Bab 19

Andi baru bekerja di kantor perusahaan milik alm. suami Rania, tetapi ia sudah berani menggoda sekretarisnya apa bila tidak ada Rania disana. Pria itu benar-benar seperti manusia yang tak memiliki pikiran dan yang ada hanya keinginan di hatinya saja. Bila di rumah ia berlagak romantis dan penuh perhatian, selalu berpura-pura sayang dengan keluarga. Anak-anak juga diperhatikan olehnya, tapi semua itu hanya untuk menutupi kelakuan busuknya Andi di luar sana. Dengan begitu Rania dan kedua anaknya tak akan curiga yang dilakukan oleh Andi saat mereka tak berada di sekitar pria itu.

"Mita bisa kah kau ke ruangan ku sebentar? ada beberapa berkas yang ingin kau salin dan kau simpan." Andi menelpon Mita dari telpon kantor yang ada di ruangannya.

"Baik pak, saya akan segera kesana." Mita pun bergegas datang ke ruangan Andi.

"Mita tolong kau salin berkas ini dan buat pertanggal untuk kita, besok kita akan rapat dengan pak Handoko dan kamu harus sudah bisa menguasai berkas tersebut. Buat pak Handoko itu tertarik bekerjasama dengan perusahaan kita, sama seperti saya yang sudah mulai tertarik sama kamu saat ini." Andi mencolek dagu wanita itu.

Mita tersipu malu dan wajahnya pun merona, Andi sekarang sudah mulai berani di belakang Rania. Padahal mereka baru saja menikah, seharusnya hubungan mereka masih sangat membara dan begitu romantisnya. Namun sepertinya tidak demikian dan dapat terlihat oleh kelakuan Andi yang sudah mulai colek sana sini.

Selain itu Andi juga suka keluar bareng sekretarisnya, dan itu tidak di ketahui oleh Rania, sedangkan karyawan yang lain hanya tahu dalam urusan pekerjaan. Andi juga suka bermain-main dengan klien bisnis mereka yang menurutnya cantik, Andi sebenarnya sedikit tak suka dengan Rania yang lebih mengutamakan anak-anaknya ketimbang bersama dirinya.

Rania juga suka sekali membuat anak-anaknya ketergantungan padanya dan harus ia yang menyiapkan, padahal anak Rania sudah cukup umur untuk menyiapkan sendiri. Dan Andi juga berpikir apa gunanya ada pelayan art di rumah mereka kalau urusan anak juga harus Rania yang handle.

"Mita, bagaimana kalau nanti kita makan siang bersama? Hari ini aku bosan makan dengan ibu, konsepnya hubungan ini membuat ku tak mengerti. Nanti temani aku makan siang ya Mita?" Andi mencoba menggodanya.

"Oke deh pak, boleh saja. Asal Mita gak tanggung jawab kalau terjadi sesuatu nanti." wanita itu sedikit mengancam namun dengan nada genitnya.

"Tanggung jawab apa nih maksud kamu?" Andi bertanya sembari mengernyitkan dahinya.

"Mita gak tanggung jawab bila nanti ada yang baper dan jatuh cinta pada Mita." wanita itu pergi begitu saja dengan manja.

Andi sangat terhibur dan menyukai kenakalan Mita yang suka balik menggodanya, Mita sangat pandai dalam mengetahui isi di hati dan di otak lelaki seperti Andi. Pria seperti itu awalnya hanya iseng, dan kelamaan bisa menjadi kecanduan terhadap wanita-wanita mana pun yang ada di sekitarnya.

****

Kembali ke Jakarta.

Sudah 3 hari Lita di desa, hari ini mereka akan kembali ke kota Jakarta. Di sana sudah menunggu tugas-tugas Ozan yang menumpuk untuk di kerjakan kembali. Begitu juga dengan Lita yang sekarang sudah menjadi guru disana tak mungkin meninggalkan pekerjaannya.

Irwan ayah Lita hanya berdoa untuk ke suksesan anaknya yang hidup jauh darinya, Lita juga sudah mengajak ayahnya untuk ikut dengannya tapi ayahnya tak ingin pergi dan meninggalkan ibunya.

