"Selamat pagi tuan putri tidur...?" Ozan kembali bercanda.
Lalu pria itu menyadari ada air mata di pelupuk matanya Lita. Ozan pun bertanya kepada Lita mengapa ia menangis dan mengkhawatirkannya.
"Apa yang terjadi? Kenapa kamu terlihat sedih?" Ozan mencoba menghapus air mata itu.
"Tidak apa-apa hanya mimpi buruk saja, jadi aku merasa sedih dan teringat dengan orang tua ku di desa." Lita sengaja berbohong. Ia tak ingin Ozan mengetahui mimpi yang ia baru saja mimpikan.
****
Hari itu Lita berpikir ingin bekerja seperti profesinya sebagai guru saat di desanya. Namun Lita tak tahu harus masuk ke sekolah mana, dan ia meminta saran dengan Ozan, setiap hari di tinggal bekerja dan tak melakukan apa-apa membuat Lita menjadi bosan di rumah saja. Apalagi ia tak kenal dengan siapa pun di Jakarta, Lita akan meminta Ozan untuk mencari sekolah yang bisa ia masuk untuk bekerja.
Ayah dan ibu Lita...
Semenjak Lita pergi dan ibunya pingsan shock mendengar semua itu, kini kesehatan ayah dan ibunya tak stabil, mereka mengurungkan niatnya untuk mencari putri mereka di ibu kota.
Saat itu seorang pria teman dari ayahnya Lita datang ke rumah dan mengatakan dirinya akan pergi ke kota untuk sebuah urusan selama seminggu, dan ia menawarkan diri untuk membantu mencarikan Lita disana.
"Kang Irwan dan Bu Sari tenang saja, nanti sampai saya disana akan mencari Lita sampai ketemu dan membawanya pulang."
"Jagalah kesehatan kalian dulu, jangan pikirkan macam-macam dan istirahatlah di rumah."
"Tapi...," pria itu berhenti berbicara.
"Tapi apa pak Damar?"
"Ada apa? kelihatannya sedang bingung begitu?" ucap Irwan cemas.
"Kalau ingin mencarikan harus pakai biaya, pergi kesana dan kemari, apa lagi kota Jakarta begitu besar."
"Tentu bukan hal yang mudah untuk mencari Lita sendirian, kang Irwan pasti tahu akan hal itu." Damar tersenyum sambil memberi kode dengan tangannya.
"Oh, kalau masalah itu saya mengerti kok pak Damar."
"Ini uang kami yang kemarin untuk pergi ke kota Jakarta, namun sudah terpakai buat berobat separuhnya."
"Hanya ini yang bisa kami berikan ke pak Damar."
"Mudah-mudahan itu cukup untuk mencari putri kami di ibu kota sana." Irwan memberikan 5 juta pada Damar, dan pria itu tersenyum dengan senang.
"Baiklah kalau begitu kang Irwan, saya pamit dulu pulang untuk menyiapkan keperluan saya berangkat ke sana."
"Assalamualaikum, kang!" ucap Damar dengan sangat senang.
"Kali ini aku akan pergi dan bersenang-senang di Jakarta dengan teman-teman komplotan ku yang selalu membantu mencuri hasil panen petani dan juga mencurangi semua timbangan hasil panen warga di desa."
"Kalau pun aku bertemu dengan Lita, gadis cantik itu akan aku habiskan dulu baru aku lepaskan pulang." Damar berencana akan merebut kesucian Lita.
Orang tua Lita pun sedikit lega ada yang akan membantu mencari Lita di kota, mereka akan menunggu dan menyambut kepulangan Lita di rumah dengan hangat. Sari ibunya Lita berjalan masuk ke kamar putrinya, membuka lemari dan memandangi baju-baju dan semua barang milik lita.
Uhuk!
Uhuk!
Uhuk!
"Bu..., sedang apa kamu disana?"
"Sudah jangan kau menangisinya, nanti juga akan pulang kerumah Lita nya." Irwan suaminya mencoba menenangkan hati istrinya.
"Sudah lama kita mengurusnya seperti anak kita sendiri, hati ku tak tenang bila ia pergi dari diri ku mas."
