Andi sangat senang melihat mereka semuanya yang siap bekerja dan dirinya yang akan menjadi bos saat ini di perusahaan Adi Jaya *****. Andi pun masuk ke ruangan kerja yang biasa Rania gunakan, namun ia tak suka dengan konsep ruangan tersebut, ia meminta ke Rania untuk merubah seperti yang ia inginkan. Rania pun menurutinya memang demi kenyamanan Andi dalam bekerja pikir Rania dengan positif.
Apa pun saat ini yang di minta oleh Andi Rania akan berikan, Setelah itu Rania pergi ke rumah Oma untuk melihat ke adaan Oma dan mengambil barang-barang yang kemarin masih tertinggal di sana. Siang itu juga Rania pulang untuk memasak agar mereka sekeluarga dapat makan bersama di rumah. Tetapi Andi malah tidak pulang dan anak-anak pun ada kelas tambahan, jadi Rania merubah rencana untuk makan malam bersama saja di rumah. Akhirnya Rania kembali ke kantor dan melihat bagaimana Andi bekerja serta menunggu suaminya sampai selesai bekerja.
****
"Dimana aku?" Lita membuka matanya dan melihat di sekelilingnya.
Ceklek....
Seorang suster masuk ke kamar Lita, ingin mengecek keadaan pasien mereka, suster itu terkejut melihat ternyata Lita sudah sadar dari biusnya. Seketika suster itu, dengan cepat memanggil dokter untuk segera memeriksa kembali kondisi Lita setelah sadar dari operasi semalam.
"Saya ada dimana ini?" Lita kembali bertanya lagi.
Ozan masuk dan langsung menghampiri Lita, setelah dari luar membeli sarapan untuknya dan mencari bubur untuk di makan oleh Lita nanti.
"Mas Ozan, Lita di mana mas?" Lita bertanya lagi ke Ozan.
"Kamu sekarang di rumah sakit, dan sebentar lagi dokter akan memeriksa mu." Ozan menjelaskan sembari menggenggam tangan Lita.
Drap
Drap
Drap
Dokter pun datang dan suster sudah berada disana dengan perlengkapannya, Ozan pun duduk di sofa ruangan itu, ia mengkotak-katik ponselnya, dan menelpon seseorang.
"Pak Kim tolong kau handel perusahaan saat ini dan sampai lima hari kedepannya, siapkan juga pakaian ku dan suruh pak Jon mengantarkannya ke rumah sakit." ucap Ozan yang dapat di dengar oleh Lita dan para suster serta dokter yang sedang memeriksa.
Dokter dan suster pun keluar dari ruangan itu, di iringan dengan Ozan yang harus ikut dengan mereka untuk datang ke ruangan Dokter Agus. Pria itu pun menurut dan pergi setelah pamit ke Lita untuk pergi sebentar.
Tok
Tok
Tok
Terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamar Lita, segera Lita mempersilahkan orang tersebut untuk masuk, didalam pikirannya itu adalah Ozan yang sudah kembali dari ruangan dokter. Orang tersebut pun masuk menghampiri Lita yang masih terbaring lemah.
"Hai Lita, bagaimana kabar kamu hari ini?" seorang ibu bertanya kepadanya dengan mata berkaca-kaca.
Wanita itu membelai kepala Lita dengan wajah sedihnya seakan penuh arti.
"Rosa, kendalikan emosi mu saat ini, jangan membuatnya merasa ketakutan dengan keberadaan kita." Andreas memeluk istrinya.
"Lita kami adalah kerabat dari Ozan, dan kami tahu keadaan mu dari Ozan semalam. Dan ini Rosa istri saya, sedangkan saya Andreas, maafkan sikap istri saya yang sedikit mengusik mu." dengan sopan Andreas berbicara pada Lita.
"Tidak apa-apa tuan, saya bisa mengerti kok perasaan ibu Rosa. Mungkin ia merasa ada yang mengusik hatinya ketika melihat saya, atau merasa sedih dengan kondisi saya saat ini." Lita tersenyum begitu ramah.
"Sayang, bolehkah aku memeluk mu sebentar?" Rosa menghampiri Lita kembali.
"Honey..." Andreas mencoba kembali mengingatkan istrinya.
"Kau boleh memeluk ku kapan pun kau mau Bu.." Lita tersenyum.
Andreas dan Rosa merasa tak percaya dengan perkataan dari Lita, ia mengizinkan Rosa untuk memeluk nya, membuat Rosa menangis tak dapat menahan air matanya jatuh ke pipinya yang merona.
