Bab 11

Ozan pun menggendong Lita ke tempat tidur dan merebahkannya, Ozan masih terus menatap wajah Lita dengan kelembutan. Lalu menyelimutinya agar Lita nyaman dan tak kedinginan saat di kamar ber AC itu.

"Selamat malam kelinci kecil ku."

"Track!" Ozan memadamkan lampu kamar tersebut dan keluar lalu menutup pintunya.

Segera Ozan mandi membersihkan diri dan tidur beristirahat untuk besok kembali melanjutkan aktivitas serta mengantar Lita ke sekolah yang sudah ia tentukan.

*****

Orang tua Lita...

"Bu, kamu kenapa kok belum bangun?"

"Bu?!" Sari masih tak bergeming.

"Sari?!"

"Sari?!" Irwan mengecek kondisi istrinya.

"Bu! bangun buk!"

"Bu!" Irwan menjerit lalu menangis.

"Tolong..., tolong...!" Irwan pun berteriak dari depan pintu rumahnya meminta pertolongan.

Seluruh warga berhamburan keluar dan berlari menuju ke rumah Irwan, mereka bertanya kepada Irwan sebab ia berteriak.

Irwan pun menjelaskan kepada warga dan meminta untuk memanggil tenaga medis di desa untuk mengecek kondisi istrinya yang tak sadarkan diri saat di bangunkan.

"Maaf pak, Bu Sari sudah tiada saat ini." ucap perawat medis yang datang mengecek kondisinya.

"Innalilahi....," seluruh warga mengucap dan begitu terkejut.

"Sari...! mengapa kau meninggalkan aku..?!"

"Aku gak mau sendirian di sini sari..!"

"Ya Allah, bawalah juga aku menghadap mu."

"Aku ingin bersama istri ku selamanya, biar bagaimana pun dia, aku sangat mencintainya."

"Sari...!" Irwan menangis dan menjerit memanggil nama istrinya itu.

Warga segera bergerak menyiapkan proses pemakaman untuk Sari istri dari Irwan, mereka saling bahu membahu menyiapkan semuanya. Manda teman Lita terkejut mendengar ibunya Lita meninggal dunia hari itu, dengan rasa tak percaya ia pun datang ke rumah orang tua Lita dan menyaksikan sendiri, bahwa bu Sari telah meninggal dunia.

Manda bingung bagaimana cara memberi tahu Lita di kota, ponselnya tak dapat di hubungi sudah dari sejak lama. Sebenarnya ponsel dana dompet Lita diambil orang, ia kecopetan saat di dalam bis yang membawanya sampai ke ibu kota Jakarta. Kalau pun mengirim surat entah kemana mau di kirimkan, Manda jadi terpikir dengan semua yang terjadi pada keluarga Lita.

Pemakaman sudah selesai, Manda menghampiri Irwan dan ia berkata turut ikut berduka dan berbelasungkawa kepada keluarga pak Irwan. Manda tak bisa berbuat apa pun atau membantu keluarga mereka. Pak Irwan sendiri juga masih bingung dan tak percaya akan di tinggal oleh istrinya tercinta.

Sementara Damar tak pernah memberi kabar atau pun menampakkan batang hidungnya kepada Irwan. Pria itu masih di ibu kota dan belum juga kembali ke desa, setelah mendapat uang Damar pun menghabiskan uangnya dengan wanita dan juga bermain judi bersama teman-temannya.

Malam itu Lita sedang keluar rumah hanya sekedar ingin menikmati bakso yang ada di pinggir jalan. Ia pun keluar untuk mencari tukang bakso yang mangkal, berjalan keluar dari komplek tak ada yang mangkal berjualan. Akhirnya Lita pun pergi lebih sedikit jauh lagi dan menyebrang jalan ada tukang bakso yang lagi banyak pembelinya disana.

Ketika Lita menyebrang, mobil Ozan pun melintas dan berhenti di pinggir jalan mengamati dan memperhatikan apa yang di lakukan kelinci kecilnya itu. Lita berjalan menghampiri penjual bakso dan ingin memesannya, namun karena terlalu ramai orang, akhirnya Lita pun ikut mengantri disana.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di pinggir jalan, seorang pria kekar keluar dari dalam mobil itu menghampiri Lita yang lagi mengantri disana. Tangan pria itu lalu membekap mulut Lita dan membawanya masuk ke dalam mobil mereka. Dengan kecepatan penuh mobil itu melaju karena orang-orang yang ada disana melempari dan mengamuk menghadang jalan mobil mereka.

