"Apa maksud si Anin tadi?". Tanya Rian penasaran.
"Aduh udah deh gue juga nggak ngerti, pusing gue". Jawab Haikal.
"Kal, loe harus jauhin dia, loe bisa jadi target incaran dia tau nggak?". Ucap Nino.
"Nggak mungkin dia ngincar gue, loe lupa gue siapa, gue cuma si gembel kalau kata si Aldi".
"Loe bener-bener nggak kenal si Anin, dia nggak peduli apapun status loe karena dia udah punya banyak uang".Timpal Rian lagi.
"Udahlah gue nggak apa-apa juga lagian gue nggak akan kasih kesempatan dia dekat-dekat sama gue". Jawab Haikal santai.
"Gue heran sama luka kok bisa sih lu sih santai tuh emangnya lu mau dijadiin bahan bulan-bulanan sama si Anin?". Tanya Nino.
"Terus menurut lo gue harus gimana? Loe sama gue nggak bisa ngelakuin apa-apa juga kan, kalau Anin memang menginginkan gue makan nggak akan ada yang bisa hilangin dia iya kan? Itu yang lu bilang kemarin kan? Gue cuman nggak mau cari masalah, gue harus lulus dari kampus ini sesuai dengan target. Gue enggak mau kehilangan beasiswa gue, jadi apapun yang akan gue dilakuin asalkan dia nggak menghalangi beasiswa gue". Jawab Haikal panjang lebar.
"Maaf ya bro kita mungkin memang nggak bisa membantu, tapi gue juga nggak tega ngelihat dia manfaatin loe hanya untuk obsesi dia biar dia dianggap hebat bisa deket sama loe". Ucap Rian sambil menepuk pundak sahabatnya itu.
"Tapi setelah nanti dia membuat seolah-olah loe ngejar dia, dia pasti bakal mencampakkan loe kayak sampah". Ucap Nino lagi.
"Udah santai aja. Apa pentingnya sih perasaan gue dibandingin sama kuliah gue?". Haikal hanya tersenyum kecut.
"Gue sumpahin si Anin benar-benar jatuh cinta sama loe". Celetuk Nino.
"Hahaha, mimpi loe?". Tanya Haikal.
"Loh bisa aja Kal, siapa tahu aja dia bisa jatuh cinta beneran sama loe terus ngejar-ngejar loe suatu saat nanti". Tambah Rian lagi.
Sejak saat itu segala usaha dilakukan oleh Aninda untuk mendekati Haikal. Kedekatannya dengan Haikal yang sudah berjalan beberapa bulan membuat banyak gadis di kampus tersebut merasa iri, begitu juga dengan para lelaki menatap Haikal dengan tatapan penuh kebencian karena dia mampu mendekati seorang Aninda, terutama Aldi yang sudah lama mengincar Aninda.
"Jauhin Anin, gue muak ngeliat muka loe selalu di dekat Anin. Loe denger ya gembel, Anin cuma milik gue". Ancam Aldi.
"Suruh Anin aja yang menjauh dari gue". Jawab Haikal singkat.
"Haha, songong banget udah loe ya, besar kepala loe karena Anin selalu deketin loe, loe harusnya nyadar loe siapa dan Anin nggak pernah suka sama cowok kayak loe, lu cuma mainin buat dia". Ucap Aldi geram.
"Gue tau gue cuma mainan dia tapi gue bisa apa, gue kan cuma gembel jadi gue ikutin aja semua permainan dia". Jawab Haikal, ada kesedihan yang dirasakannya menghadapi kenyataan bahwa yang menjadikannya sebuah permainan, tetapi entah kenapa sulit baginya untuk menolak Anin saat berada di dekatnya. Haikal pun pergi meninggalkan Aldi yang masih mematung mendengar perkataannya.
"Kak ini buat kakak". Ucap Anin menyodorkan sebuah handphone keluaran terbaru.
Haikal hanya tersenyum sinis dan berkata "Nggak perlu, kamu simpan aja". jawab Haikal datar.
"Ambil ini hadiah dari aku karena kakak kan udah bantu aku belajar selama ini". Paksa Anin.
"Nggak, aku bantu kamu ikhlas Anin. aku juga nggak tahu apa yang ada dipikiran kamu saat kamu ingin belajar dengan ku tapi yang jelas apapun rencana kamu, kamu harus tahu aku bukan seperti kebanyakan kan cowok yang selama ini deketin kamu".
"Kakak ngomong gitu?". Tanya Anin.
"Anin, aku cukup tahu kalau kamu bukanlah orang yang akan dengan mudah akrab dengan orang seperti aku".
