Bab 13

"Tolong kau layani wanita ini, dia ingin mencari lima pasang sepatu kerja yang sesuai untuk dirinya. Semua keinginannya penuhi, dan ini kartu saya untuk membayarnya." Ozan menunjukkan kartu ATM miliknya.

Lita pun di layani dan semua keinginan Lita pun mereka segera lakukan. Sampai pembeli yang ada di ruangan lain keluar setelah sudah selesai dan baru akan membayar. Ozan bertemu dengan mereka, dan ternyata itu adalah Rania dan Andi yang sedang mempersiapkan pernikahan. Mereka mencari sepatu untuk mereka kenakan di pernikahan mereka nanti.

"Oh, ada anak kepala pimpinan dari perusahaan Pranoto yang tampan disini." Rania tersenyum manis ke arahnya.

Andi sangat kesal melihat kelakuan mereka berdua, Ozan langsung berdiri dengan santun memberi hormat karena merasa tersanjung. Lalu Ozan duduk kembali tanpa memandang lagi ke arah mereka, matanya hanya tertuju ke Lita saja yang masih sibuk memilih sepatu untuknya.

Andi tiba-tiba menoleh melihat ke arah Lita yang sedang memilih sepatu, Andi tak melihat wajahnya, ia hanya melihat punggung Lita saja. Dan menoleh kembali melihat Ozan tersenyum ke arah wanita itu, Andi tak mengetahui bahwa itu adalah Lita kekasihnya dari desa.

"Dasar buaya! Sudah ada kekasih di dekatnya masih saja menggoda wanita orang lain. Tak bisa ku duga, pria di Jakarta sungguh terang-terangan berselingkuh di depan mata. Ciih!" Andi berkata dan merendahkan Ozan.

Rania pun pergi setelah menyelesaikan pembayaran barang yang mereka beli dari sana. Lita sudah memilih beberapa sepatu yang ia mau dan pelayan toko itu pun pergi mengambil nomer yang sesuai dengan kakinya Lita. Terlihat jelas Lita sangat senang hati itu, wajahnya tambah menggemaskan di mata Ozan.

"Dia benar-benar persis seperti Marisa ku yang dulu, semakin hari aku semakin tak ingin jauh dari dirinya." Ozan masih terus menatap Lita.

"Mas Ozan kenapa dari tadi melihat aku terus ya? Aku kan jadi malu kalau ia menatapnya tanpa berkedip. Apa karena aku terlalu mirip dengan wajah wanita yang ada di dalam laptopnya?" Lita teringat Marisa yang ia lihat dari foto yang ada di laptop Marisa.

"Tapi aku bukan lah wanita itu, dan kami sangat berbeda. Aku ingin sekali bertanya padanya, tapi aku takut kalau ia nanti akan tersinggung. Lebih baik aku diam saja dan tidak usah mencari masalah dengannya." Lita pun kembali fokus ke barang belanjaannya.

Semua sudah sesuai yang di inginkan, kartu debet Ozan juga sudah di kembalikan. Saatnya mereka pergi makan siang dahulu, perut Ozan sudah keroncongan, dan harus segera di isi. Lita juga mengerti, sedikit kondisi Ozan yang suka kambuh mag nya ketika tidak teratur makan.

****

Hari pernikahan Andi dan Rania

Semua orang beramai-ramai menghadiri pernikahan mereka di gedung yang megah, kedua anaknya Rania sangat senang melihat Andi dan Rania dapat bersatu dalam ikatan pernikahan. Begitu pun mamanya Rania sudah memberi restu kepada mereka berdua, itu adalah pilihan Rania dan mamanya hanya bisa memberikan doa yang terbaik untuk kehidupan rumah tangga mereka.

Siang itu Lita di ajak oleh Ozan untuk pergi ke perjamuan pesta pernikahannya Rania, dan pria itu tidak perduli jika Lita harus bertemu dengan Andi di sana. Karena sudah saatnya Lita bertemu dengan pria yang menjijikkan bagi Ozan selama ini. Lita juga tak tahu ia akan datang ke pernikahan siapa hari itu, Lita berdandan dan memakai gaun dan tidak akan membuat Ozan malu karena ulahnya.