"Emmmm!"

"Lepaskan saya!"

"Siapa kalian...?!"

"Mengapa aku kalian tangkap? ada urusan apa kalian dengan ku?!" Lita mulai emosi.

"Hahaha...tentu saja kau ada urusan dengan kami, terutama dengan aku." Damar menoleh dan memperlihatkan wajahnya.

"Pak Damar?!"

"Apa maksudnya menangkap aku begini?"

"Aku tidak ada masalah dengan bapak bukan?!" Lita bertanya dengan lantang.

"Diam!"

"Kau memang tak ada masalah dengan ku, tapi kali ini aku yang akan membuat masalah dengan mu, mengerti!" Damar meninggikan suaranya, hingga membuat Lita terdiam dan tak dapat berkata apa-apa lagi.

"Teman-teman malam ini kita akan bersenang-senang dengan nya, hahaha..." mereka semua tertawa.

Lita mencoba keluar dari dalam mobil itu dan meronta, sampai akhirnya Damar harus menampar pipi wanita malang itu.

"Plak!

"Plak!

Lita pun pingsan tak sadarkan diri, teman Damar terkejut dan sedikit ketakutan.

"Apakah ia mati, mar?!" bertanya dengan nada ketakutan.

"Tidak, ia hanya pingsan karena tamparan ku saja." jawab Damar dengan santainya.

Ozan yang mengetahui Lita di culik dengan sigap mengikuti mobil mereka dan menabraknya dari arah belakang. Mereka baru menyadari bahwa ada seseorang yang mencari masalah dengan mereka bertiga.

"Bugh!

"Bugh!

"Berhenti!"

"Berhenti ku bilang?!" Ozan semakin geram karena mereka menambah kecepatan laju mobilnya.

Brem...

Brem...

Ozan pun juga tidak mau kalah menambah kecepatan mobilnya juga, tapi Ozan tak mau ceroboh melakukan kesalahan yang dapat menyebabkan Lita kecelakaan di dalam mobil itu. Perlahan Ozan menjauh dan membiarkan mereka menang terlebih dahulu, agar Lita tetap terselamatkan dari mereka, Ozan pun memutar otaknya dan berpikir.

"Hahaha..., ia sudah tak bisa mengejar kita lagi."

"Kemungkinan mobilnya mogok dan mati di jalan itu." mereka semua senang dan tertawa.

Padahal anak buah Ozan sudah ada yang mengikuti mereka dan meletakkan pelacak di bagian belakang mobil yang mereka punya. Ozan pun dengan mudah mencari dan menyusul mereka untuk membuat perhitungan.

Brem....

"Bugh!"

Ozan menabrakkan mobilnya ke gudang tempat mereka membawa Lita, Damar dan temannya terkejut karena mobil itu tiba-tiba muncul dan sudah ada di hadapan mereka.

"Bre**sek!"

"Apa mau nya ini orang?! mencari masalah dengan Damar berarti cari mati dan ingin cepat ke neraka!" Damar sudah sangat emosi.

Ozan menghentikan mobilnya dan keluar dari dalam mobil, melihat mereka semua membawa Broti besar menatap tajam ke arah Ozan. Membuat Ozan mengerti dan segera menggulung lengan bajunya agar ia leluasa bergerak menghajar mereka.

"Matilah kau...!"

"Bugh!

"Bugh!

Ozan tak dapat di pukul oleh mereka, tangan Ozan begitu kuat pun memukul wajah Damar dan perut mereka berdua sehingga memecahkan limpa mereka di dalam tubuhnya.

Swiss...

Ozan mengelak dan kembali memukul sekali lagi, bugh! Damar terjatuh dan sempoyongan. Teman-temannya sudah terkapar dan tak bisa bangun lagi. Begitu juga dengan Damar yang meringis kesakitan, dan tak dapat melawan lagi.

Ozan pun segera menggendong Lita masuk ke dalam mobil, dan membawanya pulang ke rumah. Wajah Lita lebam akibat tamparan Damar yang begitu kuat. Sekarang mereka berdua sedang di rawat oleh art pelayan di rumah itu, Lita juga sudah sadar dari pingsannya.

BERSAMBUNG....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!