"Oh, Oke kalau kakak udah tahu, aku cuma mau semua gadis di kampus ini tahu kalau aku bisa ngedapetin kakak dengan mudah. Aku mau kakak jadi pacar aku dan seolah-olah kak mengejar-ngejar cinta aku". Ucap Anin datar.
"Hehe, Anin kamu harus sadar ada satu hal yang tidak kamu bisa beli dengan uang mu itu".
"Apa?". Tanya Anin bingung.
"Cinta". Jawab Haikal lantang.
"Hahaha, hanya cinta, aku akan dengan mudah mendapatkannya dengan semua kekayaan yang kumiliki, kakak pikir cinta bisa hidup tanpa apa uang?". Ucap Anin dengan nada meremehkan.
"Cinta itu bukan hanya Anin tapi segalanya". Jawab Haikal lagi.
"Udah aku nggak mau tahu tentang risalah cinta, yang aku mau kakak harus jadi pacar aku dan kakak harus nembak aku di depan semua orang di kampus ini".
"Baik kalau kamu maunya seperti itu aku akan melakukannya". jawab Haikal enteng.
"Makasih karena kakak sudah bekerja sama dengan baik. Tau gini aku nggak usah capek-capek sok-sokan belajar sama kakak". Ucap Anin dengan senyum penuh kemenangan.
"Tapi aku akan pastiin kalau kamu tidak akan pernah bahagia meskipun aku udah melakukan hal itu mungkin kamu merasa menang tapi tidak akan ada kebahagiaan di sana".
"Tahu apa sih lelaki seperti kakak ini tentang kebahagiaan, aku cukup bahagia dengan kehidupanku jadi lakukan apa yang aku inginkan aja karena kakak cukup tahu kan siapa aku, aku bisa mencabut beasiswa kakak dengan sangat mudah". Ancam Anin.
"Kamu tidak perlu mengancamku untuk mendapatkan apa yang kamu mau karena aku akan memenuhi semua keinginan kamu". Ucap Haikal lalu pergi meninggalkan Anin.
"Tunggu". Kata Anin menghentikan langkah Haikal. "Lakukan sebaik mungkin karena aku tidak mau ada orang lain yang tahu kalau kakak cuma akting". sambungnya lagi.
"Apapun yang kamu inginkan akan aku lakukan atur aja dan tentukan di mana dan kapan".
"Oke". jawab Anin singkat.
Anin pun pergi meninggalkan Haikal yang masih mematung di sana. Ada rasa sakit yang dirasakan oleh Haikal di hatinya, rasa sakit seperti apa dia pun tidak ingin tahu. Haikal merasa kecewa karena ternyata memang benar seperti kata sahabatnya kalau Anin mendekatinya hanya karena ada tujuan tertentu. Saat kebersamaannya dengan Anin terkadang Haikal berpikir mungkin Anin sudah berubah dan tulus ingin berteman dengannya.
Seperti rencana sebelumnya, Haikal memang tidak akan pernah mencari masalah dengan siapapun jadi Haikal menyetujui rencana Anin untuk dia menyatakan cinta di depan banyak orang di kampusnya.
"Serius si Anin ngomong gitu?". Tanya Nino.
"Wah, keterlaluan banget si Anin, nggak nyangka gue dia bisa ngomong gitu tanpa rasa bersalah". Timpal Nino.
"Sabar ya bro, kami memang nggak bisa bantu apa-apa tapi loe nggak papa kan?". Tanya Nino.
"Nggak, tenang aja gue santai kok. gue akan lakuin itu semua secepatnya biar gue bisa lepas dari dia".
"Loe nggak punya perasaan apa-apa kan sama si Anin?". Tanya Rian penasaran.
"Loe beneran cinta ya sama dia". Celetuk Nino.
"Oh My God, gila lu beneran jatuh cinta sama dia?". Tanya Rian lagi.
"Udah lah, nggak penting juga perasaan gue yang penting kuliah gue".
"Loe ini kenapa sih Kal, dari dulu loe nggak peduli sama perasaan loe sendiri. Loe itu terlalu fokus sama kuliah, loe juga perlu memikirkan tentang hati loe kali".
"Gue cuma mau Ibu gue bangga sama gue karena gue bisa jadi sarjana, ibu gue sering sakit-sakitan jadi gue mau kerja di kantoran biar gue punya gaji yang besar untuk mengobati Ibu gue".
"Jangan sedih gitu dong kal, gue yakin Ibu loe pasti bangga sama loe".
"Iya semoga aja". Jawab Haikal datar dengan tatapan kosong.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Julik Rini
selamat berjuang kakak
2024-08-31
0