TH-15

Senja menghampiri Marlin yang masih stay duduk manis di motor Daniel, “Sudah ayo pulang, dia sudah cukup ketakutan,” kata Senja kemudian ia meraba bahu Marlin untuk mencabut rambut yang ditanamkan nya dibahu Marlin tadi.

“Lho....????” Senja terkejut ekspresi nya pun berubah drastis.

“Kenapa??” tanya Marlin kepada Senja, tetapi Senja tidak menjawab nya melainkan malah langsung mengajak nya terbang menuju mansion nya, sejuta pertanyaan memenuhi otak Marlin.

^^^Sesampai nya di Mansion...

^^^

Diruang baca, “Duduk lah disini dulu! ” kata Senja.

Sementara itu ia pergi menuju lantai dua untuk mencari kedua orang tuanya,

Marlin duduk didalam ruangan yang dipenuhi dengan buku–buku yang berjajar rapi diraknya.

“Sebenar nya ada apa sih?“ gumamnya yang masih bingung dengan sifat Senja yang mendadak gusar.

Krriiiieeeeettt... suara pintu ruangan itu terbuka, segera Marlin berdiri dan menghadap kearah suara tersebut, di sana terlihat Senja bersama dengan dua orang dewasa.

“Halo om, halo tante??” sapa Marlin dengan sedikit membungkuk kan tubuh nya, kedua orang tua Senja hanya membalasnya dengan senyuman yang elegan.

“Kemari lah nak!” sambut Aurora dengan merentangkan kedua tangan nya.

“Ayo lah jangan takut, jangan malu-malu!” sambung nya lagi, Marlin pun menoleh kearah Senja dan Senja menganggukkan kepalanya memberi isyarat kalau Marlin boleh mendekati Aurora.

Setelah mendapat persetujuan dari Senja, perlahan Marlin melangkahkan kaki jenjangnya mendekati Aurora, memeluk tubuh Marlin yang baru pertama kali ditemui nya, Aurora memang hangat perangainya.

“Hangat sekali, ini kah rasa nya dipeluk seorang ibu, sudah lama aku tidak merasakan pelukan seorang ibu,” batin Marlin yang merasa hangat dan nyaman karena pelukan dari Aurora.

“Rentangkan sayap mu sayang!” kata Aurora kepada Marlin, gadis itu perlahan merentangkan sayap nya.

“Waw it’s amazing,” celetuk Aurora takjub ketika melihat warna sayap Marlin senada dengan warna rambut Senja.

“Ayo lah Bunda, ini bukan saatnya untuk mengaguminya!” kata Senja yang memang sudah sedari tadi panik.

“It’s so beautiful son!“ kata Aurora dengan senyuman di wajahnya, seperti ibu satu anak itu mengenang sesuatu hal yang sama dengan kejadian malam ini.

“Sungguh kejadian yang sama dan menimpa keluarga yang sama,” sambung Aurora dengan senyuman yang masih menghiasi wajahnya.

“Maksud Bunda?” tanya Senja yang tak mengerti dengan ucapan yang baru saja disampaikan oleh sang ibu.

Aurora menghela napasnya, “Tanyakan saja pada ayah mu!” cetus nya kemudian.

“Apa ini Bunda? Ayah? Apa yang di maksud Bunda? Senja sama sekali tidak mengerti arah dan maksud dari pembicaraan Bunda,” kata Senja yang mulai tak sabar menunggu penjelasan dari kedua orang tuanya, namun lagi-lagi tangan Marlin yang menggenggam tangan Senja berhasil menenangkan hatinya kembali.

Marlin menatap Senja dengan tatapan sendu dan Senja pun menatap Marlin paham apa yang ada dalam pikiran Marlin dan menganggukkan kepalanya, memberikan isyarat bahwa semuanya akan baik-baik saja dan dibalas anggukan kepala oleh Marlin.

“Tenanglah son, kita duduk dulu! Kasihan Marlin, lelah dia berdiri terus apa lagi dengan sayap barunya yang begitu besar,” kata Wijaya mengajak semuanya untuk duduk dulu baru melanjutkan pembahasan, tak ada yang menyangkal mereka semua pun berjalan menuju kursi yang ada di ruangan tersebut kemudian duduk.

Posisi duduk, Wijaya duduk di kursi kebesarannya, Aurora ada di sebelah kirinya sedangkan Marlin dan Senja ada di hadapan mereka terhalang oleh meja yang ada di hadapan mereka.