"Wanita ini pelukannya sangat hangat sekali, sama seperti ibu ku yang di desa. Aku sangat merindukannya, ibu..., Lita sangat merindukan mu. Masuklah ke dalam mimpi ku nanti malam, agar Lita dapat bertemu dengan ibu dan memeluk ibu." Lita memejamkan matanya dan sedikit meneteskan bulir kristal bening ke pipinya.
Rosa melepas pelukan itu dan menyadari bahwa Lita menangis ketika di peluk olehnya. Rosa pun merasa heran dan bertanya kepada Lita, dalam benak Rosa mungkin saja Lita merasakan sesuatu atau ia tahu bahwa dirinya adalah anak mereka.
"Maaf Bu, saya hanya teringat dengan ibu saya di desa. Sudah lama belum bertemu dan pulang ke sana, saya tak pernah pergi jauh dari ibu saya itu. Rasa kangen saya tak bisa di tahan jadi terbawa-bawa." Lita menghapus air matanya.
"Terima kasih sudah meringankan rasa rindu saya dengan ibu yang ada di desa." Lita kembali berbicara sopan ke Rosa.
Ozan yang sudah dari tadi kembali dari ruangan dokter, menyaksikan semuanya dari balik pintu. Dan Ozan pun keluar tak jadi masuk ke dalam kamar itu, ia duduk di kursi depan kamar Lita, sambil mengusap air matanya yang ikut dapat merasakan kesedihan mereka.
Tok
Tok
Tok
Ozan masuk dan terlihat seperti tidak tahu apa pun yang terjadi, Ozan menyapa Rosa dan Andreas yang ada di dalam kamar Lita. Terlihat Rosa sedang menyuapi sarapan pagi ke mulut Lita, sedangkan Andreas sedikit sibuk dengan ponsel dan urusan bisnisnya.
Sehingga mereka berdua tak bisa berlama-lama di sana menemani Lita, setelah Lita selesai menghabiskan buburnya, Rosa dan Andreas pun pamit pergi dari tempat itu. Rosa berjanji akan meluangkan waktu untuk menjenguknya kembali lagi, dan Lita sangat senang mendengar itu dari Rosa. keluarga Willson pun sudah keluar dan pergi ke tempat kerja mereka masing-masing.
Tinggallah Ozan dan Lita disana, Lita bertanya pada Ozan apakah ia akan ke kantor hari ini, dan menanyakan sarapannya yang belum dimakan dari tadi.
"Hari ini aku tak ke kantor, dan hanya ingin istirahat di sini bersama mu. Apakah boleh Lita?" Ozan menyantap sarapannya yang begitu sederhana.
Pria itu membeli roti sandwich dan segelas teh susu kesukaannya, Lita memperhatikan Ozan sampai ia merasa malu dibuatnya. Setelah Ozan selesai makan, pria itu memberi Lita obat yang di sediakan dari rumah sakit untuknya. Lita pun meminum tak beberapa lama kemudian gadis itu tertidur kembali agar masa pemulihannya cepat.
Flash Back
"Pak Ozan, gadis itu memang sudah sadar dan terlihat normal. Namun ada sesuatu di kepalanya yang suatu saat akan membuat ia lupa ingatan dan anda harus mengulang kembali berkenalan dengannya." ujar dokter yang berbicara hanya empat mata di ruang dokter.
"Tapi dokter, apa tidak bisa kalian sembuhkan atau kalian lakukan untuk operasi sekali lagi? Aku mohon dengan segala cara apa pun akan aku tanggung biayanya. Asalkan gadis itu bisa sembuh dan tak ada penyakit apa pun di kepalanya." Ozan hampir putus asa dan emosi dengan dokter itu.
"Saat ini gadis itu masih perlu kita pantau terus, dan luka itu tak bisa kita hanya melakukan sekali operasi saja dan mengangkat sekaligus begitu saja, karena bisa fatal urusannya. Kami akan upayakan segera untuk kesembuhan dirinya pak Ozan, mari kita bersama-sama berdoa." dokter menepuk bahu Ozan.
Ozan kembali mengingat ucapan dokter kepadanya tadi saat di ruangannya. Sambil menatap wajah Lita, yang sedang terpejam istirahat di kasurnya. Ozan tak tega jika keluarga Willson mengetahui semua itu, tapi menyembunyikannya juga bukan hal yang baik pikir Ozan.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments