bab 12

Angin berhembus kencang menyentuh halus kulit wajah seorang perempuan yang tengah menyelinap keluar dari rumah besar yang terlihat sepi. Berjalan dengan sangat pelan berharap tidak ada yang menyadari Gadis itu sedang menuju gerbang rumah yang menjulang tinggi itu.

"Ngapain?" tanya seseorang dari belakang wanita itu. Membuat gadis itu terkejut bukan main.

"Astaghfirullah kaget!" latah wanita itu meloncat kecil.

"Loh kok kaget gitu, emang ada apaan Syila?" Tanya pria itu pada Arsyila, benar yang tengah menyelinap itu adalah Arsyila.

"Emmm enggak kok kak, ini mau beli jajanan aja kok di depan!" balas Arsyila gugup. Degup jantung Arsy sangat kencang karena terkejut.

"Ya udah ayuk kakak antar aja" jawab Arsyad. Pria itu tidak akan membiarkan adiknya keluar sendiri diwaktu yang akan gelap seperti ini.

..."Waduh alamat gagal ini ke rumah sakit nya, padahal pengen banget lihat keadaan ainun, kalo ketauan pasti marah ni kak Arsyad" batin Arsyila...

"Kok jadi bengong?, ayuk keburu malam ini" Arsyad menarik tangan adiknya untuk keluar gerbang megah itu.

Arsyila hanya pasrah saja saat ditarik tangannya oleh sang kakak karena ia takut ketahuan ingin melihat saudara tirinya dirumah sakit.

"Kak sebenarnya aku pengen jengukin Ainun!" suara lirih Arsyila pun terdengar oleh sang kakak. Tentu saja ucapan Arsyila membuat Arsyad terkejut, pria itu pun melorot kan matanya.

"Kamu apaan sih Syila?, kamu gak lupa kan dia tu udah jahat sama kamu!" Arsyad hampir saja berteriak pada adiknya, pria itu sangat geram dengan kelakuan adik kesayangan nya ini.

"Tapi kak, Walau bagaimana pun Ainun tetap saudara kita!" cicit Arsyila sambil menunduk takut dengan kakaknya.

"Dia bukan saudara kita Syila, dia dan ibunya sudah menghancurkan keluarga kita syil ingat itu!" marah pria itu pada adiknya.

"Jadi beli jajan gak?" tanya pria itu pada adiknya yang saat ini sedang menundukkan wajahnya. pria itu tau adiknya sedang merasakan takut karena bentakkan nya.

"Jadi, tapi jangan marah" suara Arsyila nyaris tak terdengar oleh kakaknya.

Tanpa banyak drama lagi keduanya pergi Minimarket terdekat untuk membeli jajanan untuk Arsyila.

"Serem amat kalo lagi marah, akibat kelamaan jomblo ini kayaknya"batin gadis itu. Karena tidak ingin adu bacot lagi dengan kakaknya lebih baik Arsyila menuruti kemauan pria itu terlebih dahulu.

...****************...

Disebuah brangkar Rumah Sakit, seorang Gadis cantik masih menutup mata indahnya dengan erat. Seolah tidak membiarkan siapapun untuk melihat bola matanya yang indah itu lagi.

Di samping brangkar itu pula terduduk seorang wanita paruh baya dari raut wajahnya tergambar kekhawatiran yang mendalam. Wanita itu menggenggam tangan gadis itu dengan erat.

"Sayang, buka mata Mu nak!" ucapnya sambil mengecup tangan yang sedang ia genggam.

"Apa tak lelah terus menutup mata itu nak, Mami rindu Kamu nak" lirih wanita itu menatap wajah ayu putrinya itu.

Tok tok, suara pintu diketuk oleh seseorang. Wanita paruh baya itu pun menolehkan wajahnya ke arah pintu. Tak lama masuklah pria tampan yang tersenyum.

"Ternyata Kamu nak" ucapa Mami Nova pada pria yang datang.

"Iya tan, Tante gimana kabarnya hari ni?" ucap pria itu sopan sambil mencium tangan calon mertuanya dengan takzim.

"Tante baik kok nak, tapi Ainun nak kali ini Dia seperti benaran marah pada Tante" lirih nya air matanya sudah berlomba untuk turun dari matanya.

"InsyaAllah sebentar lagi Dia pasti bangun kok Tan, Dia gadis yang kuat" balas Randa menenangkan wanita paruh baya itu.

"Tante khawatir nak, Ainun satu-satunya yang tante miliki nak" tangis wanita itu semakin terdengar. Pria itu bingung bagaimana harus bersikap maka dari itu Randa hanya terdiam.

cek lek suara pintu kembali terbuka, muncullah pria paru baya dengan wajahnya yang datar menuju brangkar Ainun. Randa langsung mendekati pria itu untuk mencium tangannya dengan hormat.

"Sendirian om?" tanya Randa pada pria itu tak lain adalah papa Ahmad.

"Iya, kamu udah lama?" tanya papa Ahmad

"Enggak om, tadi pulang dari kantor langsung kesini om" balasnya sambil tersenyum kecil. Dan hanya anggukkan kepala papa Ahmad sebagai balasannya.

"Gimana perkembangan Ainun?" tanya papa Ahmad pada Mami Nova yang sedari tadi diam.

"Masih seperti yang kita lihat, Ia enggan membuka matanya. Ainun sedang marah padaku, semuanya ini terjadi karena keegoisan ku" balas Mami Nova tanpa melihat ke arah suaminya.

Papa Ahmad terdiam mendengar ucapan Mami Nova, ia tahu apa maksud dari ucapan itu. Tapi pria paru baya itu hanya diam saja, karena ia sendiri bingung harus bagaimana lagi menyudahi kekeliruan ini.

"Setelah Ainun sembuh kami akan keluar dari rumah pah, aku tak ingin terus menerus egois pada putriku, hanya dia yang tersisa yang ku miliki. aku tak bisa kehilangan Ainun karena obsesi terhadap mu" lirih Mami Nova dengan linangan air mata. Terasa berat rasanya untuk memutuskan hal ini tapi wanita paruh baya itu tidak ingin kehilangan putrinya karena terus di incar nyawanya.

"Apa maksud mu Nova, justru itu yang membuat Ainun dalam bahaya! " teriakan Papa Ahmad membuat Randa yang duduk di sofa yang agak jauh dari keduanya terkejut.

"Jadi kamu pikir terus tinggal di lingkungan mu tidak membahayakan putriku, hari itu contohnya dengan penjagaan yang begitu ketat tapi anakku tetap saja bisa celaka" balas Mami Nova dengan suara tak kalah tinggi. Pria itu baru menyadari hal itu, tapi terlalu berisiko jika dibiarkan gadis cantik itu untuk tidak dalam pengawasan nya.

"Aku tidak ingin berdebat, tidak ada yang boleh keluar dari rumah kita. Rumah itu juga rumah Ainun, dia akan aman jika berada disana" Papa Ahmad lebih rendah tapi tegas tidak ingin dibantah.

"Aku lelah dengan semua ini pah, aku mengorbankan anakku tapi aku tidak mendapatkan apapun, dulu kamu berjanji akan memberimu kesempatan tapi nyatanya sudah puluhan tahun pah" tangis Mami Nova pecah.

"Kita sudah membicarakan hal ini sejak dulu, aku tak ingin ini dibahas lagi" ucap Papa Ahmad dan pergi meninggalkan ruang rawat putrinya. Mami Nova terus menangis sambil menutup wajahnya dengan tangan, ia terisak pilu.

Pria berwajah tampan Randa hanya ter bengong melihat pertengkaran calon mertuanya dan ia sama sekali tidak mengerti arah pembicaraan itu. Ia mencoba menenangkan calon mertua nya itu dengan menepuk pelan pundak Mami Nova.

"Tante aku gak tau apa yang terjadi dengan rumah tangga kalian, tapi semua akan baik-baik saja berjalannya waktu, yang sabar ya tante" ucap Randa dengan pelan, ia ikut sedih melihat tangisan wanita paru baya itu. seakan ada penyesalan yang sangat mendalam di dalam tangisan pilunya itu.

"Terimakasih nak" balas Mami Nova dalam isak tangisan nya.

bersambung........

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!