“Ekhem,, jadi begini, dulu Ayah juga mengalami hal yang sama seperti mu, dan ayah jatuh cinta pada Bunda mu ini,” kata Wijaya sambil menatap Aurora dengan penuh cinta

"Karena Bundamu selalu menjadi incaran para penyihir, Ayah melakukan experimen dan menemukan bahwa rambut ayah yang sama seperti rambut mu itu bisa dipinjamkan,, berkali-kali ayah meminjamkan rambut ayah kepada Bunda mu supaya aman saat bepergian tanpa ayah, tapi waktu itu ayah mencoba rambut disisi lain yakni rambut di bagian kanan kepala,” jelas Wijaya.

“Jadi Bunda juga mempunyai sayap seperti Marlin? Dan itu sayap dari rambut Ayah? Lalu, dimana sayap Bunda?“ pertanyaan demi pertanyaan keluar dari mulut Senja.

“Sayap itu menghilang ketika Bunda mu melahirkan dirimu nak, waktu itu penyihir datang dan hendak merebutmu untuk dijadikan sanderanya, ayah kewalahan melawan mereka, dan Sayap Bunda mu melindungi kamu dan Bunda mu sampai Ayah pulih kembali tapi Ayah terlambat sayap itu menghilang bersama para penyihir yang menjadi debu,” jelas Wijaya sambil sesekali melihat Aurora dengan tatapan merasa bersalah karena dia merasa gagal melindunginya waktu itu.

“Emmm begitu,, lalu Marlin ini bagaimana Ayah?” tanya Senja kemudian.

“Senja?“ panggil Wijaya yang memasuki mode serius.

“Iya ayah” sahut Senja yang juga tak kalah serius dari sang ayah.

“Apa benar, sayap ini tumbuh dari rambut terkutuk mu itu?“ kata Wijaya dengan tatapan tajam nya yang mengarah ke Senja.

“Iya ayah” jawab Senja dengan pasti karena dia masih mengingat dengan jelas saat dia meletakan sehelai rambutnya dibahu Marlin.

“Dari mana kau mengetahui metode seperti ini?" Selidik Wijaya.

“Dari sebuah buku dan artikel yang pernah aku baca,” jelas Senja

“Lalu??“ Wijaya meminta kelanjutan dari penjelasan Senja yang menggantung.

“Lalu setelah aku meminjamkan nya, saat aku hendak mengambilnya kembali, rambut itu tidak ada, tapi sayap Marlin masih utuh, tapi dari buku yang aku baca, itu bisa diambil kembali, tapi, kenapa ini tidak Ayah?” jelas Senja panjang lebar dan diakhiri dengan pertanyaan.

“Mungkin kamu salah mencabut rambut mu,” tukas Wijaya.

“Maksud Ayah?”

“Ya, yang kamu cabut itu pasti rambut yang ada disebelah kanan kepalamu, dan itu rambut yang akan kau berikan kepada calon isterimu kelak, sedangkan rambut yang bisa dipinjamkan itu yang disebelah kiri” jelas Wijaya.

Senja hanya terdiam dan menatap Marlin, Marlin yang tidak paham apa maksud dari pembicaraan ayah dan anak ini memilih untuk diam dan menundukkan kepalanya.

“Lalu aku harus bagaimana ayah?” tanya Senja.

"Akankah Marlin merasakan sakit sama seperti yang selama ini kurasakan setiap fajar dan senja tiba?” Senja mulai memasuki mode panik karena dia tidak mau gadis kesayangannya itu merasakan sakit yang luar biasa seperti dirinya ketika memasuki mode berubah.

“Tadi saat sayap itu akan terbentuk bagaimana apakah sakit?” tanya Aurora kepada Marlin.

“Sepertinya tidak, tapi dia mengeluarkan cahaya perak dan bau mint yang sangat segar, apakah mungkin?? Tapi dia manusia normal” jelas Senja.

“Berarti dia mempunyai penawar rasa sakit itu, aman dia tidak akan merasa kesakitan,” jelas Aurora, Senja yang mendengar itu pun merasa lega dan kembali tergagap dikata-kata yang diucapkannya. “Lalu...masalah...emmm...rambut ituuu... ca.. calon.. is.. istri?“ Senja tergagap lirih sambil menunduk karena malu.

“Kalian harus menikah,” kata Wijaya.

“APA MENIKAH??”....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!