TH-9

Marlin terduduk lemas di kursi kelasnya, tatapannya kosong, ia masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi pada dirinya.

Begitu dingin, lembut dan ada sedikit rasa manis yang sedikit asin, Marlin menyentuh bibirnya, otak kecilnya travelling, masih terbayang adegan cium dadakan tadi.

"Barusan Senja cium bibir gue, duh apa masih pantas gue berharap lebih kepada kak Aji? Bibir gue udah nggak suci, tapi kenapa gue tadi nggak bisa nolak ya?" batin Marlin.

Selama jam pelajaran Marlin tidak bisa fokus, ia masih saja memikirkan Senja yang tiba-tiba menciumnya.

Bahkan selesai kelas Marlin yang biasanya bersemangat untuk latihan, kali ini raut wajah gadis itu semakin murung saja.

"Lin, kamu pemanasan sendiri dulu ya, aku mau beli minum ke kantin sebentar," ucap Aji yang berdiri disampingnya.

"Terserah!" ketus gadis itu, yang langsung berjalan meninggalkan Aji, sedang pemuda tampan itu bergeming, ia bingung dengan sikap Marlin kepadanya.

"Kenapa dia ini? Bukankah keinginannya sudah ku penuhi tadi? Susah sekali hatinya ditebak," gumam Aji.

"Kak Aji!" panggil gadis yang baru saja tiba di depan Aji, mendengar suara gadis yang memanggil nama seniornya, Marlin yang berjalan belum jauh segera menoleh, ia memperhatikan Aji yang tengah berinteraksi dengan gadis yang berdiri didepannya, gadis itu membawa satu botol minuman berperisa jeruk, terlihat mengembun botol itu, sepertinya itu berisi air dingin.

"Ini air minum untuk kak Aji," gadis yang tak lain adalah Manda itu menyerahkan botol minum yang ia pegang.

"Hah? Untuk ku?" tanya Aji memastikan, Marlin masih meperhatikan mereka dari kejauhan dengan geram, ia mengepalkan tangannya kuat-kuat, "Coba saja kalau sampai lo terima tu minuman!" gumamnya dengan gigi yang bergeletuk.

Membelalak kedua netra bulat milik Marlin tatkala ia melihat tangan Aji yang seakan terulur untuk menerimanya.

"Maaf tapi..."

"Terima ya Kak! Anggap aja ini tanda terimakasih aku kemarin, karena Kakak sudah bantu aku," sela Manda dengan memegang tangan Aji agar menerima minuman pemberiannya.

Set!

Marlin tiba di tengah-tengah Manda dan Aji, bahkan ia merampas botol minuman itu, "Benar saja ini minuman dingin, gadis ini! Apa dia bodoh atau bagaimana? Kak Aji tidak minum dingin, bagaimana dita tidak tau! Bodoh sekali!" batin Marlin dengan menatap Manda dengan tatapan tak bersahabatnya.

"Lin?" panggil Aji dengan mengerutkan Alis tebalnya, jujur saja ia merasa tak enak hati jika menolak dengan kasar pemberian Manda yang katanya hanya untuk membalas budi.

"Apa?! Kau mau menerimanya?! Padahal jelas-jelas kau tidakep... emmm!! emmm!!" meronta Marlin karena tiba-tiba Aji membungkam mulutnya.

"Maaf Manda, kita ada perlu sebentar!" ucap Aji kemudian ia berjalan dengan masih membungkam mulut Marlin.

Dibawanya gadis yang masih terus berontak itu masuk kedalam salah satu toilet yang kosong, dan...

Brak!!

Ceklek!!

Aji menutup bahkan mengunci pintu toilet itu, "Kak Aji apa-apa in sih? Lembut di depan gadis lain?!" cerocos Marlin setelah Aji melepaskan bungkamnya, marah berapi-api, bahkan wajah putih gadis itu terlihat begitu merah.

"Tenang dulu!" ucap Aji halus.

"Tenang Kakak bilang?! Kak! Ini minuman dingin! Kakak tau sendiri kalo Kakak sampai minum air dingin, perut Kakak akan sakit!" meledak-ledak amarah? Marlin dengan menunjukkan botol minum yang masih di cengkeramnya.

Disaat Marlin meluapkan amarahnya, Aji malah terlihat mengulum senyum, "Kamu perduli sama kesehatan ku?"

Terkejut Marlin dengan pertanyaan yang Aji lontarkan, tersadar Marlin dengan alasan kemarahannya yang meledak-ledak, bagaimana bisa ia perduli, kan harusnya dia masih tidak mau bicara sama Aji, niatnya mau menghindar tapi kenapa malah jadi begini.

Terdiam Marlin, tidak segera menjawab pertanyaan sederhana dari seniornya.

Aji mencubit sedikit dagu Marlin, di angkatnya wajah yang menunduk terdiam itu, "Kamu perduli dengan kesehatanku?" tanya Aji.

Semakin dekat jarak kedua wajah itu, Aji teringat dengan adegan ciuman yang tadi dia lakukan bersama Marlin di ruang pikirannya.

Terfokus mata Aji kearah benda kenyal yang berwarna pink natural itu. Bahkan rasa manis dan lembut masih mendominasi didalam otaknya.

Semakin dipikirkan semakin Aji tidak dapat mengontrol hasratnya yang kian membara, ia pun terus memangkas jarak kedua bibir itu.

Sedangkan Marlin hanya terdiam, ia tau adegan akhir dari proses pemangkasan jarak ini, tapi jujur ia sungguh sulit untuk menolak pesona Aji.

Tak ada satupun penolakan kini kedua benda kenyal nan lembab itu sudah menyatu, menyesap lembut juga membelit dan mengabseb si selurug ruang mulut Marlin.

"Rasa ini, seperti Senja yang penuh dengan perhatian," batin Marlin yang ikut terhanyut dengan kegiatan Aji.

Ceklek-ceklek!!

"Ada orang di dalam?" terdengar seseorang berteriak, terkejut Aji dan Marlin, keduanya saling tatap satu sama lain...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!