"Tok, tok, tok," suara pintu di ketuk dari luar.

"Kau sudah siap Lita? mas menunggu mu di bawah." Ozan sudah selesai dan memberi tahu ke Lita bahwa ia sudah menunggu.

"Iya mas, sebentar lagi." Lita yang tak mengerti berdandan ia di bantu dengan MUA yang di datang kan oleh Ozan.

Lima menit kemudian Lita menuruni anak tangga satu persatu dengan gaun berwarna peace begitu tampak cantik dan terlalu kontras dengan kulitnya yang putih bersih.

"Ayo mas kita berangkat." terdengar suara Lita yang membuat Ozan seketika menoleh ke arah sumber suara tersebut.

"Dia Marisa ku? Benar-benar bagai pinang di belah dua." Ozan melihat Lita dan membayangkan Marisa berada di samping Lita.

Wajah mereka berdua benar-benar sama dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Ozan menghampiri Lita di bawah tangga sambil mengulurkan tangannya untuk menggandeng Lita dan berjalan bersama. Hari ini Lita sangat berbeda, ia bagai ratu dari negeri Mesir nevertari, yang sangat terkenal kecantikannya di seluruh dunia.

Lita menyambut uluran tangan Ozan dan mereka pun masuk ke dalam mobil dan duduk bersama di belakang. Kali ini Ozan memakai supir menghadiri pernikahan tersebut, ia hanya ingin bersama Lita duduk di belakang menikmati perjalanannya.

Gaun itu sangat cocok dengan Lita, sekarang ia sudah mahir mengenakan heels tanpa terjatuh lagi. Lita saat ini masih terus memikirkan orang tuanya di desa dalam perjalanan menuju gedung pernikahan wajahnya tampak murung dan sedih.

"Ada hal yang mengganggu pikiran mu saat ini nona manis? Kau terlihat murung sekarang bersama ku?" Ozan memperhatikan dari tadi Lita hanya menatap jalanan dari kaca jendela mobil.

Matanya melihat ke sekeliling, namun pikirannya terlihat jelas melayang entah kemana. Lita pun tersadar ketika Ozan menyentuh dagunya dan memalingkan pandangan Lita menjadi ke arahnya.

"Sebenarnya ada yang ingin aku katakan, tapi aku takut mas tak akan memenuhinya. Lita sangat merindukan ayah dan ibu di desa, jadi Lita mau izin Minggu depan pulang ke desa sebentar saja." Lita menatap ke arah Ozan dan menunggu jawaban dari pria itu.

Ozan hanya diam saja selama lima menit, membuat Lita jadi tambah murung dan tak bertanya lagi pada Ozan.

"Baiklah kau boleh pulang sebentar dan jangan beri tahu kalau kau tinggal bersama ku. Nanti akan aku suruh Lie mengantarkan mu sampai ke sana dan menjemput mu kembali setelah tiga hari." ujar Ozan tanpa menoleh melihat ke arah Lita.

"Beneran? Ah, aku sangat senang. Baiklah kalau begitu." Lita terlihat sangat senang kebetulan ada libur 3 hari dari sekolah dari hari Jumat, Sabtu dan Minggu.

Lita kembali riang dan wajahnya berseri kembali, Ozan sempat melirik melihat ke arah Lita, dan lie supirnya mengetahui hal itu membuatnya tersenyum. Ozan menjadi pria periang semenjak ada Lita di sisinya saat ini. Mereka pun sudah tak pernah lagi kena marah olehnya, Lita membuat suasana hati Ozan lebih baik dari biasanya.

"Lihatlah pandangan mu ke depan!" ujar Ozan menegur supir pribadinya itu.

"Hah? mas bicara apa?!" Lita menoleh dan bertanya ulang ke arah Ozan.

"Enggak, aku gak bila apa pun sama kamu." Ozan pun menoleh kan pandangan dan kepalanya ke arah jendela sebelah kiri.

Lie supir pribadinya pun melajukan kecepatan mobilnya agar segera cepat sampai, karena akan gawat bila membuat Ozan dalam suasana seperti itu, Lie pasti akan terkena marah nantinya.

BERSAMBUNG...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!