Lita sekarang sudah dapat menelpon ayahnya dengan ponsel yang baru, Lita membelikan ayahnya ponsel dengan uangnya sendiri. Lita juga sudah pamitan dan memberi tahu kepada Manda temannya hari ini ia akan pergi kembali lagi ke ibu kota Jakarta. Besok Lita akan memulai kembali aktivitasnya setalah beberapa hari sudah beristirahat karena kecelakaannya hari itu.

Mereka pun berangkat kembali ke Jakarta lagi, hati Lita sedikit sedih namun ia punya impian akan menunjukkan ke orang-orang desa bahwa ia bukan orang miskin. Ibu Lita sering di hina karena keadaan mereka, tapi kali ini orang desa terbengong melihat Lita pulang dengan mobil pribadi Ozan.

"Mas, Ozan terima kasih sudah mengantarkan saya dan menemani di desa, Lita akan membayar semuanya ini dengan setiap pagi menyiapkan segala keperluan mas sebelum pergi ke kantor. Bagaiman? setuju?!" Lita menawarkan dirinya menjadi asisten Ozan sebelum pergi ke kantor.

"Baiklah, apa pun harus kau siapkan dan jangan ada yang sampai tertinggal." Ozan setuju sambil mengulurkan tangannya.

"Deal!" ucap mereka serentak bersama.

pak Jon hanya tersenyum melihat tingkah mereka seperti bocah saja, tetapi melihat Ozan majikannya banyak tersenyum membuatnya menjadi senang. Sudah beberapa tahun Ozan selalu murung dan sikapnya sangat dingin, semua itu karena ia kehilangan Marisa. Ozan bagai orang gila yang mencari sesuatu tanpa henti, bahkan ia lebih sering bergadang dan minum alkohol bersama teman dan karyawannya.

Semenjak ada Lita, kini Ozan sangat berbeda dan berubah sekali. Sekarang ia normal kembali dan hidupnya terarah, tapi sampai saat ini ia belum juga mau berbicara pada mamanya Martha yang dulu tak merestui Ozan berteman dan menjalin kasih dengan Marisa. Mulai saat itu Marisa tidak di temukan namun tak ada yang tahu kemana gadis belia itu pergi sampai tak ada jejek sedikit pun.

Marisa hilang bagai di telan bumi apa pun tidak ada yang mengetahui gadis itu pergi kemana. Semua menjadi misteri bagi orang terdekat Marisa.

Ozan sendiri sudah mengerahkan orang suruhan dan orang bayaran sampai begitu banyak menghabiskan uang untuk mencari Marisa. Sampai akhirnya Ozan menyerah dan berhenti untuk berharap Marisa masih bisa di temukan.

"Mas? Mas Ozan?!" suara Lita memecah lamunan Ozan.

"Hah?! Ada apa Lita?" tanya Ozan yang sedari tadi mengulang ingatan tentang Marisa yang hilang.

"Mas, nanti jangan bilang dulu sama keluarga Willson bila kita sudah dalam perjalanan pulang ya? Lita sedikit lelah dana ingin tidur seharian tanpa ada tamu yang mengunjungi ku." Lita berkata demikian kepada Ozan mungkin sedikit tak tenang bila setiap saat selalu datang ingin bertemu dengannya.

"Baiklah, jangan khawatir. Nanti kalau pun mereka datang, akan mas bilang kalau kau sudah tidur dan tak bisa di ganggu sama sekali." Ozan mengusap kepala Lita.

"Dan kau juga dapat mengunci pintu kamar mu sendiri dari dalam, agar siapa pun tak dapat mengganggu kehidupan mu dan juga mimpi indah mu." Ozan berbicara di dekat telinganya Lita.

Wanita itu sedikit kegelian dan hanya tersenyum saja, Ozan benar-benar humoris kepada Lita. Sampai saat ini Lita tak di izinkan pergi atau pindah dari rumahnya Ozan. Ozan sedikit egois mengekang Lita hanya karena tak ingin terpisah dari gadis yang mirip dengan Marisa.

BERSAMBUNG...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!