu aja deh, tidur aja mesti ada aturannya". Ujar Haikal ketus.
Kemudian mereka sama-sama memejamkan matanya, Haikal tidur membelakangi Anin karena tidak ingin menatap wajah Anin terlalu lama. Karena berbagai prosesi yang dijalani mereka cukup menguras tenaga hari itu, sehingga tidak lama mereka pun menuju alam mimpi.
Adzan subuh sudah berkumandang namun pasangan pengantin baru itu masih betah terbuai dalam mimpi. Entah bagaimana posisi mereka sekarang berpelukan Anin tidur di atas lengan Haikal dan tangan Haikal posesif memeluk pinggang Anin. Namun akhirnya suara alarm yang lumayan keras dari ponsel Haikal mampu membuat mereka bersusah payah membuka mata.
Alangkah terkejutnya Anin ketika menyadari posisi tidur mereka dia langsung bangun dan menjauh begitu juga dengan Haikal.
"Aku mau mandi dan shalat subuh dulu, kamu ikut?". Ujar Haikal menuju kamar mandi.
Sedangkan Anin menarik selimutnya dan kembali tidur karena dia memang tidak pernah melaksanakan salat Haikal menggelengkan kepala melihat ke arahnya.
Ya Allah wanita seperti apa yang sudah aku nikahi ini?. Aku tidak boleh biarin Anin tidak shalat terus-terusan dosa dia kan tanggung jawab aku sekarang.
"Anin, bangun jangan tidur lagi, ayo shalat subuh sama aku". Ajak Haikal.
Anin membulatkan mata mendengar ajakan Haikal, dia tersentuh karena selama ini tidak pernah ada yang berani melakukan itu kepadanya.
Shalat?. Aku bahkan udah lupa kapan terakhir aku shalat.
"Ayo buruan, keburu waktu subuh ya habis nanti". Sambung Haikal lagi.
"Tapi aku...".
"Tidak pakek tapi, aku tidakk peduli selama kamu belum jadi istri aku kamu pernah shalat atau tidak, tapi setelah jadi istri aku kamu harus selalu shalat karena dosa kamu semua aku yang tanggung sekarang, jadi ayo ikut cepetan". Ujar Haikal ketus.
Anin bangkit dari tidurnya dan mengikuti ajakan suaminya untuk shalat berjamaah. Untuk pertama kalinya Anin merasakan hatinya sangat tenang dan sejuk apalagi ketika melihat Haikal menjadi imam nya. Level ketampanan Haikal naik 1000 derajat di matanya.
Ternyata benar kata orang kalau shalat bisa membuat hati tenang. Makasih Haikal, ternyata keputusanku untuk memaksamu menikahiku tidak pernah salah.
Bersambung...
Please dong yang baca novelku ini bantu semangati aku dengan vote dan likenya kalian, karena yang baca lumayan banyak tapi mereka tidak mau meninggalkan jejak jempolnya disini 😭😭😭 🤲🤲🤲🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Jolanda Lengkey
suami sholeh
2024-08-31
0