TH-10

Aji menatap Marlin setelah melepas cium hangatnya, "Kak?" bisik Marlin, namun Aji segera menempelkan jari telunjuknya di depan bibir gadis cantik itu.

Segera Aji menyembunyikan Marlin di balik pintu toilet, sedangkan ia perlahan membuka pintu yang masih tertutup rapat itu.

"Ada apa?" ketusnya ketika mendapati Tara yang berdiri di depan pintu toilet.

"Oh ternyata lo, nggak papa, gue balik duluan ya, udah pada pemanasan itu!" Tara menunjuk keluar, kemudian ia berjalan meninggalkan toilet setelah Aji menganggukkan kepalanya.

"Aku keluar dulu!" bisik Aji yang di dengar Marlin yang masih stay di belakang pintu, "Iya," sahutnya.

Kacau pikiran Marlin, kenapa dia harus nurut dengan senior dingin nya itu?

Bahkan baru saja mereka berdua ciuman, "Oh astaga gue kenapa sih? Apa gue sesrakah itu? Bahkan satu hari ini gue ciuman dengan dua kali, itupun dengan dua cowok? Mungkin gue mulai gila!" batinnya dengan menggelengkan kepalanya.

Marlin keluar dari dalam toilet dan bergabung bersama atlet–atlet yang lain dan mulai ikut pemanasan. Tak lama kemudian Sari datang ikut gabung pemanasan dan berdiri didekat Marlin.

“Say!! Lo gimana? Udah ada kemajuan belum?“ tanya Sari dengan nada sedikit berbisik supaya tidak terdengar oleh teman–teman yang lain, “Kemajuan apa?“ tanya Marlin tidak mengerti.

“Ya kemajuan hati lo dekat dengan hati kak Aji lah,” kata Sari dengan menaik turun kan alis nya untuk menggoda Marlin, tanpa mereka sadari Aji sudah berdiri dibarisan belakang Marlin, mau tak mau Aji pun mendengar obrolan Marlin dengan Sari, “Iiiihhh... Sari apa an sih!! Malu tau, nanti kalau kak Aji denger gimana?“ kata Marlin yang tidak menyadari kalau Aji sudah berada dibelakang nya sejak tadi.

“Ya elah nggak papa kali, kak Aji juga nggak bakal rugi, kalau sampai di gosip in sama cewek cantik kek lo hihihihi...“ kata Sari masih dengan nada sedikit berbisik.

“Pokok nya gue nggak mau bahas–bahas masalah hati kalau pertandingan belum selesai, gue nggak mau nanti kak Aji marah sama gue, ntar dia pikir gue nggak benar–benar serius latihan, atau bisa jadi ntar dia kira gue rajin latihan cuma gara-gara gue pengen deket sama dia,” Aji yang mendengar penjelasan Marlin dengan suara yang berbisik–bisik pun tersenyum tipis.

“Tapi kak Aji banyak yang suka loh, ntar kalo lo keduluan sama yang lain gimana? Pertandingan kan masih lama, masih sekitar satu bulan, kan? Kalau tiba–tiba besok ada cewek cantik bin sexy, bohay, semlohay datang terus nembak kak Aji, terus karena mungkin kak Aji juga jomblo, terus kak Aji bakal te...“

"NGGAK BISA GITU DONG!!!” sela Marlin berteriak dengan sedikit emosi yang membakar api cemburu didalam hati nya, karena terlalu keras suara Marlin sontak semua atlet yang sedang pemanasan pun menoleh ke arah Marlin, Marlin pun memandang kearah mereka yang sedang memandangi nya, Marlin nyengir sambil menggigit bibir bawahnya.

“Emmm... sorry–sorry kesalahan teknis,” kata Marlin sambil mengatupkan kedua telapak tangannya, tapi teman–temannya masih saja melihat kearahnya entah apa yang dipikirkan oleh mereka yang jelas Marlin merasa permintaan maaf nya barusan tidak dihargai maupun di terima.

“APA MAKSUD DARI TATAPAN KALIAN ITU??!! KALIAN TIDAK TERIMA?!? AKU KAN SUDAH MINTA MAAF!!!” Marlin meluapkan emosi nya dengan membentak mereka semua yang ada di ruangan itu.

“Ok kalau itu mau kalian, ayo... “ sambung Marlin yang terpotong karena bahu nya ditepuk oleh seseorang, menoleh gadis itu terbelalak terkejut dengan siapa yang tengah berdiri di belakangnya saat ini.

“Sudah kalian lanjutkan saja pemanasan nya, si pembuat onar ini biar aku yang urus,” kata Aji setelah menepuk bahu Marlin, para atlet pun langsung patuh akan perintah yang diberikan oleh Aji mereka melanjutkan pemanasan nya, sedangkan Marlin ditarik Aji untuk diajak kebelakang barisan tepatnya jauh dibelakang sampai di pojokan, mau tak mau Marlin pun melangkahkan kaki nya untuk mengikuti Aji yang menggandeng nya, wajah Marlin pun masih ditekuk kucel kusut kaya kain setrikaan yang numpuk akibat amarah yang masih menguasai hati nya.

Karena teman–teman nya seperti tidak menghargai permintaan maaf nya dan ditambah Aji yang seperti membela teman–temannya bukan dirinya yang selalu taat dan patuh akan perintah yang dia terima.

Setelah sampai di sudut belakang Aji membalikan posisi Marlin menjadi didepan nya dan mendorong tubuh gadis itu hinga mentok dipojokan dinding.