"Hiks, Hiks...!" Sari terus menangis.
Wanita paruh baya itu merindukan Lita dan ia tak pernah jauh dari putrinya kecuali di saat putrinya masuk universitas yang harus ke kota saat itu. Dan itu pun setiap Minggu Lita pasti pulang kerumah.
2 Bulan kemudian...
Lita belum juga bekerja, segala sesuatu sudah di siapkan oleh Ozan untuk Lita. Namun Lita ingin pergi dan tak tahan jika harus terus di rumah saja. Sampai akhirnya Lita berinisiatif untuk pergi dan lari dari rumah Ozan, dan itu diketahui oleh satpam yang menjaga gerbang rumah Ozan.
Akhirnya pria itu turun tangan untuk mencari sendiri keberadaan Lita dengan rasa emosionalnya. Keinginan hati yang tak ingin kehilangan kembali, membuatnya menjadi sangat posesif terhadap Lita. Hal itu yang membuat Lita tidak nyaman berada di rumah Ozan, pria itu mencari Lita yang berlari entah ke mana dengan mobilnya. Kali ini dirinya akan hancur bila Lita yang dianggapnya Marissa pergi darinya sekali lagi.
Lita tersesat dan ia tidak tahu arah jalan, sampai akhirnya ia pun duduk di tepi jalan dengan gaun biru yang dikenakannya milik Marissa. Dari kejauhan Ozan sudah melihat Lita yang duduk karena kedinginan di luar saat malam hari. dengan cepat pria itu menghampiri Lita dan membuka jasnya untuk melindungi tubuh wanita itu dari angin Malam.
Lita mengangkat kepalanya lalu melihat ke arah ozon yang memakaikan jasnya ke Lita. wanita itu pun langsung berdiri dan memeluk Ozan sambil menangis.
"Mas Ozan?!"
"Lita takut di luar, Lita tersesat dan tak tahu harus ke mana."
"Maafkan Nita yang pergi tanpa memberitahu Mas Ozan sebelumnya." Lita bicara sambil menangis.
"Stttts.... sudahlah, ayo ikut mas pulang kerumah."
"Di luar sangat berbahaya bagi kamu seorang wanita yang tidak ada menemani."
"Aku akan mencarikan sekolah agar kamu bisa beraktifitas sambil mencari informasi keberadaan orang yang kamu cari."
"Aku juga sudah mencarinya namun belum ada hasil, maklum ibu kota sangat besar dan tak mudah untuk mencari seseorang disini." Ozan mengatakan kepada Lita agar ia bersabar.
Sebenarnya Ozan sudah mulai mendapat petunjuk dari beberapa orang suruhannya, kini ia tinggal menemui orang tersebut saja. Tetapi Ozan akan terus mengulur waktu agar lebih lama lagi Lita tak bertemu dengan pria yang bernama Andi itu.
Ozan tak ingin Lita bertemu dengan pria tersebut, dan ia juga mengerti mengapa Lita jauh-jauh dari desa pergi ke ibukota hanya untuk mencari pria itu kalau bukan karena mereka adalah sepasang kekasih. Ozan juga mendengar isu-isu dari beberapa kalangan bisnis, bahwa pria bernama Andi itu sedang berpacaran dengan Rania yang merupakan rekan bisnis Ozan juga.
Namun isu itu masih belum di pastikan, karena undangan belum ada tersebar, Ozan masih akan membuat Lita tidak akan bertemu dengannya. Ozan tak ingin Andi membohonginya lagi dan Lita harus melakukan apa yang akan di katakan pria itu kepada Lita.
Ozan tahu pasti pria itu bukanlah pria baik dan bertanggung jawab, Ozan akan memasukkan Lita ke sekolah anak panti yang di kelola oleh Ozan sendiri, alias sekolah panti gratis khusus untuk anak-anak panti dan anak yatim piatu lainnya yang tak mampu untuk sekolah di tempat yang lain. Begitu banyak usaha dari papanya Ozan namun tak lupa juga untuk menyantuni orang yang kurang mampu di sekitarnya.
BERSAMBUNG....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments