bab 4

Di sebuah rumah besar terlihat banyak pelayanan yang mondar mandir melakukan berbagai aktivitas nya, mereka disibukkan dengan penyambutan kedatangan relasi bisnis pemilik istana megah ini yang mereka dengar juga akan menjadi besannya kelak. Tentu saja mereka harus melakukan segalanya dengan teliti dan semaksimal mungkin dengan tugas mereka masing-masing.

"sudah siap semuanya kan?" tanya sang mami melihat persiapan yang sudah diselesaikan, ia memperhatikan apa yang belum disiapkan.

"sudah nyonya tinggal beberapa sentuhan lagi" ucap kepala pelayanan menjelaskan tugas mereka semua.

"bagus semua harus terlihat sempurna" ucap sang nyonya tersenyum puas dengan hasil kerja pelayanan nya.

"tentu saja nyonya, saya permisi" balas kepala pelayanan itu undur diri terlihat sang nyonya menganggukan Kepala nya.

Mami Nova Aziza tersenyum membayangkan putrinya akan di pinang oleh pengusaha kaya raya, ia berharap hidup putrinya akan jauh lebih baik setelah ini. Wanita paruh baya itu terlihat masih sangat cantik di usianya yang tidak lagi muda itu begitu antusias dengan perjodohan putrinya itu.

Orang tua mana yang tidak bahagia saat mendapatkan calon suami anaknya yang tampan dan kaya raya, dan pria itu dirumorkan sangat baik hati juga dermawan. Hal itu tentu saja membuat seorang ibu sepertinya merasa bahagia, mami nova tidak ingin putrinya melakukan kesalahan yang sama seperti dirinya dimasa lalu.

"mas semua sudah siap, jam berapa mereka akan sampai dirumah?" tanya mami nova pada suaminya yang sedang bersiap juga.

"bagus, mereka mungkin akan sampai jam 19.30" balas pria paruh baya itu tanpa menoleh pada istrinya. ia terus merapikan pakai yang baru saja ia pakai.

"mau ku bantu?" tanya mami nova menawarkan bantuan. Sangat ingin rasanya membantu sang suami yang seperti nya kesusahan mengancingkan bajunya.

"tidak perlu, bantulah Ainun bersiap aku tidak ingin dia membuat ulah nanti mereka tamu istimewa ku, aku tidak ingin ada masalah sedikitpun" balas pria paruh baya itu dingin membuat siapa pun yang mendengar pasti akan merasa tak nyaman.

Mami nova hanya bisa menghela napasnya, pria ini tidak pernah berubah sajak dulu hingga kini masih saja bersikap dingin. Namun karena cintanya yang buta masih saja bertahan untuk tetap berdiri di samping seorang Ahmad Hamzah Rasyid. Menjadi ibu tiri dari dua anak itu tidak lah mudah apalagi anak tidak pernah akur dengan anak tirinya. Banyak hal yang menyebabkan mereka tidak bisa seperti saudara pada umumnya, kebencian sudah bertebaran sejak lama dihati mereka.

Mami Nova keluar dari kamar itu dengan wajah yang seperti sudah terbiasa diperlakukan begitu oleh sang suami. Wanita itu berjalan menuju kamar putrinya dan mengetuk pintu itu beberapa kali, tidak berapa lama terbuka lah pintu dan nampak lah seorang gadis cantik yang masih memakai pakaian kaos dan celana kulot nya.

"kenapa mi?" tanya gadis itu sambil berjalan ke arah ranjangnya kemudian di ikuti oleh sang mami. Mami nova mendekati putrinya dan memperhatikan penampilan putrinya itu.

"kenapa belum bersiap?" mami nova malah balik bertanya.

"bersiap untuk apa sih mi?" Ainun memilih pura-pura tidak mengerti maksud mami nya.

"jangan pura-pura lupa nun, sebentar lagi calon suami mu akan tiba" seru mami memberikan pengertian pada putrinya yang keras kepala ini.

"mi aku gak mau di jodohkan seperti ini, bahkan aku belum tamat sekolah menengah atas mi. Masa muda ku masih panjang, aku ingin kuliah dan bekerja mi" balas Ainun memelas pada mami nya itu, tapi seperti maminya tidak mau juga mengerti dengan perasaan Ainun saat ini.

"sayang mami tahu semua ini akan menjadi yang terbaik untuk kamu, dia pria yang baik kamu akan bahagia dengan dia" ucap mami nova seakan paham keresahan hati putrinya.

"dulu juga mami bilang begitu saat memilih laki-laki pilihan mami sendiri, apa sekarang mami bahagia?" ucapan Ainun cukup menohok hatinya. Tentu saja ia tidak lupa saat membujuk putrinya saat ia akan menikah dengan suaminya saat ini.

Mami nova memang menikah dengan suaminya saat Ainun berumur 10 tahun setelah beberapa tahun menjanda.

"semua itu hanya bulshit mi, aku gak mau melakukan banyak hal untuk mereka sementara aku yang sudah banyak dirugikan, dan mami yang menggadaikan aku pada mereka" lanjut Ainun sekarang meneteskan air matanya yang sebenarnya sudah sangat lama ia tahan untuk keluar.

Mami Nova sebenarnya merasa kasihan dengan putrinya itu namanya keputusannya sudah bulat untuk menikahkan Ainun dengan relasi bisnis suaminya.

"ayo mami bantu kamu bersiap" wanita paruh baya itu menarik tangan Ainun untuk bersiap. Ia tidak ingin blebih lama lagi berdebat dengan putrinya.

"apa gak ada rasa simpati mami sedikitpun untuk ku? apa segitu tidak berharganya aku untuk mami? apa mami tidak takut kehilangan ku karena keegoisan mami?" tanya gadis cantik itu menatap ibunya yang sudah memalingkan wajahnya agar tak menatap wajah sendu putrinya itu.

"jangan banyak membantah Ainun, segera bersiap mereka akan segara tiba" balas mami nova dengan datar untuk menutupi kegetiran hatinya.

Mami nova membantu Ainun berdandan, wanita paruh baya itu memperhatikan wajah ayu putrinya itu, hampir saja ia menjatuhkan air matanya. Ia tahu betapa egoisnya dirinya dahulu yang menggadaikan anaknya sendiri untuk keperluan dirinya sendiri.

Setelah selesai mami nova mengecup kening putri cantik nya lalu keluar tanpa mengucapkan sepatah katapun. ia menangis dibalik pintu kamar putrinya.

"maafkan mami sayang, semoga setelah ini kamu bisa mendapatkan kebahagiaan mu" lirih mami nova dan menghapus air matanya lalu meninggalkan kamar Ainun untuk turun ke ruang makan ia ingin memeriksa kembali hidangan untuk makan malam nanti.

***

Didalam kamarnya Ainun menatap pantulan dirinya dengan datar terlihat sangat cantik namun tidak sedikit pun tergambar rasa bahagia didalam dirinya.

"hahahahaha" Ainun tertawa tanpa humor, ia merasa lucu dengan permainan hidup nya ini, orang yang seharusnya menjadi pelindung nya malah menjadikan dirinya umpan untuk obsesi.

Ainun meremas dadanya yang terasa sesak, tidak hanya kali ini ia dipaksa menerima keadaan yang membuat semakin tersiksa. Bukan tidak mampu melawan namun maminya satu-satunya keluarga yang dia miliki, meskipun egois Ainun tetap mencintai ibunya dengan sepenuh hati.

"aku harus gimana lagi ya Allah? kuatan aku kuatkan" lirih Ainun menghapus air matanya.

"aku harus kuat, mungkin sebentar lagi aku akan bahagia" mencoba untuk tersenyum pada dirinya.

Ainun duduk merapikan make-up nya yang sedikit berantakan karena menangis tadi, kembali menatap pantulan dirinya wajahnya yang sangat cantik dengan polesan yang sederhana tatap membuat dia cantik alami.

bersambung.......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!