“Kendalikan emosi mu!” kata Aji dengan mata yang menatap tajam ke dalam mata Marlin.

“Apa yang akan kau lakukan jika aku tidak menghentikan mu? Hem! Kau akan melawan mereka?“ kata Aji panjang lebar guna menghilangkan rasa marah yang sedang Marlin rasakan, bukan nya hilang amarahnya malah Marlin mendengus kesal dihadapan Aji.

“Oh... sudah berani rupanya! Kau tidak menjawab pertanyaan ku dan tidak mendengarkan ku?” sambung Aji.

“LIHAT AKU MARLIN!” bentak Aji yang mulai geram melihat gadis dihadapan nya itu hanya diam dan menunduk, Marlin yang tadi nya hanya menunduk melihat kaki nya kini mulai mendongakkan kepalanya demi membalas tatapam mata Aji.

“Kau membentak ku kak?” ujar gadis itu dengan nada lirih dan mata yang berkaca–kaca.

Bukan ini yang Marlin inginkan, sungguh bukan mata berkaca-kacalah yang ingin ia tunjukkan tapi mau bagaimana lagi, suara keras Aji sudah mampu menembus benteng hati Marlin.

“Bukan begitu maksud ku, aku hanya... “

"Hanya apa kak? Hanya apa? Aku yang selama ini menuruti peraturan yang kau buat, aku mengubur setiap rasa yang tumbuh di hati ku, sedangkan mereka? Mereka dengan bebas mencari pasangan, dan aku? Hanya menjadi penonton, karena apa? Karena aku tau melanggar peraturan itu sama saja aku tidak menghormatimu sebagai pelatihku, dan sekarang aku yang selalu menaati peraturan–peraturan yang kau buat kau bentak, karena aku membentak mereka yang diam–diam melanggar peraturan mu,” kata Marlin dengan air mata yang lolos berselancar di pipi nya.

“Tapi Lin, kemampuan mu jauh di atas mereka, jika terjadi sesuatu yang fatal pada mereka...“ lagi – lagi Marlin memotong pembicaraan Aji.

“Ooh begitu ya? Ok... jadi kalau mereka yang cidera tidak boleh? Se sayang itu kah kak Aji pada mereka? Haaaahhh... jadi, selama ini hanya rasa ku sendiri, tau kah kak kalau selama ini aku...“ Marlin berhenti bicara karena Aji yang tiba–tiba mengecup bibir nya, Marlin berusaha mendorong dada Aji tapi tangan Aji yang satu malah menarik tengkuk Marlin dan memperdalam ciumannya sedangkan tangan satunya lagi mencengkeram pinggang Marlin.

Marlin yang masih syok dengan apa yang sedang dialami nya hanya membatu tanpa membalas ciuman dari Aji, berbeda dengan Aji yang mulai kehilangan kendali digigit nya bibir Marlin dan gadis itu tersentak reflek dia membuka mulut nya dan dengan mudah lidah Aji membelit–belit lidah Marlin, adegan ciuman itu pun makin panas dan bergairah tangan Aji yang di pinggang Marlin pun mulai meraba–raba, tapi Marlin yang mulai sadar dari syok dadakan nya pun memukul–mukul dada Aji dengan sekuat tenaga nya, Aji pun melepaskan ciuman nya.

“Kak Aji!!! Sadar Kak!” kata Marlin sambil menampar–nampar kecil pipi Aji, “kak Aji mau main in perasaan ku ya? Terus kalau mereka melihat adegan barusan gimana?” sambung Marlin dengan sedikit melihat kearah belakang Aji.

“Untung aku tertutup rapat oleh tubuh mu, jadi mungkin mereka hanya melihat kalau aku sedang dimarahi saja oleh mu”

“Jangan dulu kau kata kan perasaan mu, aku tak mau jika dipertandingan nanti kau malah terganggu oleh suasana hati mu,” kata Aji sambil mengusap bibir Marlin dengan ibu jari nya.

“Aku mendengar semua nya dan tolong simpan dulu rasa itu sampai pada waktu yang tepat,” kata Aji pelan tepat di samping telinga Marlin, dan kemudian Aji berjalan meninggalkan Marlin yang masih termenung mendengar kata–kata Aji barusan.

Di ruang ganti pria...

Aji sedang menatap bayangan diri nya di cermin, “Akhirnya aku mendapatkannya, tinggal selangkah lagi, kutukan ini akan berakhir” kata Aji sambil tersenyum, tiba–tiba saja lampu di dalam ruang ganti itu berkedip–kedip dan ya Aji sendirian didalam ruang ganti itu.

Lampu pun padam dengan sendiri nya kemudian muncul cahaya berwarna perak yang terlihat jelas dari pantulan cermin yang ada di depan Aji, cahaya itu perlahan berubah menjadi sosok gadis cantik dengan sayap yang indah dipunggungnya.

“Lexa?“ gumam Aji terkejut, ia melihat gadis itu dari pantulan cermin didepan nya.

“Ah kau masih mengingat ku sayang?” kata gadis itu sambil memeluk Aji dari belakang. Gadis itu bernama Lexa, gadis penyihir yang sakit hati karena Aji menolak pernyataan cinta nya dan memberikan kutukan kepada Aji, Lexa yang memeluk Aji dari belakang pun tidak bisa diam, tangan nya terus saja mengabsen seluruh otot – otot kekar milik Aji....

Mohon dukungan nya🥰🥰🥰

Like👍 and favorit 💕

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!