bab 2

Pagi hari memberikan semangat baru bagi manusia untuk menjalani rutinitasnya. Begitulah kehidupan, meskipun penuh dengan tangisan, tetap akan berjalan. Ini adalah lirik lagu yang sering kita dengar ketika seseorang sedang banyak masalah hidup. Namun, mari kembali ke topik.

Saat ini, seorang gadis cantik sedang duduk di sisi jendela kamarnya. Dia memandang keluar, di mana gerimis sedang turun dan membuat siapapun merasa ingin berguling di bawah selimut dan tidur nyenyak.

Tapi ternyata tidak untuk gadis ini. Meskipun dia menutup matanya, hatinya merasa resah dan tidak tentu arah. Terkadang, dia lupa dengan tujuan hidupnya ketika dia tersesat. Dan ketika dia menyadari, dia tahu bahwa tidak ada cerita yang tak berakhir. Namun, sudah berapa lama dia menunggu tanpa kepastian? Tidak, bukan berarti kesedihannya yang dia sembunyikan sudah berakhir.

Tidak ada yang tahu seberapa tertekannya dia dalam menghadapi kenyataan hidup yang pahit ini. Seperti mutiara kecil yang menyimpan kesakitan dengan kesempurnaan yang terlihat, namun tidak ada yang tahu betapa menderitanya dia menahan rasa sakit itu.

"Astaghfirullah, aku lupa. Hari ini aku harus masuk sekolah," pekik Ainun, yang tanpa disadari telah berlama-lama melamun di depan jendela. Ainun segera bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.

Setelah bersiap, Ainun turun untuk sarapan bersama keluarganya. Meskipun keluarga ini sangat dingin, mereka masih melakukan sarapan bersama di rumah. Tidak jarang terjadi keributan antara kakak laki-laki dan Ainun, yang selalu berakhir dengan Ainun mengalah dan pergi tanpa ada yang peduli.

Ainun duduk di dekat ibunya yang berhadapan dengan Arsyila yang menikmati makanannya dengan santai. Arsyila sebenarnya sangat cantik, tapi sangat introvert dan tidak pernah terlihat sebagai putri dari seorang pengusaha kaya raya. Terkadang di sekolah, dia sering dibully karena sifatnya yang lembut dan polos. Tidak ada yang tahu bahwa Ainun dan Arsyila adalah saudara karena sangat berbeda.

"Hari ini, kakak yang akan mengantarmu," ucap Arsyad di tengah keheningan, dan terlihat Arsyila mengangguk setuju. Bagaimana dengan Ainun? Dia tahu tidak mungkin Arsyad akan mengantarnya.

"Aku sudah selesai dan aku pamit," ucap Ainun lalu pergi dari tempat duduknya.

"Ainun lupa untuk pulang cepat untuk menyambut kedatangan rekan bisnis Papa. Malam ini kita akan membicarakan perjodohanmu," ungkapan sang papa tidak membuat Ainun berbalik, dia hanya menganggukkan kepalanya.

Setelah kepergian Ainun, Arsyad dan Arsyila pun pamit pada papa dan maminya. Arsyad merangkul Arsyila dengan sayang, karena dia tahu betapa menderitanya adik kecilnya akibat perbuatan Ainun. Bagi Arsyad, kehadiran Ainun seperti bencana dalam keluarga mereka.

"Akhir-akhir ini kamu sering merasa tertekan pada hidupmu, benar?" tanya Arsyad dengan lembut.

Arsyila hanya mengangguk sedih.

"Kamu harus tahu, kalau ada yang mengganggu kamu atau membuli kamu, kamu harus melapor padaku, kamu tahu kan?" kata Arsyad memeluk adiknya. Ia mencintai Arsyila, sangat berbeda dengan Ainun yang sering membuli adiknya.

Setelah sampai di depan gerbang sekolah, ketika Arsyila hendak turun, Arsyad menahan tangan adiknya.

"Ingat, jika ada yang membuli kamu, laporkan pada kakak. Kakak akan selalu ada untukmu. Kamu tahu itu kan?" ucap Arsyad pada adiknya.

Arsyila mengangguk setuju. Ia tahu bahwa kakaknya selalu mendukungnya, meskipun ia tidak dapat berbuat banyak untuk melindunginya dari Ainun yang sering membuli.

"Sampai ketemu di rumah ya, Silla. Ingat, hati-hati di sekolah," ucap Arsyad kemudian melajukan mobilnya dan membunyikan klakson beberapa kali.

Arsyila masuk ke sekolah dengan senyuman manis di bibirnya. Tiba-tiba saja, ada seseorang yang menyapanya.

"Siapa itu?" tanya seorang gadis, yang membuat Arsyila terkejut.

"Maaf, siapa tadi?" tanya gadis itu, penasaran.

"Kakakku, apa sih kepo banget?" ketus Sila meninggalkan gadis itu. Gadis itu mengejar Arsyila.

"Tungguin, Arsy!" teriaknya.

"Memang benar, Kakak Mu kok tidak pernah muncul?" kepoan gadis ini ternyata sudah pada tingkat yang paling tinggi.

"Dia kemarin kuliah di luar Negeri, beberapa bulan ini baru kembali ke Indonesia setelah menyelesaikan studinya," jawab Arsyila menuju kelasnya.

"Woah, keren ya, Arsy, ternyata kamu punya kakak setampan itu!" celetuk gadis itu dengan girang.

"Emang kamu pernah lihat mukanya?" tanya Arsyila penasaran juga.

"Aku nebak aja sih," celetuknya.

"Astaghfirullah, Ulfa," kesal Arsyila.

"Loh, salahnya di mana?" bingung Ulfa.

Ulfa Aulia adalah sahabat baik Arsyila yang satu-satunya, karena Ulfa juga mendapat beasiswa untuk sekolah di sini. Ulfa termasuk jajaran siswa terpintar di sekolah ini, tapi sama cupunya dengan Arsyila.

"Udah diam dulu, nanti kita bahas lagi," ucap Arsyila lalu duduk di kursinya. Karena mereka duduk dekat, Ulfa terus saja menempel pada Arsyila.

"Aduh, penasaran, tau gak sih?" keluh Ulfa frustasi.

"Nanti aku ceritakan, deh," balas Arsyila tersenyum.

"Oke deal," jawab Ulfa, lalu kembali ke kursinya.

bersambung.............

Terpopuler

Comments

ciii

ciii

menarik lanjut lagi dong!

2023-05-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!