"Lihatlah pandangan mu ke depan!" ujar Ozan menegur supir pribadinya itu.
"Hah? mas bicara apa?!" Lita menoleh dan bertanya ulang ke arah Ozan.
"Enggak, aku gak bila apa pun sama kamu." Ozan pun menoleh kan pandangan dan kepalanya ke arah jendela sebelah kiri.
Lie supir pribadinya pun melajukan kecepatan mobilnya agar segera cepat sampai, karena akan gawat bila membuat Ozan dalam suasana seperti itu, Lie pasti akan terkena marah nantinya.
*****
Brem....
Cit!
Mereka pun sampai ke parkiran gedung besar itu, Ozan turun duluan lalu mengulurkan tangannya untuk mengajak Lita keluar dari dalam mobil itu. Semua orang terpesona dan takjub melihat Ozan bersama wanita yang begitu cantik bahkan menggandengnya ke pesta pernikahannya.
Rania pun juga merasa heran ketika semua orang sibuk melihat ke arah luar dari gedung itu, para tamu undangan malah sibuk memuji dan mengagumi Ozan dengan pasangan. Rania sedikit merasa cemburu karena ada jauh yang lebih cantik daripada pengantin yang ada di depan mereka. Rania pun jadi kepo ingin melihat wanita yang datang bersama Ozan ke pernikahannya.
Ozan masuk bersama Lita langsung naik ke pelaminan dan mengucapkan, Andi yang sedang mengambil minuman berbalik ingin menyerahkannya kepada Rania malah menjatuhkan gelas itu sebelum Rania memegangnya.
Prang!
"Lita?" Andi menyadari wanita bersama Ozan.
"Mas Andi? kamu mas Andi dari desa yang aku kenal?" Lita merasa tak percaya.
Di depan mata Lita Andi sudah menikah dengan wanita lain, sementara dirinya sudah beberapa bulan menunggu kabarnya dan kepulangannya, sampai ia meninggalkan orang tuanya pergi mencarinya ke kota besar.
Lita menutup mulutnya dan merasa tak percaya, air matanya jatuh tanpa sadar. Lita pun berbalik dan berlari keluar dari gedung pernikahan itu, ia berlari tak tentu arah dan tak tahu kemana. Sampai akhirnya ia berlari menuju jalan raya yang begitu banyak kendaraan disana, tak lama kemudian sebuah mobil pribadi dengan kecepatan tinggi menabrak tubuhnya.
"Bugh!"
"Marisa....! tidak Marisa....!" Ozan berlari mendekat dan segera memeluk Lita yang bersimbah darah disana.
"Lie, cepat bawa mobil ke sini, segera bawa aku ke rumah sakit." Ozan menggendong tubuh wanita itu dan membawa masuk ke dalam mobilnya.
"Lie, kau urus yang menabrak. Bawa ke kantor polisi dan jangan lepaskan dia begitu saja." ujar Ozan yang langsung mengemudikan mobilnya sendirian ke rumah sakit.
Brem....
"Lita, Marisa bertahan lah aku tak ingin kalian menghilang lagi dari ku. Aku mohon bertahan lah, aku akan melakukan apa pun untuk kalian berdua." ungkapan hatinya.
Ozan melajukan mobilnya dengan cepat agar segera dapat pertolongan untuk Lita segera, setelah sampai di rumah sakit, Ozan segera berteriak meminta pertolongan kepada para suster di ruang UGD.
"Tolong aku, kekasih ku banyak sekali mengeluarkan darah! cepatlah tolong dia, ia tak boleh meninggalkan aku!" Ozan berlari mengikuti para suster yang dengan sigap membawa masuk Lita untuk segera di periksa.
"Pak, kekasih mu harus segera di operasi, ia begitu banyak kehilangan darah. Aku akan mengecek golongan darahnya dan kita bisa memberinya transfusi darah agar ia tak kehabisan darah." kata salah satu dokter yang menanganinya.
"Baiklah, lakukan apa pun itu untuk menyembuhkannya, aku mohon pada kalian semua. Aku tak ingin ia menghilang lagi dari ku saat ini, Aku mohon pada kalian.." Ozan terduduk lemas ketika Lita masuk ke dalam ruangan operasi dan semua mempersiapkan operasi untuk wanita itu.
Ozan segera di minta oleh suster untuk mengurus administrasi nya di bagian depan. Dan menandatangani beberapa berkas agar operasi terlaksanakan, Ozan pun menuruti semua yang suster ucap dan arahkan. Setelah itu Ozan pun kembali dudu di depan ruang operasi itu lagi menunggu selama 2 jam disana.
Tring...
Tring....
"Ya tuan muda? Ada yang bisa saya bantu saat ini?" pak Kim menjawab telpon dari Ozan.
"Tolong hubungi keluarga Willson, dan suruh datang ke rumah sakit ***. Bilang pada mereka kalau ingin bertemu dengan Marisa saat ini ada pada ku di rumah sakit." Ozan pun terpaksa memberi tahu mereka tentang Lita.
Dan tak menyembunyikan keberadaannya lagi dari keluarga Willson, mungkin saja Lita adalah Marisa yang selama ini mereka cari juga. Dan semua akan terungkap dengan melalui tes DNA Lita dengan keluarga Willson di rumah sakit itu.
Pak Kim pun menghubungi keluarga Willson dan memberi tahu kepada pelayan mereka seperti yang Ozan katakan kepada pak Kim dari ponselnya. Pelayan itu merasa terkejut dan seakan tak percaya, segera memberi tahu kepada Oma dan keluarga lainnya. Semua menjadi heboh dan segera datang ke rumah sakit *** tersebut.
*****
"Lita?! Maafkan aku Lita, hanya ini satu-satunya yang bisa kulakukan agar hidup ku berubah dan tak di pandang sebelah mata lagi oleh keluarga mu dan penduduk desa lainnya." Andi merasa menyesal tapi ia tetap memilih Rania sebagai istrinya.
"Kamu kenapa mas? Apa wanita itu mengenali kamu?" Rania melihat ke arah Andi yang menjadi salah tingkah dan gugup.
"Aku memang mengenalinya Ran, ia satu desa dengan ku dan aku juga tak tahu mengapa ia bersikap seperti itu. Dulu kami di jodohkan oleh orang tua kami berdua, namun mas belum bisa melupakan kekasih mas yang dahulu dan menolak perjodohan itu." Andi berbicara tapi tak berani menatap ke arah Rania, pria itu berpura-pura dengan yang lain.
"Namun mas ia terlihat sangat kecewa dan menangis tadi ku lihat?" Rania kembali bertanya.
"Ya mungkin ia menyukai ku, tapi aku tak bisa bersamanya jadi ia kecewa karena mas menikah dengan kamu Rania." Andi mencoba menjelaskan sekali lagi kepada istrinya.
Rania pun terdiam dan percaya dengan ucapan Andi suaminya, setelah itu Rania tidak mempertanyakan lagi karena ia anggap sudah mengetahui semuanya. Pria itu berbohong lagi kepada Rania, dan malah mencampakkan Lita begitu saja.
Andi dan Rania terus melangsungkan perayaan pernikahan itu sampai malam hari pukul 22:30 malam yang di akhiri dengan berdansa dan minum bersama. Rania sangat senang dan bahagia, kedua anaknya sudah pulang bersama Omanya dari pukul 19:00, karena keesokan harinya harus berangkat ke sekolah.
Ozan sangat geram dengan Andi dan penabrak Lita, walau yang sebenarnya Lita yang tak berhati-hati, tapi Ozan tetap kesal dengan penabrak itu. Ozan menyuruh pak Jon memenjarakan orang tersebut, dan Ozan belum bisa pergi dari rumah sakit itu mengintrogasi penabrak tersebut.
Ozan masih menunggu kabar Lita dari dalam ruangan operasi itu, juga menantikan keluarga Willson dan ingin menjelaskan kepada mereka semua rencana yang akan Ozan lakukan untuk mengetahui, apakah Lita itu Marisa atau bukan. Mengantisipasi juga apa bila di butuhkan lagi golongan darah untuk Lita saat ini.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments